1
I. Amanat Konstitusi UUD ‘45
2
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UUD 1945
PUSAT
PRESIDEN Pemegang kekuasaan
pemerintahan – Psl 4 (1)
UUD 1945
Keuangan Negara
Koordinasi Koordinasi
Sebagian
Urusan Koordinator dlm penyeleng.
urusan pem. di daerah
Psl 8 UU 23/2014
KEMENDAGRI Termasuk Pembina LKPD
(PP 58 Tahun 2005)
Tanggungjawab
Otonomi Seluas-luasnya
Ps 18 (5) UUD ‘45
5
UUD 1945
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang
[Pasal 18 (1)**]
Gubernur, Bupati,
PEMERINTAHAN DAERAH anggota DPRD
Walikota dipilih
dipilih melalui
secara KEPALA PEMERINTAH
DPRD pemilu
demokratis DAERAH
[Pasal 18 (3) **]
[Pasal 18 (4)**]
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18
(2)**]
7
II. Konsepsi Hubungan Pusat
dan Daerah
8
Pasal 282 UU 23/2014
1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran
pendapatan dan belanja daerah;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat di daerah didanai dari dan
atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara;
3) Administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat sebagairnana dimaksud pada
ayat (2).
9
Pem Kab/Kota dan Sinergitas pemb &
KOORDINASI instansi vertikal penyelenggaraan
pemerintahan
Pemerintah Mempercepat
PEMBINAAN Kabupaten/ Kota peningkatan kapasitas
FUNGSI Pemerintahan Kab/Kota
GUB SBG
WKL PEM •Penyelenggaran Pem
Pemerintah
PENGAWASAN Kabupaten/ Kota sesuai NSPK
•Peningkatan
Akuntabilitas
PEMERINTAHAN
ABSOLUT KONKUREN UMUM
1.PERTAHANAN
2.KEAMANAN WAJIB PILIHAN
3.AGAMA
4.YUSTISI Dibagi
5.POLITIK LUAR YAN NON YAN berdasarkan
NEGERI kriteria
DASAR DASAR
6.MONETER
Eksternalitas,
SPM Akuntabilitas
dan Efisiensi
1. Dilaksanakan
sendiri
2. Dekonsentrasi
3. TP DESENTRALISASI
11
URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN
WAJIB PILIHAN
PEMERINTAH
PASAL 8 ayat (3)
UU 23/2014
Pembinaan Pengawasan BINWAS Secara
Nasional
dikoordinasikan
Mendagri K/L oleh Mendagri
Provinsi
Gubernur sbg wakil Pem. Binwas umum &
teknis (PP 19/2010 & PP 23/2011
Kab/Kota
13
POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAERAH
•Terdapat hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 dan UU Nomor
33 Tahun 2004 (?) yang berlandaskan pada asas dekonsentrasi,
desentralisasi dan tugas pembantuan.
•Sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan pemerintahan Negara
dan daerah berasal dari APBN. Dimana dari sumber pembiayaan
APBN dimaksud dibelanjakan untuk mendanai kegiatan
dekonsentrasi/TP dan instansi vertikal yang terdiri atas:
belanja pusat di pusat (K/L) dan
belanja pusat di daerah.
•Dari belanja APBN dimaksud juga dibelanjakan untuk Daerah guna
mendanai kegiatan desentralisasi berupa transfer ke daerah dalam
bentuk Dana Perimbangan yang terdiri dari: DBH, DAU, DAK; Dana
Otsus; Dana Keistimewaan DIY; dan Dana Transfer Lainnya.
•Sedangkan dana pusat yang di kedaerahkan dari APBN sebagai
berikut:
14
PEMERINTAH PUSAT
DBH Mendanai Kegiatan POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH
Desentralisasi
DAU (UU 23/2014 dan UU 33/2004)
DAK POKJA Bel. Transf. Daerah POKJA Bel. Pusat Mendanai Kegiatan
(MDN, Menkeu, Bappenas & Banggar) (Menkeu, Bappenas, K/L, Banggar) Dekon/TP dan
Dana Otsus APBN Instansi Vertikal
Keistimewaan DIY Belanja Untuk Di luar 6
Daerah Urusan 1. Belanja Pusat di Pusat
2. Belanja Pusat Di Daerah 6 Urusan
Dana Transfer Lainnya
PEMERINTAH DAERAH
PELIMPAHAN URUSAN DAN WEWENANG
• Tunj. Profesi Guru PNSD Melalui K/L
• Tamb. Penghasilan Guru PNSD
• Bantuan Op. Sekolah Desentralisasi Dekon / TP Dana Vertikal
• DID
• Dana Proyek Pemda & Desen
• Dana Darurat
Bel Langsung Bel Tdk lgsng
•B. Pegawai •B. Pegawai
• PDRD •B. Barang &jasa
• Hsl Pengel •B. Bunga
•B. Modal •B. Subsidi
Kekayaan Drh Pembiayaan Lainnya
yg di pisahkan •B. Hibah
• Lain2 PAD yg sah •B. Bansos Pinjaman (termasuk
•B. Bagi Hasil Obligasi Daerah)
DANA Lain-Lain Pend. •B. Bankeu Penggunaan SILPA
PAD •BTT
TRANSFER yang sah
16
Penyesuaian Struktur APBD pada
RUU HKPD Dengan Ditetapkannya
UU No. 23 Tahun 2014
17
STRUKTUR PENDAPATAN DAERAH
(DISESUAIKAN UU NO. 23 TH 2014 TTG PEMERINTAHAN DAERAH)
1. PAD
1.1. Pajak Daerah
1.2. Retribusi Daerah
1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1.4. Lain-lain PAD yang sah
2. Pendapatan Transfer
2.1. Transfer Pemerintah Pusat
2.1.1 Dana Perimbangan
2.1.2. Dana Onomi Khusus
2.1.3. Dana Keistimewaan
2.1.4. Dana Desa
2.2. Transfer Antar Daerah
2.2.1. Pendapatan Bagi Hasil
2.2.2. Bantuan Keuangan
3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang sah
3.1. Hibah
3.2. Dana Darurat
3.3. Lain-lain Pendapatan
19
Implikasi Beralihnya Urusan
Pemerintahan Bidang Kehutanan dan
Pertambangan Minerba Dari Kab/Kota Ke
Provinsi Dengan Ditetapkannya
UU No. 23 Tahun 2014 Terkait Dengan
DBH
20
BIDANG KEHUTANAN:
1. DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari
IIUPH yang semula (UU33/2004 dan PP 55/2005) utk drh
sebesar 80%, dibagi: 16% utk Prov, dan 64% utk Kab/Kota
Penghasil, diusulkan dlm RUU HKPD untuk dibuat formula
baru;
2. DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari
PSDH, yg semula (UU33/2004 dan PP 55/2005) utk drh
sebesar 80% dibagi: 16% utk Prov, 32% utk Kab/Kota
penghasil, dan 32% dibagi rata utk Kab/Kota dlm prov ybs,
diusulkan dlm RUU HKPD Pembagian Porsi utk Prov dan
Kab/Kota untuk dibuat formula baru;
3. DBH DR Bagian Daerah (40%) yang semula ke Kab/Kota,
menjadi ke Provinsi.
21
BIDANG PERTAMBANGAN MINERBA:
22
Draft Pembagian
Dana Bagi Hasil (DBH) Dalam
RUU HKPD dibandingkan dengan
UU 33/2004 dan PP 55/2005
23
DBH Pajak yang bersumber dari PBB yang dihasilkan dari
wilayah Daerah yang bersangkutan ditetapkan sebesar 90%
dengan rincian:
24
DBH Pajak yang bersumber dari PPh Pasal 25 dan Pasal 29 WPOPDN
dan PPh Pasal 21, ditetapkan sebesar 20% dengan rincian:
25
DBH Cukai yang bersumber dari CHT ditetapkan sebesar 2%
dengan rincian:
26
DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari IIUPH,
ditetapkan sebesar 80%:
27
DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari PSDH,
yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan,
ditetapkan sebesar 80% dengan rincian:
28
DBH Sumber Daya Alam Kehutanan yang bersumber dari Dana
Reboisasi
29
DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Minerba yang
bersumber dari Iuran Tetap
30
DBH SDA Pertambangan Minerba yang bersumber dari Iuran
Produksi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan
ditetapkan sebesar 80% dengan rincian:
31
DBH SDA Pertambangan Minerba yang bersumber dari Iuran
Produksi sebesar 80% yang diperoleh dari wilayah laut sampai
dengan 12 mil dibagi dengan rincian:
32
DBH SDA Pertambangan Minerba yang berasal dari kawasan
perhutanan, bagian daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian:
33
DBH SDA Pertambangan minyak yang dihasilkan dari wilayah Darat
dan Wilayah laut sejauh 4 mil dari garis pantai, ditetapkan sebesar
15,5% dengan rincian:
34
DBH SDA Pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% yang diperoleh
dari wilayah laut di atas 4 mil sd 12 mil dibagi dengan rincian:
35
DBH SDA Pertambangan gas bumi yang dihasilkan dari wilayah daratan
kabupaten/kota yang bersangkutan dan wilayah laut sejauh 4mil dari garis
pantai, ditetapkan sebesar 30,5% dengan rincian:
36
DBH Sumber Daya Alam pertambangan gas bumi sebesar 30,5% (tiga puluh
koma lima persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang diperoleh dari
wilayah laut di atas 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dibagi
dengan rincian:
37
DBH Sumber Daya Alam yang berasal dari Pengusahaan Panas Bumi yang
dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan, ditetapkan sebesar 80%
dengan rincian:
Catatan:
Panas Bumi sesuai UU 21 Tahun 2014 bukan lagi masuk kategori Pertambangan. 38
38
Penetapan Daerah Penghasil
Dalam hal SDA berada pada wilayah yang berbatasan atau berada pada lebih
dari satu daerah, menteri teknis menetapkan daerah penghasil sumber SDA
berdasarkan pertimbangan Mendagri paling lama 60 (enam puluh) hari setelah
diterimanya usulan pertimbangan dari Mendagri.
39
Penyaluran DBH
40
Penyaluran DBH
41
Dana Alokasi Umum (DAU)
• DAU ditetapkan 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang
ditetapkan dalam APBN.
• DAU ditetapkan untuk provinsi sebesar 10% dan kabupaten dan kota
sebesar 90%.
• Proporsi DAU untuk provinsi dan kabupaten/kota dapat diubah sesuai
dengan perubahan urusan antara provinsi dan kabupaten/kota,
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
• Dalam menetapkan kebijakan DAU Pemerintah Pusat mempertimbangkan
Daerah yang berciri kepulauan (30% utk Provinsi, 70% utk Kab/Kota)
42
Lanjutan .....
• DAU suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal.
• Celah fiskal dihitung sebagai selisih antara kebutuhan fiskal
dengan kapasitas fiskal Daerah.
• Kapasitas fiskal Daerah merupakan penjumlahan dari PAD dan
DBH.
• Dalam jangka waktu 5 tahun sejak diberlakukannya UU ini,
kebutuhan fiskal diukur berdasarkan kebutuhan riil daerah.
• Kebutuhan fiskal suatu Daerah dihitung sebagai hasil perkalian
rata-rata belanja Daerah secara nasional dengan jumlah perkalian
bobot variabel indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah,
indeks pembangunan manusia dan indeks kemahalan konstruksi.
(Belanja Pegawai PNSD sdh tidak masuk lagi dalam perhitungan
kebutuhan fiskal)
43
DAK
• DAK dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
• Kegiatan khusus tsb adalah:
– kegiatan dalam rangka mendorong pencapaian SPM Urusan Wajib yang
terkait pelayanan dasar dengan memprioritaskan pada urusan
pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum;
– kegiatan dalam rangka pencapaian prioritas nasional selain pelayanan
dasar.
– kegiatan dalam rangka kebijakan tertentu yang ditetapkan dalam
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
• Kegiatan dalam rangka pencapaian prioritas nasional terdiri dari: prioritas
nasional berdasarkan sektor/bidang dan prioritas nasional berdasarkan
kewilayahan.
44
Lanjutan ........
• Daerah yang mendapat DAK, adalah Daerah dengan indeks
kemampuan keuangan Daerah di bawah rata-rata nasional dan
indeks pencapaian SPM di bawah SPM yang ditetapkan.
• Daerah yang mendapatkan alokasi DAK untuk mendanai kegiatan
prioritas nasional berdasarkan sektor/bidang ditetapkan berdasarkan
kemampuan keuangan Daerah dan kriteria teknis.
• Pedoman umum penggunaan DAK untuk pencapaian SPM dan
prioritas nasional ditetapkan oleh menteri teknis/pimpinan lembaga
pemerintah non kementerian sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
DAK di Daerah yg ditetapkan paling lama 1 tahun setelah UU ini
diundangkan.
• Dalam hal diperlukan, menteri teknis/pimpinan lembaga pemerintah
non kementerian dapat menetapkan petunjuk lebih lanjut
pelaksanaan DAK dengan mengacu pedoman umum.
45
Terima Kasih