Anda di halaman 1dari 14

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

Kelompok 5 :
1. Anisa Nur Hasanah (1.20.150.0003)
2. Riana Indrasari (E.20.150.0023)
3. Nuzulan Nurul Istiqomah (1.20.150.0014)
4. Putri Cahya Inshani (1.20.150.0015)
5. Risma Fadhilah Dhian C (E.20.150.0009)
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok Ilmu Administrasi ,khususnya


administrasi negara.Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang artinya bimbing atau
tuntun.Dari kata “pimpin” melahirkan kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing
atau menuntundan kata benda “ pemimpin” yaitu orang yang memimpin,atau orang yang
membimbing.Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan
mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan – ketaatan para pengikut atau
bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin.Sehingga kepemimpinan
merupakan kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, yang dilakukan
melalui hubungan interpersonal dan proses komunikasi untuk mencapai tujuan dan juga
merupakan suatu proses mengatur dan membantu orang lain agar bekerja dengan benar
untuk mencapai tujuan.
 
PENGERTIAN PEMERINTAH

Pemerintah adalah suatu organisasi yang diberi kekuasaan untuk mengatur kepentingan
Bangsa dan Negara. Lembaga pemerintah dibentuk umumnya untuk menjalankan aktivitas
layanan terhadap masyarakat luas. Di samping itu pemerintahan sebagai salah satu unsur
yang penting dari Negara mempunyai posisi yang diterminan dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan baik keluar maupun ke dalam karena posisinya yang
demikian strategis itu maka keberadaan Negara dan khususnya pemerintahan Negara
menjadi sangat ditentukan oleh keberhasilan pemerintahan dan pemerintah dalam
menyelenggarakan pemerintahan dalam kerangka mencapai tujuan Negara. Tujuan yang
ingin dicapai biasanya ditentukan dalam bentuk kualitatif, misalnya peningkatan keamanan
dan kenyamanan, mutu pendidikan, mutu kesehatan dan keimanan.
Indonesia sebagai negara yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi yang
sesuai dengan Pancasila, dalam hal ini pemerintah Indonesia harus benar-benar mampu
manjalankan roda pemerintahan dengan sifat-sifat pemimpin yang sesuai dengan sistem
pemerintahannya. Sistem pemerintahan demokrasi merupakan sistem pemerintahan
dimana rakyat merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, pemerintah
hanya sebagai pelaksana sistem pemerintahan dimana terpilihnya para tokoh di
pemerintahan merupakan hasil dari rakyat melalui pesta demokrasi yang sering disebut
Pemilu (Pemilihan Umum), dalam acara 5 tahun sekali rakyat berbondong-bondong untuk
memilih calon presiden dan wakil presiden, yang nantinya akan memimpin negara
Indonesia. Pemerintahnya yang notabene adalah berasal dari rakyat nantinya akan menjadi
pelayan rakyat, dan berkewajiban untuk bertanggung jawab atas berjalan atau tidaknya
roda pemerintahannya.
A. Variabel Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia

1. Variabel Situasi dan Kondisi Pemerintahan

Ada tujuh situasi dan kondisi yang menyebabkan pemimpin pemerintahan harus otokratis
atau demokratis antara lain, factor sifat dan bentuk negara, factor geografis, factor warga
negara, factor sejarah, factor efisiensi dan efektivitas, factor politik, dan factor rezim yang
berkuasa. Jadi bisa dikatakan bahwa situasi dan kondisi dapat menentukan bagaimana
seorang pemimpin pemerintahan seharusnya akan bertindak, bahkan pada suatu situasi
dan kondisi tertentu dapat melahirkan pemimpin.

2. Variabel Orang Banyak sebagai Pengikut

Rakyat jelata atau massa yang selama ini dikenal diam, tetapi dalam kondisi tertentu
bisa menjadi kekuatan besar ketika terjadi demonstrasi bahkan menimbulkan
anarkisme. Karena jumlah yang sangat banyak melebihi aparat keamanan, ketika terjadi
kerusuhan masa maka sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu, massa di negara kita
sekalipun mesti dikenali tuntutannya, budayanya, latar belakang, dan tujuannya.
Apabila sudah mengenali, kemudian baru satu persatu dipengaruhi dalam kerumunan.
 
3. Variabel Penguasa sebagai Pemimpin Pemerintahan
 
Meski memiliki kekuasaan dan kekuatan, tetapi seorang pemimpin tetaplah manusia. Dia
memiliki perasaan sedih, gembira, iba, dendam, senang, susah, marah, galau. Suatu saat
dia bisa menjadi lembut penuh kasih, santun tetapi dapat juga berubah menjadi kejam,
licik, dan bahkan bengis ketika kemarahannya mencapai puncak. Oleh karena itu variabel ini
perlu dikaji melalui berbagai disiplin ilmu seperti : manajemen, administrasi, pemerintahan,
politik, kejiwaan bahkan ilmu kesehatan. Supaya pemimpin dapat mengambil kebijakan
dengan kebaikan moral, logika, agar penguasa dapat berbuat nahi munkar untuk
masyarakatnya.
Dalam mengikuti semangat zaman yang menyertai kepemimpinan
pemerintahan, dibutuhkan syarat-syarat kepemimpinan. Ada tiga hal penting
yang senantiasa disarankan oleh para ahli dalam mengkaji dan menganalisis
masalah syarat-syarat kepe-mimpinan, yaitu: kekuasaan, kewibawaan, dan
kemampuan. Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang mem-
berikan wewenang kepada pemimpin untuk memengaruhi dan
menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
 Kewibawaan adalah kelebihan, keunggu-lan, keutamaan, sehingga
orang mampu “membawahi atau mengatur orang lain”. Mampu membuat
orang patuh dan taat pada pemimpin dan bersedia melakukan perintah atau
perbuatan sesuai dengan keinginan orang yang memerintahnya. Keteladanan
seorang pemimpin sangat dituntut dalam mengajak masyarakatnya
berpartisipasi secara sukarela dan aktif dalam segala aktifi-tas pemerintahan.
Partisipasi masyarakat melalui proses mobilisasi semaksimal mung-kin
dihindari untuk meningkatkan pendidikan politik dan tingkat kesadaran
masyarakat se-bagai anak bangsa.
Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan
kete-rampilan teknis maupun sosial yang dimiliki seorang pemimpin.
Kemampuan ini merupa-kan nilai lebih yang dimiliki seorang pe-mimpin
dibandingkan anggota masyarakat lainnya. Seorang pemimpin harus
memiliki lima kelebihan, yaitu: kapasitas berupa kecerdasan, kewaspadaan,
kemampuan, berbicara, keaslian, dan kemampuan menilai; prestasi berupa
gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, keterampilan olahraga dan seni;
tanggung jawab berupa sifat mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri,
agresif, dan hasrat untuk unggul; partisipasi yakni aktif, memiliki sosiabilitas
tinggi, mampu bergaul kooperatif atau suka bekerja sama, mudah
menyesuaikan diri, dan punya rasa humor; status meliputi kedudukan sosial-
ekonomi cukup tinggi, populer, dan tenar.
B. KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

1.    Kepemimpinan Pemerintahan Sebagai Ilmu

Kepemimpinan secara umum ada berbagai titik pandang disiplin ilmu yang
memilikinya seperti ilmu jiwa, ilmu administrasi, ilmu manajemen dan ilmu
politik. Objek forma kepemimpinan pemerintahan adalah hubungan antara
pemimpin dengan yang dipimpin. Dalam hal ini yang memimpin adalah
pemerintah, sedangkan yang dipimpin adalah rakyatnya sendiri.Objek
materinya adalah manusia. Jadi, berbeda dengan ilmu pemerintahan yang
objek materinya adalah negara. Karena kepemimpinan pemerintahanobjek
materinya adalah manusia maka pengembangan ilmu ini akan bertumpang
tindih dengan ilmu jiwa, ilmu administrasi, ilmu manajemen, bahkan ilmu
ekonomi.

Bila sudah menjadi disiplin ilmu yang mandiri nantinya maka kepemimpinan
pemerintahan akan mempunyai beberapa metode. Antara lain yaitu metode
induksi yang menarik kesimpulan adalah kepemimpinan itu dilahirkan atau
dibentuk oleh lingkungan. Metode deduksi yang menguraikan fakta dan data
kepemimpinan pemerintahan seperti berbagai gaya yang dipergunakan.
Metode perbandingan ialah untuk membandingkan kepemimpinan
pemerintahan di berbagai negara, baik negara maju maupun negara
2.    Kepemimpinan Pemerintahan Sebagai Seni

Menurut George R. Terry (1964) :

Art is personal creative power plus skill in performance.

Maksudnya, seni adalah kekuatan pribadi seseorang yang kreatif, ditambah


dengan keahlian yang bersangkutan dalam menampilkan tugas pekerjaannya.

Jadi, seni merupakan kemampuan dan kemahiran seseorang untuk mewujudkan


cipta, rasadan karsa yang dimiliki yang bersangkutan dalam menjalankan tugas
dan fungsinya sebagai seniman.Kepemimpinan pemerintahan sebagai seni
berarti bagaimana seorang pemimpin pemerintahan dengan keahliannya yang
mampu menyelenggarakan pemerintahansecara indah

Dengan begitu seni memerintah tidak lebih daripada profesi seseorang yang ahli
dalam pemerintahannya. Sebagai suatu seni, kepemimpinan pemerintahan juga
berkenaan dengan bagaimana seni membujuk (persuasif), seni mendorong
(motivatif), seni menghubungkan (komunikatif), seni bagaimana memfasilitasi,
seni bagaimana mematangkan hubungan, dan seni bagaimana menjadi tauladan
yang dicontoh orang lain.
3.    Kepemimpinan Pemerintahan Sebagai Moral

Dalam suatu daerah yang tidak ada kepemimpinan pemerintahan sama sekali tidak
menutup kemungkinan terjadi berbagai dekadensi moral yang anarkis, seperti
perkosaan, pelecehan, perzinahan, pencurian, perampokan, penindasan,
pembunuhan dan berbagai jenis kejahatan lainnya. Untuk itu diperlukan seorang
pemegang kekuasaan yang menegakkan aturan dengan kekuasaannya yag disebut
dengan pemimpin pemerintahan.

Untuk masyarakat yang berlaku baik dan benar, pemimpin pemerintahan harus
melayani. Karena akan terjadi berbagai permohonan pertolongan bagi pelayanan
publik, seperti fakir miskin dan anak terlantar, orang tua jompo, korban bencana
alam seperti banjir, kebakaran dan lain-lain. Untuk hal tersebut pemimpin
pemerintahan harus memberikan pelayanannya.

Selanjutnya, antara kekuasaan untuk kejahatan dan pelayanan untuk kebaikan


seperti ini tidak boleh dibalik perlakuannya. Ketika kekuasaan digunakan untuk
orang-orang yang berbuat baik dan benar (disebut dengan zalim), sedangkan
pelayanan diberikan kepada pelaku kejahatan (disebut fasik). Itulah sebabnya
pemimpin pemerintahan harus bermoral, artinya yang bersangkutan selain ulama
(rohaniawan) juga harus umara (negarawan).
C. Tujuan Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia

Tujuan kepemimpinan pemerintahan di Indonesia sejalan dengan cita-cita


bangsa yaitu terwujudnya masyarakat Pancasila, yaitu masyarakat maju
yang adil dan makmur materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila.

(Tujuan Nasional)

Rumusan tujuan formal konstitusional termuat pada alinea ke IV


Pembukaan Undang-undang Dasar 1945: Negara Indonesia melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

 
KESIMPULAN:
Kepemimpinan pemerintahan dalam suatu wilayah pemerintahan
sangat ditentukan oleh kapabilitas yang dimiliki oleh setiap pemimpin.
Kapabilitas yang dimaksud adalah kemampuan dalam melaksanakan
tugas pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
rakyatnya serta tuntutan masyarakat global. Dibutuhkan kemampuan
seorang pemimpin dalam memahami aspirasi rakyatnya dan
membaca kecenderungan za-man yang terus berubah.

Dalam memahami aspirasi rakyat, seorang pemimpin harus


senantiasa melakukan komunikasi timbal balik dengan rakyat yang
dipimpinnya. Dari proses interaksi tersebut akan diketahui hakikat
dari keinginan dan re-alitas yang dihadapi masyarakat. Jangan sam-pai
orang di luar wilayah pemerintahan yang memberitahu kondisi
internal wilayah seorang pemimpin. Hal ini sangat fatal, na-mun tidak
jarang terjadi dalam realitas ke-hidupan kepemimpinan
pemerintahan.
Dalam konteks kemampuan membaca ke-cenderungan zaman
yang terus berubah, seorang pemimpin tidak boleh kehilangan
informasi, wacana, dan isu yang terus berkembang dalam pelaksanaan
pemerintahan. Dari perkembangan informasi tersebut, seorang
pemimpin dapat melakukan inovasi-inovasi dan kreasi dalam
melaksanakan pemerintahan. Tidak terpaku mati pada aturan
normatif yang cenderung kaku dan tidak perspektif. Sepanjang tidak
berten-tangan dengan aturan yang ada dan diabdi-kan untuk
kepentingan pemerintahan dalam meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, maka inovasi dan kreaktivitas pemimpin adalah suatu
keniscayaan.
Dalam konteks ini pula, maka aktivitas studi banding yang kerap
kali dilakukan dapat dipahami dan dianggap perlu. Lewat studi
banding, seorang pemimpin akan terbuka mata dan wawasannya
dalam melakukan pe-rubahan di wilayahnya. Suatu hal yang keliru
kalau studi banding hanya dijadikan ajang rekreasi untuk kepentingan
yang tidak berhubungan dengan tugas dan pekerjaan seorang
pemimpin, apalagi rakyat semakin kritis.

Anda mungkin juga menyukai