Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN SASTRA

MUSLIM PADA MASA


ABASIYYAH
PENDAHULUAN
Kalilah wa Dimnah berbahasa Arab merupakan terjemahan yang pal ing penting sebagai
perantara penerjemahan ke dalam beberapa bahasa lain dari bahasa fabel asli Sansekerta
oleh Baydaba dan terjemahan bahasa Persia oleh Barzawiy. Buku ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab oleh Ibn al-Muqaffa', sekretaris Abu Ja'far al-Manshur al-Abbasi sekitar
tahun 730 M. Dari bahasa Arab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Syiria, dan
kemudian digubah dalam bentuk puisi oleh Pujangga Arab dan Persia. Kurang lebih tahun
1144 M, Nasrullah pujangga Persia, menyerahkan hasil terjemahannya sebagai persembahan
pada Bahram Syah (1118-1157 M), Sultan Ghazna. Hasil terjemahan ini kemudian digubah
oleh Husain Waiz Kasyifi (1504 M) dengan judul Anwar 1 Subaili, yang kemudian
diterjemahkan ke dalam dialek Pusytu, bahasa Georgia dan bahasa Eropa lainnya.

SURVEY OF LITERATURE IN EARLY ISLAMIC


WORLD
Ibn Al
Muqaffa

SURVEY OF LITERATURE IN EARLY ISLAMIC


WORLD
BIOGRAFI
SINGKAT
Ibn Al Muqaffa

SURVEY OF LITERATURE IN EARLY ISLAMIC


WORLD
TUESDAY ● MARCH 22 ● 2022
SURVEY OF LITERATURE IN EARLY ISLAMIC EDITION Nº 001
WORLD
SISI
KESASTRAWANAN

IBN AL MUQAFFA

SURVEY OF LITERATURE IN EARLY ISLAMIC EDITION Nº 001


WORLD
Ibnu Al-Muqaffa’ telah berhasil menerjemahkan
banyak buku dari bahasa Persia kedalam bahasa
Arab, diantaranya yang termashur ialah buku
Kalilah Wa Dimnah. Dalam bidang sastra ia
mengarang buku Al-Adab As-Shaghir yang
berhalaman kurang lebih 30 halaman yang
membahas tentang tata krama bersosial.(Syauqi
Dhaif, 1966:215). Ia juga menuliskan buku Al-Adab
Al-Kabir yang disebut juga dengan nama Durrotul
Yatimah dan Ar-Risalah Fi Al-Akhlaq (Jurji Zaidan,
1996: 146). Buku-buku tersebut masih tersimpan
dalam lipatan tempat yang tersembunyi. Hanya saja
buku Al-Adab Al-Kabir dicetak dengan judul
namanya yang salah, kemudian dicetak di Mesir
dengan judul yang sebenarnya.

EDITION Nº 001
KARYA, CONTOH,
DAN ANALISIS
Ibn Al Muqaffa

SURVEY OF LITERATURE IN EARLY ISLAMIC


WORLD
ANALISIS KARYA
KALILA WA DIMNA

1 2 3 4

Kalilah Wa Dimnah bentuk Karya ini menggemakan nilai Hikayat Kalilah dan Dimnah hampir Hikayat Kalilah dan Dimnah
mirip dengan fabel. Yakni cerita
fabel yang menggunakan etis-moral dan religiusitas tentang hewan-hewan yang memiliki
sangat kuat memberikan
dunia hewan untuk menjadi bagi masyarakat. Di dalamnya sifat layaknya manusia, karena masukan kepada kita untuk
aktor utama, setting, dan tersurat tontonan akan tetapi memang tokoh Kalilah dan Dimnah meningkatkan kualitas diri
dalam cerita ini adalah hewan, yakni
sarana yang merefleksikan tersirat tuntunan. Sehingga srigala.
kita. Berkali-kali disebutkan
dan mencerminkan dunia untuk mengambil hikmahnya, Banyak nilai yang termuat dari dalam cerita ini, bahwa orang
manusia, didalamnya tidak hanya sekedar dibaca, Hikayat Kalilah dan Dimnah yang yang tinggi adalah orang yang
namun harus difahami dan secara tidak langsung menyindir berbudi dan berakal. Bahkan
mengandung prilaku manusia. Seperti ketamakan,
perumpamaan binatang dihayati. licik, dan menghalalkan segala cara. pada halaman 45 ditegaskan
tapi itu menggambarkan Hal ini terlihat pada tokoh Dimnah oleh penulisnya lewat tokoh
relitas yang terjadi pada yang dengan liciknya rela mengadu Dimnah
domba sehinga saling bunuh-
kehidupan manusia. membunuh padahal keduanya (raja
hutan dan Syatrabah) sangat baik.
Kutipan Kalila wa dimna.

"orang yang berakal dan berbudi adalah orang yang sempurna. Orang yang berakal tetapi tiada berbudi
masih boleh dijadikan sahabat. Karena sekalipun kelakuannya kurang mulia, tetapi dari pada akalnya
dapat engkau mengambil faedah, dan dari pada kelakuan yang jahat, mungkin engkau menjaga dirimu.
Orang yang mulia budi tetapi tiada berakal boleh juga. Karena sekalipun dari pada akalnya, tak
mungkin engkau mengambil faedah apa-apa, tetapi dari pada budinya ada yang dapat kau ambil dari
padanya. Akan tetapi orang yang bodoh, rendah pula budinya, satupun tiada yang dapat engkau ambil
dari padanya…”
Analisis unsur intrinsik Kalila Wa dimna
a) Tema: Sosial;
b) Latar: latar sosialnya adalah kehidupan kerajaan dan kehidupan binatang semacam fabel dan latar
tempatnya adalah hutan dan kerajaan.
c) Penokohan:
1) Dimnah memiliki sifat yang pandai, tamak, licik, dan gila pada kekuasaan. Dalam cerita ini ia
menjadi tokoh antagonis;
2) Kalilah memiliki sifat yang bijak dan baik hati. Dalam cerita ini ia menjadi tokoh tritagonis;
3) Raja Hutan (Singa) memiliki wibawa, labil, dan mudah diprovokasi. Dalam cerita ini ia menjadi
tokoh protagonis;
4) Syatrabah memiliki sifat baik budi tetapi mudah diprovokasi. Dalam cerita ini ia menjadi tokoh
protagonis.
d) Alur: maju
KESIMPULAN

Ibn Al Muqaffa

SURVEY OF LITERATURE IN EARLY ISLAMIC EDITION Nº 001


WORLD
KESIMPULAN
● Puncak etika yang dibangun Kalilah wa Dimmab adalah rumusan manusia ideal
Kalilah na Dimsah mendudukan etika lebih tinggi dari beragama, dan kemuliaan
akhlak itu kadangkala datang dan pemikiran dan filsafat, selain datang dari agama.
Orang yang berakhlak, tingkah lakunya pasti sesuai dengan agama dan filsafat. Jika
seseorang man melakukan perbuatan yang mulia, pasti dirinya akan mencapai derajat
yang tinggi dan terhormat. Kalaulah perbuatan mulia itu tidak dianjur kan oleh agama,
manusia tetap harus melakukan perbuatan yang mulia. Pemikiran tentang politik dan
etika (Islam) bagi Ibn al-Mucaffa' adalah dua hal yang saling melengkapi, dan bahkan
sering karya-karya eetikany berada dalam satu judul dengan karya-karya poltiknya.
Bagi Ihn al-Muqaffa'politik berguna bagi pembinaan moralitas dalam sosial dan
agama.
KESIMPULAN
Kalilah Wa Dimnah begitu masyhur dibanding dengan karya-karya sezamannya. Kitab itu juga menjadi
inspirasi bagi karya-karya sastrawan sesudahnya, baik Timur maupun Barat. Prosa berbingkai cerita
yang mengandung etika dan estetika. Walaupun karya tersebut merupakan saduran akan tetapi tidak
mengubah isi, makna dan kandungan dari penulis aslinya. Ibnu Muqoffa’ mengemasnya menjadi lebih
menarik dengan cerita-cerita sisipannya. Sebuah karya sastra prosa yang di dalamnya mengundang
tontonan akan tetapi mengandung tuntunan yang dapat kita petik hikmah di baliknya. Dengan tidak
hanya membacanya semata akan tetapi melalui penghayatan dan pemahaman yang dalam untuk
memaknainya yang di dalamnya menjadi alat untuk mempertimbangkannya. Hal ini juga kiranya bisa
menjadi dorongan dan inspirasi bagi semua kalangan, untuk menciptakan sebuah karya sastra.
Kemudian bisa mengembangkan karya sastranya sehingga bisa memperkaya khazanah Islam di masa
peradaban kemudian. Kita juga bisa melahirkan sebuah karya seperti demikian, terkesan hanya tersurat
tontonan akan tetapi sebenarnya tersirat tuntunan yang memperkaya khazanah Sastra Islam.

SURVEY OF LITERATURE IN EARLY ISLAMIC


WORLD
Thank you!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai