Anda di halaman 1dari 46

Disampaikan oleh :

WASJA, S.Sos, M.Ec.Dev


Direktorat Fasilitasi Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah

1
I. Amanat Konstitusi UUD ‘45

2
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UUD 1945

EKSEKUTIF LEGISLATIF YUDIKATIF

BPK Presiden DPR MPR DPD MA MK


KPU KY
bank kementerian badan-badan lain
sentral negara yang fungsinya
berkaitan dengan
LPNK kekuasaan
TNI/POLRI
PUSAT kehakiman

Perwakilan Pemerintahan Daerah


BPK Provinsi
Lingkungan
Peradilan Umum
Provinsi Gubernur
DPRD DAERAH
Lingkungan
Peradilan Agama

Pemerintahan Daerah Lingkungan


Kabupaten/Kota Peradilan Militer
Bupati/
Walikota DPRD Lingkungan
Peradilan TUN
3
KEKUASAAN PEMERINTAHAN

PUSAT
PRESIDEN Pemegang kekuasaan
pemerintahan – Psl 4 (1)
UUD 1945

Kementerian/LPNK Psl 17 UUD 1945

Keuangan Negara
Koordinasi Koordinasi
Sebagian
Urusan Koordinator dlm penyeleng.
urusan pem. di daerah
Psl 8 UU 23/2014
KEMENDAGRI Termasuk Pembina LKPD
(PP 58 Tahun 2005)

Tanggungjawab
Otonomi Seluas-luasnya
Ps 18 (5) UUD ‘45

DAERAH Pemerintahan Daerah


Keuangan Daerah
4
AZAS PEMERINTAHAN DAERAH DALAM HUBUNGAN
PUSAT DAN DAERAH
 Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

 Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh


Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

 Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada


daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

5
UUD 1945
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang
[Pasal 18 (1)**]
Gubernur, Bupati,
PEMERINTAHAN DAERAH anggota DPRD
Walikota dipilih
dipilih melalui
secara KEPALA PEMERINTAH
DPRD pemilu
demokratis DAERAH
[Pasal 18 (3) **]
[Pasal 18 (4)**]
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18
(2)**]

menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan


pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **]

berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-


peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
6
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH (Lanjutan…)
Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah
[Pasal 18 A (1)**]

Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan


sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang
[Pasal 18 A (2)**]

7
II. Konsepsi Hubungan Pusat
dan Daerah

8
Pasal 282 UU 23/2014
1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran
pendapatan dan belanja daerah;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat di daerah didanai dari dan
atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara;
3) Administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat sebagairnana dimaksud pada
ayat (2).
9
Pem Kab/Kota dan Sinergitas pemb &
KOORDINASI instansi vertikal penyelenggaraan
pemerintahan

Pemerintah Mempercepat
PEMBINAAN Kabupaten/ Kota peningkatan kapasitas
FUNGSI Pemerintahan Kab/Kota
GUB SBG
WKL PEM •Penyelenggaran Pem
Pemerintah
PENGAWASAN Kabupaten/ Kota sesuai NSPK
•Peningkatan
Akuntabilitas

•Menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara


serta keutuhan NKRI
PENYELENGGARA •Menjaga & mengamalkan ideologi Pancasila &
PEMERINTAHAN memb kehidupan demokrasi
UMUM
•Memelihara stblts pol yg dinamis
•Menjaga etika dan norma penyelenggaraan
pemerintahan 10
URUSAN PEMERINTAHAN

PEMERINTAHAN
ABSOLUT KONKUREN UMUM

1.PERTAHANAN
2.KEAMANAN WAJIB PILIHAN
3.AGAMA
4.YUSTISI Dibagi
5.POLITIK LUAR YAN NON YAN berdasarkan
NEGERI kriteria
DASAR DASAR
6.MONETER
Eksternalitas,
SPM Akuntabilitas
dan Efisiensi

1. Dilaksanakan
sendiri
2. Dekonsentrasi
3. TP DESENTRALISASI
11
URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN

WAJIB PILIHAN

Berkaitan dengan pelayanan dasar Tidak berkaitan dengan pelayanan dasar

1. pendidikan; 1. kelautan dan


2. kesehatan; 1. tenaga kerja; 9. perhubungan; perikanan;
3. pekerjaan umum & 2. pemberdayaan 10.komunikasi dan 2. pariwisata;
perempuan dan informatika;
penataan ruang; 3. pertanian;
pelindungan anak; 11.koperasi, usaha
4. perumahan rakyat & 3. pangan; kecil, dan 4. kehutanan;
kawasan 4. pertanahan; menengah; 5. energi dan
pemukiman; 5. lingkungan hidup; 12.penanaman modal; sumberdaya
5. ketentraman & 6. administrasi 13.kepemudaan dan mineral;
ketertiban umum kependudukan dan olah raga; 6. perdagangan;
serta perlindungan pencatatan sipil; 14.statistik; 7. perindustrian;
7. pemberdayaan 15.persandian;
masyarakat; dan
masyarakat dan desa; 16.kebudayaan;
6. sosial. 8. pengendalian 17.perpustakaan; dan 8. transmigrasi
penduduk dan 18.kearsipan.
keluarga berencana;
12
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PEMERINTAH
PASAL 8 ayat (3)
UU 23/2014
Pembinaan Pengawasan BINWAS Secara
Nasional
dikoordinasikan
Mendagri K/L oleh Mendagri

Binwas Umum Binwas Teknis

Provinsi
Gubernur sbg wakil Pem. Binwas umum &
teknis (PP 19/2010 & PP 23/2011
Kab/Kota
13
POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAERAH
•Terdapat hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 dan UU Nomor
33 Tahun 2004 (?) yang berlandaskan pada asas dekonsentrasi,
desentralisasi dan tugas pembantuan.
•Sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan pemerintahan Negara
dan daerah berasal dari APBN. Dimana dari sumber pembiayaan
APBN dimaksud dibelanjakan untuk mendanai kegiatan
dekonsentrasi/TP dan instansi vertikal yang terdiri atas:
belanja pusat di pusat (K/L) dan
belanja pusat di daerah.
•Dari belanja APBN dimaksud juga dibelanjakan untuk Daerah guna
mendanai kegiatan desentralisasi berupa transfer ke daerah dalam
bentuk Dana Perimbangan yang terdiri dari: DBH, DAU, DAK; Dana
Otsus; Dana Keistimewaan DIY; dan Dana Transfer Lainnya.
•Sedangkan dana pusat yang di kedaerahkan dari APBN sebagai
berikut:
14
PEMERINTAH PUSAT
DBH Mendanai Kegiatan POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH
Desentralisasi
DAU (UU 23/2014 dan UU 33/2004)
DAK POKJA Bel. Transf. Daerah POKJA Bel. Pusat Mendanai Kegiatan
(MDN, Menkeu, Bappenas & Banggar) (Menkeu, Bappenas, K/L, Banggar) Dekon/TP dan
Dana Otsus APBN Instansi Vertikal
Keistimewaan DIY Belanja Untuk Di luar 6
Daerah Urusan 1. Belanja Pusat di Pusat
2. Belanja Pusat Di Daerah 6 Urusan
Dana Transfer Lainnya

PEMERINTAH DAERAH
 PELIMPAHAN URUSAN DAN WEWENANG
• Tunj. Profesi Guru PNSD Melalui K/L
• Tamb. Penghasilan Guru PNSD
• Bantuan Op. Sekolah Desentralisasi Dekon / TP Dana Vertikal
• DID
• Dana Proyek Pemda & Desen
• Dana Darurat
Bel Langsung Bel Tdk lgsng
•B. Pegawai •B. Pegawai
• PDRD •B. Barang &jasa
• Hsl Pengel •B. Bunga
•B. Modal •B. Subsidi
Kekayaan Drh Pembiayaan Lainnya
yg di pisahkan •B. Hibah
• Lain2 PAD yg sah •B. Bansos Pinjaman (termasuk
•B. Bagi Hasil Obligasi Daerah)
DANA Lain-Lain Pend. •B. Bankeu Penggunaan SILPA
PAD •BTT
TRANSFER yang sah

Pendapatan Surplus / Pembiayaan


Belanja Daerah Daerah
Daerah Defisit Daerah
1 2 APBD 3 4 15
 Trilogi Bentuk yang terdiri dari 3
komponen yang saling berhubungan
dan membangun tema tertentu.
 Prinsip Memandang Dana
Perimbangan (DBH, DAU, DAK)
sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
 Temanya : pemerataan 
mengatasi vertical fiscal imbalance
DAU
DBH dan horizontal Fiscal imbalance.
 Simulasi mekanisme  pada saat
DBH meningkat (berputar ke kanan),
maka pada umumnya DAU menurun
(berputar ke kiri), demikian pula
DAK, atau sebaliknya.
DAK  Prinsip ini digunakan dlm
perhitungan DAU & DAK per daerah

16
Penyesuaian Struktur APBD pada
RUU HKPD Dengan Ditetapkannya
UU No. 23 Tahun 2014

17
STRUKTUR PENDAPATAN DAERAH
(DISESUAIKAN UU NO. 23 TH 2014 TTG PEMERINTAHAN DAERAH)
 1. PAD
 1.1. Pajak Daerah
 1.2. Retribusi Daerah
 1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
 1.4. Lain-lain PAD yang sah
 2. Pendapatan Transfer
 2.1. Transfer Pemerintah Pusat
 2.1.1 Dana Perimbangan
 2.1.2. Dana Onomi Khusus
 2.1.3. Dana Keistimewaan
 2.1.4. Dana Desa
 2.2. Transfer Antar Daerah
 2.2.1. Pendapatan Bagi Hasil
 2.2.2. Bantuan Keuangan
 3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang sah
 3.1. Hibah
 3.2. Dana Darurat
 3.3. Lain-lain Pendapatan

 ***Catatan: Dana BOS dan TPG masuk dalam DAK


18
STRUKTUR DANA PERIMBANGAN
(Menurut UU 23/2014)
1. Dana Bagi Hasil (DBH)
a. DBH Pajak
1) PBB
2) PPh Pasal 25 dan Pasal 29 WPOPDN dan PPh Pasal 21
b. DBH Cukai (Tidak Masuk Dalam DBH Pajak)
c. DBH SDA
1) Penerimaan Kehutanan (IIUPH, PSDH, DR)
2) Penerimaan Pertambangan Minerba (Iuran Tetap/Landrent, Iuran Eksplorasi
dan Ekploitasi/Royalty) (Nomenklatur Bukan Pertambangan Umum)
3) Penerimaan dari SDA Pertambangan Minyak Bumi
4) Penerimaan dari SDA Pertambangan Gas Bumi
5) Penerimaan dari SDA Panas Bumi (Tidak Masuk Kategori
Pertambangan).
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
3. Dana Alokasi Khusus (DAK).

19
Implikasi Beralihnya Urusan
Pemerintahan Bidang Kehutanan dan
Pertambangan Minerba Dari Kab/Kota Ke
Provinsi Dengan Ditetapkannya
UU No. 23 Tahun 2014 Terkait Dengan
DBH

20
BIDANG KEHUTANAN:
1. DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari
IIUPH yang semula (UU33/2004 dan PP 55/2005) utk drh
sebesar 80%, dibagi: 16% utk Prov, dan 64% utk Kab/Kota
Penghasil, diusulkan dlm RUU HKPD untuk dibuat formula
baru;
2. DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari
PSDH, yg semula (UU33/2004 dan PP 55/2005) utk drh
sebesar 80% dibagi: 16% utk Prov, 32% utk Kab/Kota
penghasil, dan 32% dibagi rata utk Kab/Kota dlm prov ybs,
diusulkan dlm RUU HKPD Pembagian Porsi utk Prov dan
Kab/Kota untuk dibuat formula baru;
3. DBH DR Bagian Daerah (40%) yang semula ke Kab/Kota,
menjadi ke Provinsi.
21
BIDANG PERTAMBANGAN MINERBA:

1. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Minerba yang


bersumber dari Iuran Tetap yang semula (UU33/2004 dan PP
55/2005) utk drh sebesar 80%, dibagi: 16% utk Prov, dan 64%
utk Kab/Kota Penghasil, diusulkan dlm RUU HKPD untuk
dibuat formula baru;
2. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Minerba yang
bersumber dari Iuran Produksi yg semula (UU33/2004 dan PP
55/2005) utk drh sebesar 80% dibagi: 16% utk Prov, 32% utk
Kab/Kota penghasil, dan 32% dibagi rata utk Kab/Kota dlm prov
ybs, diusulkan dlm RUU HKPD Pembagian Porsi utk Prov dan
Kab/Kota untuk dibuat formula baru;

22
Draft Pembagian
Dana Bagi Hasil (DBH) Dalam
RUU HKPD dibandingkan dengan
UU 33/2004 dan PP 55/2005

23
DBH Pajak yang bersumber dari PBB yang dihasilkan dari
wilayah Daerah yang bersangkutan ditetapkan sebesar 90%
dengan rincian:

• DRAF RUU HKPD • UU 33/2004 dan PP


55/2005
• 18% untuk provinsi ybs. • 16,2% untuk Prov ybs
• 72% untuk kab dan • 64,8% untuk Kab/Kota
kota ybs. ybs
• 9% untuk biaya
pemungutan

24
DBH Pajak yang bersumber dari PPh Pasal 25 dan Pasal 29 WPOPDN
dan PPh Pasal 21, ditetapkan sebesar 20% dengan rincian:

• DRAF RUU HKPD • UU 33/2004 dan PP


• 8% utk provinsi ybs. 55/2005
• 8% utk Prov ybs
• 12% utk kab/kota ybs. • 12% utk kab/kota dlm prov
Pembagian kepada provinsi, kab ybs, dibagi:
dan kota didasarkan pada • 8,4% utk kab/kota wajib
wilayah Daerah tempat tinggal pajak terdaftar
wajib pajak, tempat kegiatan • 3,6% utk seluruh kab/kota dlm
usaha, dan/atau tempat prov ybs
bekerja.

25
DBH Cukai yang bersumber dari CHT ditetapkan sebesar 2%
dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

• 0,4% (= 20% dari 2%)untuk • Tidak diatur.


provinsi ybs; • PengaturanDBH CHT ada di UU
• 0,8% (=40% dari 2%) untuk 39 Tahun 2007, dengan
kab/kota penghasil; dan rincian:
– 30% untuk prov penghasil;
• 0,8% (=40% dari 2%)untuk
kab dan kota lainnya dalam – 40% untuk kab/kota
penghasil, dan
provinsi ybs.
– 30% untuk kab/kota
lainnya.

26
DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari IIUPH,
ditetapkan sebesar 80%:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

80% untuk kab/kota penghasil. Dibagi:


(Diusulkan untuk diubah, • 16% utk prov ybs
karena Urusan Pemerintahan • 64% utk kab/kota penghasil
Bidang Kehutanan sesuai UU
23/2014 menjadi Urusan
Pusat dan Provinsi )

27
DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari PSDH,
yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan,
ditetapkan sebesar 80% dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005 55/2005

• 16% untuk provinsi ybs; • 16% untuk provinsi ybs;


• 32% untuk kab/kota • 32% untuk kab/kota
penghasil; dan penghasil; dan
• 32% untuk kab dan kota • 32% untuk kab dan kota
lainnya dalam provinsi ybs. lainnya dalam provinsi ybs.

28
DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari Dana
Reboisasi

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

Ditetapkan sebesar 40% untuk Ditetapkan sebesar 40% dibagi


provinsi penghasil. kepada kabupaten/ kota
penghasil.

29
DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Minerba yang
bersumber dari Iuran Tetap

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

Ditetapkan sebesar 80% untuk Ditetapkan sebesar 80%, yang


kabupaten/kota penghasil. dibagi:
(Diusulkan untuk diubah, •16% utk prov ybs
karena Urusan Pemerintahan •64% utk kab/kota penghasil
Bidang Pertambangan
Minerba sesuai UU 23/2014
menjadi Urusan Pusat dan
Provinsi )

30
DBH SDA Pertambangan Minerba yang bersumber dari Iuran
Produksi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan
ditetapkan sebesar 80% dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

• 16% untuk provinsi yang • 16% utk provinsi yang


bersangkutan; bersangkutan
• 32% untuk kab/kota • 32% utk kab/kota penghasil
penghasil; dan • 32% utk kab/kota lainnya
• 32% untuk kab/kota lainnya dalam provinsi ybs
dalam provinsi ybs.
(masih didiskusikan)

31
DBH SDA Pertambangan Minerba yang bersumber dari Iuran
Produksi sebesar 80% yang diperoleh dari wilayah laut sampai
dengan 12 mil dibagi dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

• 26% untuk provinsi yang • 26% untuk provinsi yang


bersangkutan; dan bersangkutan;
• 54% untuk kabupaten dan • 54% untuk kabupaten/kota
kota dalam provinsi yang lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan. bersangkutan.
(masih didiskusikan)

32
DBH SDA Pertambangan Minerba yang berasal dari kawasan
perhutanan, bagian daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

• 26% untuk provinsi yang Tidak mengatur.


bersangkutan;
• 27% untuk kabupaten/kota
wilayah pertambangan; dan
• 27% untuk kabupaten/kota
lainnya.

33
DBH SDA Pertambangan minyak yang dihasilkan dari wilayah Darat
dan Wilayah laut sejauh 4 mil dari garis pantai, ditetapkan sebesar
15,5% dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

• 3% untuk provinsi ybs; Sebesar 15% dibagi dengan rincian sebagai


berikut:
• 6,25% untuk kab/kota • 3% utk provinsi ybs;
penghasil; dan • 6% utk kab/kota penghasil; dan
• 6% utk seluruh kab/kota lainnya dalam
• 6,25% untuk kab dan kota provinsi ybs.
lainnya dalam provinsi ybs. Sebesar 0,5% (Utk alokasi Pendidikan) dibagi
dengan rincian :
• 0,1% utk provinsi ybs;
• 0,2% utk kab/kota penghasil; dan
• 0,2% utk seluruh kab/kotalainnya dalam
provinsi ybs.

34
DBH SDA Pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% yang diperoleh
dari wilayah laut di atas 4 mil sd 12 mil dibagi dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

• 5% untuk provinsi ybs. Tidak mengatur secara spesifik


• 10,5% untuk kab/kota di wilayah laut, tetapi wilayah
lainnya dalam provinsi yang secara umum:
bersangkutan. •(5%+0,17%) utk Prov.
•(10% + 0,33%) utk seluruh
Kab/Kota.

35
DBH SDA Pertambangan gas bumi yang dihasilkan dari wilayah daratan
kabupaten/kota yang bersangkutan dan wilayah laut sejauh 4mil dari garis
pantai, ditetapkan sebesar 30,5% dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

• 6% untuk provinsi ybs; Pengaturan 30,5%


• 12,25% untuk kab/kota a. 30% dibagi:
penghasil; • 6% utk prov ybs
• 12,25% untuk kab/kota lainnya • 12% utk kab/kota penghasil
dalam provinsi ybs. • 12% utk kab/kota lainnya
b. 0,5% dibagi:
• 0,1 % utk prov ybs
• 0,2 % Utk Kab/kota penghasil
• 0,2 % utk kab/kota lainnya

36
DBH Sumber Daya Alam pertambangan gas bumi sebesar 30,5% (tiga puluh
koma lima persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang diperoleh dari
wilayah laut di atas 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dibagi
dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

• 10% utk provinsi ybs; dan Pengaturan 30,5%:


• 20,5% utk kab/kota lainnya a. 30% dibagi:
dalam provinsi ybs • 10% utk prov ybs
• 20% utk kab/kota lainnya
b. 0,5% dibagi:
• 0,17 utk prov ybs
• 0,33 utk kab/kota lainnya

37
DBH Sumber Daya Alam yang berasal dari Pengusahaan Panas Bumi yang
dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan, ditetapkan sebesar 80%
dengan rincian:

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005

• 10% utk provinsi ybs; • 16% utk prov ybs


• 35% utk kab/kota penghasil; • 32% utk kab/kota penghasil
dan • 32% utk kab/kota lainnya
• 35% utk kab/kota lainnya
dalam provinsi ybs.

Catatan:
Panas Bumi sesuai UU 21 Tahun 2014 bukan lagi masuk kategori Pertambangan. 38
38
Penetapan Daerah Penghasil

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005


• Menteri teknis menetapkan • Menteri teknis menetapkan
Daerah penghasil dan rencana daerah penghasil dan dasar
penerimaan negara dari sumber penghitungan DBH Sumber Daya
daya alam per daerah sebagai Alam paling lambat 60 (enam
dasar alokasi DBH SDApaling lama puluh) hari sebelum tahun
2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran bersangkutan
anggaran bersangkutan dilaksanakan setelah
dilaksanakan. berkonsultasi dengan Menteri
Dalam Negeri

Dalam hal SDA berada pada wilayah yang berbatasan atau berada pada lebih
dari satu daerah, menteri teknis menetapkan daerah penghasil sumber SDA
berdasarkan pertimbangan Mendagri paling lama 60 (enam puluh) hari setelah
diterimanya usulan pertimbangan dari Mendagri.

39
Penyaluran DBH

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005


Penyaluran triwulan kesatu, • Penyaluran DBH PBB dilaksanakan
kedua dan ketiga untuk berdasarkan realisasi penerimaan TA berjalan.
DBH Pajak dan DBH CHT • Penyaluran DBH PBB dilaksanakan secara
sebesar 25% dari alokasi. mingguan
• Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal
21 dilaksanakan berdasarkan prognosa
realisasi penerimaan TA berjalan.
• Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal
21 dilaksanakan secara triwulanan, dengan
perincian :
a.TW I s.d III masing2 sebesar 20% dari alokasi;
b.TW IV selisih atr alokasi Definitif dengan dana
yang telah dicairkan selama TW I sd III.

40
Penyaluran DBH

DRAF RUU HKPD UU 33/2004 dan PP 55/2005


Penyaluran DBH SDA • Penyaluran DBH SDA dilaksanakan
triwulan kesatu, kedua dan berdasarkan realisasi penerimaan SDA TA
ketiga sebesar 20% dari berjalan.
alokasi. • Dilaksanakan secara triwulanan.

41
Dana Alokasi Umum (DAU)
• DAU ditetapkan 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang
ditetapkan dalam APBN.
• DAU ditetapkan untuk provinsi sebesar 10% dan kabupaten dan kota
sebesar 90%.
• Proporsi DAU untuk provinsi dan kabupaten/kota dapat diubah sesuai
dengan perubahan urusan antara provinsi dan kabupaten/kota,
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
• Dalam menetapkan kebijakan DAU Pemerintah Pusat mempertimbangkan
Daerah yang berciri kepulauan (30% utk Provinsi, 70% utk Kab/Kota)

42
Lanjutan .....
• DAU suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal.
• Celah fiskal dihitung sebagai selisih antara kebutuhan fiskal
dengan kapasitas fiskal Daerah.
• Kapasitas fiskal Daerah merupakan penjumlahan dari PAD dan
DBH.
• Dalam jangka waktu 5 tahun sejak diberlakukannya UU ini,
kebutuhan fiskal diukur berdasarkan kebutuhan riil daerah.
• Kebutuhan fiskal suatu Daerah dihitung sebagai hasil perkalian
rata-rata belanja Daerah secara nasional dengan jumlah perkalian
bobot variabel indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah,
indeks pembangunan manusia dan indeks kemahalan konstruksi.
(Belanja Pegawai PNSD sdh tidak masuk lagi dalam perhitungan
kebutuhan fiskal)

43
DAK
• DAK dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
• Kegiatan khusus tsb adalah:
– kegiatan dalam rangka mendorong pencapaian SPM Urusan Wajib yang
terkait pelayanan dasar dengan memprioritaskan pada urusan
pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum;
– kegiatan dalam rangka pencapaian prioritas nasional selain pelayanan
dasar.
– kegiatan dalam rangka kebijakan tertentu yang ditetapkan dalam
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
• Kegiatan dalam rangka pencapaian prioritas nasional terdiri dari: prioritas
nasional berdasarkan sektor/bidang dan prioritas nasional berdasarkan
kewilayahan.

44
Lanjutan ........
• Daerah yang mendapat DAK, adalah Daerah dengan indeks
kemampuan keuangan Daerah di bawah rata-rata nasional dan
indeks pencapaian SPM di bawah SPM yang ditetapkan.
• Daerah yang mendapatkan alokasi DAK untuk mendanai kegiatan
prioritas nasional berdasarkan sektor/bidang ditetapkan berdasarkan
kemampuan keuangan Daerah dan kriteria teknis.
• Pedoman umum penggunaan DAK untuk pencapaian SPM dan
prioritas nasional ditetapkan oleh menteri teknis/pimpinan lembaga
pemerintah non kementerian sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
DAK di Daerah yg ditetapkan paling lama 1 tahun setelah UU ini
diundangkan.
• Dalam hal diperlukan, menteri teknis/pimpinan lembaga pemerintah
non kementerian dapat menetapkan petunjuk lebih lanjut
pelaksanaan DAK dengan mengacu pedoman umum.

45
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai