Anda di halaman 1dari 2

1.

Menurut teori sosiologi politik Maurice Duverger, dalam setiap komunitas manusia
ditilik dari kecerdasan pribadinya, memang ada yang lebih berbakat dibanding yang
lain dalam memimpin. Meski teori-teori yang menganggap perbedaan-perbedaan
individual di dalam bakat sebagai faktor primer dalam konflik-konflik politik sangat
berbeda, akan tetapi mereka mempunyai satu titik kesepakatan yakni, beberapa
individu lebih berbakat dari yang lain. Dan bahwa mereka yang kurang berbakat
mencoba menghalangi kemunculannya.
2. Sisi Positif : Menganut pada sistem kepemimpinan di Indonesia yang pada
umumnya memiliki sistem kepemimpinan kesukuan, maka tidak lah menjadi hal yang
aneh adanya sistem politik dinasti. Sejarah Indonesia meninggalkan sistem dinasti
pada kelompok ataupun golongan tertentu. Sebagai salah satu contoh, suku suku
diIndonesia memiliki sistem kepemimpinan dinasti, dimana pucuk pimpinan akan di
miliki ataupun ditempati berdasarkan garis keturunan (regenerasi politik ikatan
genealogis). Sisi Negatif : Sistem politik dinasti
dapat mengandung konotasi negative ketika sitem perpolitikan tersebut
dipadupadankan pada pengambilan kekuasaan. Makna kepemimpinan bukan lagi
menjadi hal krusial pada sistem dinasti dengan konotasi negative. Hal terpenting
adalah bagaimana menjaga keutuhan kekuasaan pada generasi yang sama. Di
Indonesia hal ini sudah banyak terjadi dan Banyak patai politik yang saat ini (2013
menjelang 2014) mempersiapkan generasinya untuk bersanding di kursi perpolitikan
nasional.Skema pengorbitan instan disusun dengan singkat dan tanpa
persiapan.Sebagai contoh, menuju perhelatan 2014, terdapat beberapa “pemilik
partai (penggagas, penguasa, donator,penemu)” ramai ramai mempersiapkan
penggantinya yang memiliki keterikatan kekeluargaan. Ketakutan akan penguasaan
oleh pihak lain (bukan satu gen) menjadi perhelatan yang panjang. Dampak
utamanya adalah kepada nilai hakiki kekuasaan dan kepemimpinan yang menjadi
pudar. Kualitas dan kapabilitas para pemimpin sangat jauh dari harapan.
Pemaparan konotasi positif dan konotasi negative diatas hanyalah buah pikir
spontanitas penulis melihat kekacauan perpolitikan di Indonesia. Bagi penulis,
alangkah baiknya pabila para politikus yang akan (sudah) menjadi penguasa, sadar
diri akan kemampuan dan kapabilitas. Karna hingga saat ini jika kita jujur
menganalisa dan memahami fenomena yang ada, belum ada “calon pemimpin” yang
layak yang dipersiapkan untuk mengganti kan posisi penting para pemilik ataupun
penguasa. Sudah selayaknya penghapusan sistem politik dinasti dilakukan, karena
akan menciptakan pengelompokan kekuasaan pada golongan (group) tertentu yang
dapat saja di salah arti dan gunakan.
3. HAM atau hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap orang
semata-mata karena dirinya adalah manusia. HAM didasarkan pada prinsip bahwa
setiap orang dilahirkan setara dalam harkat dan hak-haknya. Semua HAM sama
pentingnya dan HAM tidak dapat dicabut dalam keadaan apapun.
Macam macam HAM diantaranya pun ada Hak Asasi Pribadi, Hak Asasi Ekonomi,
Hak Asasi Politik. Tujuan HAM adalah melindungi hak manusia untuk hidup
dengan harga diri, yang meliputi hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak
keamanan. Hidup dengan harga diri berarti bahwa manusia harus memiliki sesuatu
seperti tempat yang layak untuk tinggal dan makanan yang cukup. Artinya, untuk
mencapai tujuan HAM ini manusia harus dapat berpartisipasi dalam masyarakat,
menerima pendidikan, bekerja, mempraktikkan ajaran agamanya, berbicara dalam
bahasanya sendiri, dan hidup dengan damai.
4. Konsep legitimasi adalah tentang kekuasaan dan hak. Maksudnya pemerintah
memiliki kekuasaan untuk memerintah, sementara yang diperintah berhak untuk
patuh dan tunduk. Contoh: Partai PDI , ada yang berkuasa dan tunduk, yakni
anggota tunduk kepada penguasanya untuk memenuhi segala kebutuhan/kemajuan
Partai tersebut. pemimpin kharismatik dipandang sebagai.juru selamat yang mistis,
mempunyai harga diri dan berkepribadian menarik. Ia juga memandang bahwa
kharisma merupakan fenomena yang muncul ketika terjadi krisis"." yang pada
dirinya terdapat kekuatan yang luar biasa dan daya tarik magnetik yang kuat.Contoh
kharismatik, Megawati Sukarno Putri dalam memimpin partainya, dan ia kebetulan
mengaku sebagai wanita berkharismatik saat memimpin partainya .

Anda mungkin juga menyukai