Anda di halaman 1dari 88

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

DIABETES MELITUS
DAN
DIABETIC FOOT ULCER

Disampaikan pada :
SEMINAR DAN WORKSHOP
“TATA LAKSANA TERKINI DIABETES MELITUS DAN PERAWATAN PASIEN
DIABETIC FOOT ULCER DENGAN MODERN DRESSING
RUMAH SAKIT JEMBER KLINIK
AHAD, 28 JANUARI 2018
Tujuan Pengelolaan DM Secara Umum
Hilangnya tanda dan keluhan DM dan mempertahankan
kenyamanan dan kesehatan
Tercegahya dan terhambatnya progresifitas komplikasi
mikroangioopati, makroangiopati, neuropati dengan
tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas. Untuk itu dilakukan:
 Pengendalian hiperglikemi, tekanan darah, berat badan, dan lipid,
melalui pengeloaan pasien secara holistik dengan mengajarkan
perawatan mandiri dan perubahan prilaku.
LANGKAH LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN PADA PENGELOLAAN PASIEN
DM (Konsensus Perkeni, 2002)

Anamnesa dan pemeriksaan fisik lengkap


Evaluasi medis khusus diabetes pada pertemuan awal
 Anamnesis keluhan hiperglikemi dan komplikasi
 Pemeriksaan fisik tiap kali pertemuan :
 TB,BB, TD (diperiksa pada posisi tidur dan duduk)
 Tanda neuropati
 Mata
 Gimul
 Keadaan kaki (termasuk rabaan nadi kaki) kulit dan kuku
Laboratorium :
 Hb, leukosit, LED
 GDP dan GPP
 Urinalisis rutin
Pemeriksaan laboratorium tambahan yang disarankan, tergantung
fasilitas yang tersedia :

HbA1c (glycosilated haemoglobin)


Mikroalbuminuri
Kreatinin
Albumin/termasuk SGPT
Kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida
EKG
Ro thorax
Funduskopi
Pilar Pengelolaan DM
1. Edukasi
2. Perencanaan makan
3. Latihan Jasmani
4. Intervensi farmakologis
1. EDUKASI
 Pendekatan tim (perawat edukator diabetes, dokter, ahli gizi, podiatris,
psikiatris dan pekerja sosial)
 Komunikasi tim yang baik diperlukan untuk mencegah kebingungan pasien
 Salah satu metode edukasi tim: Burger
 Materi Edukasi:
 Pengetahuan tentang patofisiologi DM
 Komplikasi dan pencegahan komplikasi
 Diet
 Olah raga
 OHO dan insulin (termasuk cara penyuntikan insulin)
 Perawatan kaki
 Follow up care
 Penanganan hipo dan hiperglikemi
 PGDM (Pemeriksaan Gula Darah Mandiri)
 Perawatan diri dikala sakit
 Melakukan perjalanan jauh
2. PERENCANAAN MAKAN
 Merupakan salah satu pilar penanganan pasien DM tipe ½
 Prinsip:
 Harus disesuaikan dengan kebiasaan tiap individu
 Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, stutus gizi, umur, ada tidaknya stress akut,
dan kegiatan jasmani
 Jumlah kalori yang masuk lebih penting dari pada jenis asal kalori
 Menghitung kebutuhan kalori dengan menggunakan:
 Rumus Broca (yang dipakai di klinik)
 BBI=(TB-100)-10%
 Status gizi:
 BB kurang BB<90%BBI
 BB normal BB90-110%BBI
 BB lebih BB110-120%BBI
 BB gemuk BB>120% BBi
 IMT (Index Massa Tubuh)
PERENCANAAN MAKAN
 Contoh perhitungan Kalori dengan rumus Broca:
 BBI=(TB-100)-10% dikalikan dengan kebutuhan kalori untuk
metabolisme basal (30kkal/kgBB untuk pria;24 kkal/kgBB untuk wanita)
 Penambahan:
 10-30% aktifitas
 20% stress akut

 Koreksi bila gemuk

 Makanan dibagi atas 3 porsi besar: pagi (20%), siang(30%), sore (25%) dan
sisa untuk snack diantara makan pagi siang dan siang-sore. Selanjutnya
perubahan disesuaikan dengan pola makan pasien.
 Standar yang dianjurkan untuk komposisi makanan:
KH 60-70%
Protein 10-15%
Lemak 20-25%
PERENCANAAN MAKAN
 KH diklasifikasikan berdasarkan efeknya terhadap peningkatan
glukosa (Index glikemik):
 Lambat (a.l. roti whole grain, nasi, kentang, cereal, apel)
 Sedang
 Cepat
 Untuk mencegah peningkatkan glukosa secara cepat maka dipilih
makanan dengan index glikemik lambat
 Gula murni tidak perlu dihindari
3. LATIHAN JASMANI
 Manfaat olah raga bagi pasien DM:
 Meningkatkan kontrol GD
 Menurunkan resiko penyakit KV, jika dilakukan minimal 30 menit,3-4
kali/minggu sampai HR mencapai 220-umur/menit
 Menurunkan BB
 Menimbulkan kegembiraan
 Sebelum melakukan olah raga, pasien DM:
 Melakukan evaluasi medis
 Diidentifikasi kemungkinan adanya masalah mikro dan makroangiopati yang
akan bertambah buruk dengan olah raga
 Jenis olah raga:
 Rekreasional maupun profesional sport boleh dilakukan oleh pasien DM
 Hindari olah raga dengan kontak tubuh
 Informasi yang perlu disampaikan pada pasien
 Cek gula darah sebelum olah raga, cek apakah butuh tambahan glukosa
LATIHAN JASMANI
 Hindari dehidarasi, minum 500cc
 Diperlukan teman selama berolah raga
 Pakai selalu tanda pengenal sebagai diabetisi
 Selalu bawa makanan sumber glukosa cepat:permen, jely
 Makan snack sebelum mulai
 Jangan olah raga jika merasa ‘tak enak badan’
 Gunakan alas kaki yang baik
4. INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran
kadar glukosa darah belum tercapai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani

Intervensi Farmakologis meliputi:


1. OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
2. Insulin
1. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL
Lokasi kerja OHO pada tubuh
1. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL

Digolongkan berdasarkan cara kerjanya:

1. Pemicu sekresi insulin/secretagogue (Sulfonilurea


dan Glinit)
2. Penambah sensitifitas terhadap insulin: Metformin
dan Tiazolidindion
3. Penghambat absorbsi glukosa:penghambat oksidase
alfa
SULFONILUREA
 Bekerja dengan cara meningkatkan sekresi insulin
 Semua Sulfonilurea meningkatkan berat badan dan beresiko menyebabkan
hipoglikemi
 Menurunkan GDP sampai 50–70 mg/dl dan menurunkan HbA1c sampai 0.8–
1.7%
 Semua obat menyebabkan hipoglikemi berat, maka dosis yang diberikan
sekecil mungkin dan harus dimonitor GDP sampai 110-140mg/dL.
 Generasi pertama (Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide, and
Chlorpropamide)
 sudah tidak digunakan lagi (terutama di US) karena meningkatkan
reaksi obat dengan obat lain.
 sangat kuat efek hipoglikeminya (Chlorpropamide): hanya
dimetabolisme sebagianterakumulasi pada ginjalpada pasien
gangguan ginjal menyebabkan hipoglikemi memanjang dan berat
TIAZOLIDINDION
 Contoh:Troglitazone (Rezulin), rosiglitazone (Avandia) and
pioglitazone (Actos). Maret 2000 Troglitazone ditarik dari pasaran
US karena terbukti menyebabkan 60 laporan hepatotoksik.
 Bekerja dengan cara meningkatkan sensitifitas insulin pada jaringan
otot dan adipose dan sedikit menghambat produksi glukosa di hati.
 Relatif aman untuk pasien gangguan ginjal karena dimetabolisme di
hati dan dikeluarkan melalui feses.
 Penggunaan pada pasien gangguan hati dapat menyebabkan
akumulasi Tiazolidindion
 Terjadi sedikit peningkatan volume plasma pada penggunaan obat
inikontra indikasi untuk CHF fc III dan IV
PENGHAMBAT
GLUKOSIDASE ALFA/
GLUKOSIDASE INHIBITORS

 Generik:Acarbose (Glucobay)
 Bekerja dengan cara menghambat absorbsi karbohidrat pada usus
haluslansung menurunkan GDPP.
 Absorbsi dextrins, maltose, sucrose, and KH tergangu dengan
pemberian Acarbose tetapi tidak menghambat penyerapan glucose dan
lactose.
 Dimakan bersamaan suapan pertama
 Pengobatan dengan Arcabose dapat menurunkan GDP sampai 35–40
mg/dl dan HbA1c sampai 0.4–0.7%.
 Terapi Acarbose tidak menyebabkan peingkatan berat badan atau
hipoglikemi (karena hanya berefek lokal).
 KI: gangguan hepar, ginjal (keatinin>2mg/dl) dan GI
 Efek samping: peningkatan flatus, nyeri abdominal, dan diare.
BIGUANID
 Mekanisme kerja terutama menurunkan pengeluaran glukosa hati.

 Mampu meningkatkan sensitifitas terhadap insulin dengan meningkatkan


aktifitas reseptor insulin tirosin kinase, meingkatkan sistesis glikogen dan
meningkatkan transport GLUT $4 transporter ke dalam plasma membran.
Contoh: Metformin. Mampu menurunkan GDP sampai 50–70 mg/dl dan the
HbA1c sampai 1.4–1.8%.
 Tidak begitu berbahaya dalam menyebabkan hipoglikemi
 Efek samping yang sering terjadi: ketidak nyamanan GI dan mual. Hampir 0.03
kasus/1,000 pasien-tahun, mengalami asidosis laktat terutama pada pasien yang
mengalami renal insufisiensi dan gangguan hati
 Metformin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan kreatinin >1.5 mg/dl.
 Baik digunakan bagi pasien gemuk.
TERAPI KOMBINASI
INSULIN
 Cara kerja Insulin: Fungsi utama mengkounter hormon peningkat glukosa dan
mempertahankan gula darah normal, menstimulasi lipogenesis, menurunkan
lipolisis dan meningkatkan transport asam amino ke dalam sel, menstimulasi
pertumbuhan, sintesis DNA dan replikasi sel.

 Indikasi terapi insulin:


 DM tipe 1/IDDM
 DM tipe 2/NIDDM yang tidak berespon dengan pengobatan OHO
 DM tipe 2 dengan stress
 Penurunan BB yang cepat
 Ketoasidosis diabetik
INSULIN
Penyuntikan: subkutan
dan vena (dalam
keadaan akut)
Lokasi subkutan,
spt.gambar
KRITERIA PENGENDALIAN DM
PENANGANAN DM DENGAN KOMPLIKASI
DIABETES DAN HIPERTENSI
 Indikasi pengobatan: TD sistolik lebih atau sama dengan 130mmHg dan TD
diastolik lebih sama dengan 90mmHg
 Pengelolaan
 Non farmakologis: modifikasi gaya hidup. Menurunkan BB, OR,
menghendtikan rokok dan mengurangi konsumsi garam
 Farmakologis:
 Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih OAH (Obat Anti
Hipertensi)):
 Pengaruh OAH pada profil lipid

 Pengaruh OAH pada metabolisme glukosa

 Pengaruh OAH terhadap resisensi insulin

 Pengaruh OAH terhadap hipoglikemi


PENANGANAN DM DENGAN KOMPLIKASI
Obat Anti Hipertensi yang dianjurkan:
 Penghambat ACE (memperbaiki mikroalbuminuria)
 Penyekat reseptor angiotensin II
 Penyekat reseptor beta, selektif, dosis rendah
 Diuretik dosis rendah (dalam jangka panjang memperburuk toleransi
glukosa)
 Penghambat alfa
 Antagonis kalsium golongan non dihidropiridin
PENANGANAN DM DENGAN KOMPLIKASI
Nefropati Diabetik
 Diagnosis: jika terdapat kadar albumin urin lebih atau sama dengan
30 mg pada 2-3 kali pemeriksaan dalam jangka waktu 3-6 bulan
tanpa penyebab albuminuria lain (aktivitas fisik berat, ISK, gagal
jantung, hipertensi berat, demam tinggi)
 Penatalaksanaan:
 Kendalikan GD
 Kendaikan TD
 Diet protein 0.8 gr/hr
 Libatkan ahli nefrologi jika serum kreatinin telah mencapai lebih atau sama
dengan 2.0mg/dl
PENANGANAN DM DENGAN KOMPLIKASI
DM DENGAN GANGGUAN FUNGSI EREKSI
 DE (Disfungsi Ereksi) akibat dari neuropati otonom,
angiopati dan problem psikis
 DE sumber kecemasan tapi jarang disampaikan pasien
tanyakan pada saat pengkajian
 Diagnosis DE menggunakan International Index of Erectil
Function.
 Pengobatan lini pertama: terapi psikoseksual, obat oral
(sildenafil)
ASUHAN KEPERAWATAN
(PENGKAJIAN)
Aktivitas / Istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Tanda : penurunan kekuatan otot.
Sirkulasi
Gejala : ulkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas pada ekstremitas.
Tanda : kulit panas, kering dan kemerahan.
Integritas Ego
Gejala : tergantung pada orang lain.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
Eleminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia
Tanda : urine encer, pucat kering, poliurine.
Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan.
Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri pada luka ulkus
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.
Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lamba. Penggunaan
obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah, masukan
dibatasi, kacau mental.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral :
anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang
tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,
peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi /
tidak mengenal sumber informasi.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastric,
berlebihan (diare, muntah) masukan dibatasi (mual, kacau mental).
 Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
 Kriteria Hasil :
 Pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria ; pengeluaran urine yang adekuat (batas normal),
tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau
basah.
 Intervensi / Implementasi :
 Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortestastik.
 R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

 Kaji pola napas dan bau napas.

 R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkosis

respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.


 Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.

 R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi. Demam dengan

kulit yang kemerahan, kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.


 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

 R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.

 Pantau intake dan output. Catat berat jenis urine.

 R : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi

yang diberikan.
 Ukur berat badan setiap hari.

 R : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya

dalam memberikan cairan pengganti.


 Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi

 R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara

individual.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.

Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Kriteria Hasil :
 pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat, penurunan jumlah
intake ( diet pada status nutrisi).
 mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk meningkatkan dan

mempertahankan berat badan yang tepat.


Intervensi / Implementasi :
 Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
 R : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.

 Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan yang dapat

dihabiskan pasien.
 R : Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.

 Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,muntah, pertahankan

puasa sesuai indikasi.


 R : mempengaruhi pilihan intervensi.

 Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran, dingin/lembab,

denyut nadi cepat, lapar dan pusing.


 R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus dikali dan ditangani secara tepat.

 Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet.

 R : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah.


Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
 mengindentifikasifaktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
 pertahankan lingkungan aseptik yang aman.

Intervensi / Implementasi
 Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka , sputum
purulen, urin warna keruh dan berkabut.
 R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan ketosidosis atau dapat

mengalami infeksi nosokomial.


 Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiap kontak pada semua barang

yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien nya sendiri.


 R : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.

 Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateter folley, dsb).

 R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.

 Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.

 R : Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.

 Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah tulang yang tertekan, jaga

kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak berkerut).


 R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada penigkatan risiko terjadinya kerusakan

pada kulit / iritasi dan infeksi.


 Posisikan pasien pada posisi semi fowler.

 R : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang, menurunkan terjadinya risiko hipoventilasi.

 Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.

 R : penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.


Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi,
status hipermetabolisme/infeksi.
Tujuan : Rasa lelah berkurang / Penurunan rasa lelah
Kriteria Hasil :
Menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga.
 mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
 Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi / Implementasi :
 Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
 R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun pasien

mungkin sangat lemah.


 Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa terganggu.

 R : mencegah kelelahan yang berlebihan.

 Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.

 R : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang ditoleransi secara fisiologi.

 Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.

 R : dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih banyak kegiatan.

 Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan /

toleransi pasien.
 R : meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang

dapat ditoleransi pasien.


Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi/tidak mengenal
sumber informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil :
 melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
 memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen

perawatan.
Intervensi / Implementasi :
 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
 R : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga

tentang penyakitnya.
 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

 R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya

akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.


 Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.

 R : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.

 Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

 R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai

keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.


EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan
diabetes mellitus adalah :
 Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
 Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal

dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.


 Infeksi tidak terjadi

 Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah

 Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur

dan proses pengobatan.


PENANGANAN DM DENGAN KOMPLIKASI
GANGREN
PENGERTIAN
Gangren: proses atau keadaan yg ditandai
dengan adanya jaringan mati atau nekrosis,
namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yg disebabkan oleh infeksi (Askandar,
2001)
GANGREN KAKI DIABETIK
Gangren kaki diabetik: luka pada
kaki yang merah kehitam-hitaman
dan berbau busuk akibat sumbatan
yang terjadi di pembuluh darah
sedang atau besar di tungkai
(Askandar, 2001).
Biasanya kuman yang menginfeksi
pada gangren kaki diabetik adalah:
Streptococcus (Soetmadji, 1999)
FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI

Faktor-faktor yg mempengaruhi terjadinya


gangren kaki diabetik:
a. Faktor endogen:
- genetik, metabolik
- angiopati diabetik
- Neuropati diabetik
LANJUTAN FAKTOR…
b. Faktor eksogen:
- Trauma
- Infeksi
TEORI TERJADINYA KOMPLIKASI KRONIK
DM

1. TEORI SORBITOL:
Hiperglikemi

Penumpukkan kadar glukosa pada sel dan


jaringan tertentu dan dpt mentransport glukosa
tanpa insulin

Glukosa yg ber>> tidak akan termetabolisasi habis


secara normal melalui glikolisis
LANJUTAN TEORI SORBITOL…
Sebagian glukosa yg tersisa dgn perantaraan enzim
aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol

Sorbitol akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut


dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi
LANJUTAN TEORI…
2. TEORI GLIKOSILASI
Hiperglikemi

Glikosilasi pada semua protein, terutama yg


mengandung senyawa lisin

Terjadinya proses glikosilasi pada protein


membran basal komplikasi baik makro/mikro
vaskuler.
LANJUTAN…
Faktor utama yg menyebabkan gangren kaki
diabetik adalah:
- Angiopati
- Neuropati Faktor terpenting untuk
terjadinya kaki diabetik
- Infeksi
LANJUTAN NEUROPATI…
Adanya neuropati perifer terjadinya
gangguan sensorik dan motorik.

GANGGUAN SENSORIK
Hilang/menurunnya sensasi nyeri pada kaki, shg
jika mengalami trauma tidak terasa nyeri, yg tiba-
tiba menyebabkan ulkus pada kaki.

GANGGUAN MOTORIK atrofi otot kaki


sehingga merubah titik tumpu kaki.
ANGIOPATI
Angiopati penurunan aliran darah ke tungkai
akibat aterosklerosis dr pembuluh darah besar di
tungkai terutama di betis.
Apabila sumbatan terjadi pada pembuluh darah
yg lebih besar (K) akan menderita sakit pada
tungkai setelah berjalan pd jarak tertentu.
MANIFESTASI

KLINIK
Manifestasi ggn pembuluh darah dapat berupa:
- nyeri tungkai bawah saat istirahat
- pada perabaan terasa dingin
- kesemutan dan cepat lelah
- pulsasi pembuluh darah kurang kuat
- Kaki menjadi pucat bila ditinggikan.
- Adanya ulkus/gangren
Adanya angiopati penurunan asupan nutrisi,
oksigen serta antibiotika sehingga kaki sulit
sembuh (Levin, 1993).
KLASIFIKASI GANGREN
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik
menjadi 6 tingkatan:
Derajat 0: Tidak ada lesi, kulit masih utuh dgn
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki
Derajat I: Ulkus superficial terbatas pada kulit
Derajat II: Ulkus dalam menembus tendon dan
tulang
LANJUTAN DERAJAT GANGREN
Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa
osteomilitis
Derajat IV: gangren jari kaki atau bagian distal
kaki dengan atau selulitis.
Derajat V: gangren seluruh kaki atau sebagian
tungkai
KLASIFIKASI GANGREN…
Brand (1986) dan Ward (1987) membagi
gangren kaki menjadi 2 golongan:
1). Kaki diabetik akibat iskemi: disebabkan
oleh penurunan aliran darah ke tungkai
akibat adanya makroangiopati (arterosklerosis)
dr pembuluh darah besar di tungkai terutama
di betis.
LANJUTAN…
2. Kaki diabetik akibat neuropati
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan
otonomik, tdk ada ggn dari sirkulasi.
Secara klinis: dijumpai kaki yg kering,
hangat, kesemutan, mati rasa, edema kaki
dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba
baik.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DM DENGAN DIABETIC FOOT ULCER
1. PENGKAJIAN
A. Keluhan utama:rasa kesemutan pd kaki/tungkai
bawah, rasa raba yg menurun, luka yg tdk
sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.

Riwayat penyakit sekarang: kapan terjadinya


luka, penyebab, upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasinya.
LANJUTAN PENGKAJIAN
 Riwayat kesehatan dahulu: riwayat DM atau
penyakit-penyakit lain yg ada kaitan dengan
defisiensi insulin, mis: penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung,
aterosklerosis.

 Riwayat kesehatan keluarga: menderita DM,


atau penyakit keturunan yg dapat
menyebabkan defisiensi insulin.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1). Gangguan perfusi jaringan b/d menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat
adanya obstruksi pembuluh darah
2). Kerusakan integritas kulit b/d adanya
gangren pada ekstremitas
3). Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iskemik
jaringan
4). Potensial terjadinya penyebaran infeksi
(sepsis) b/d meningkatnya kadar gula darah
LANJUTAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
5). Kurang pengetahuan tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan b/d kurang
informasi
6). Gangguan gambaran diri b/d peubahan
salah satu anggota tubuh.
PERAWATAN LUKA GANGREN
Gangren adalah luka yang terinfeksi
disertai dengan adanya jaringan yang
mati berwarna kehitaman dan membau
akibat pembusukan o/ bakteri.

Oleh karena itu perlu diganti balutan


secara khusus
LANJUTAN….
Perawatan luka gangren: melakukan perawatan
luka akibat dari komplikasi penyakit diabetes
melitus (Perry & Potter, 2006).
TUJUAN PERAWATAN GANGREN
Tujuan perawatan gangren:
- Mencegah meluasnya infeksi
- Memberi rasa nyaman pada klien
- Mengurangi nyeri
- Meningkatkan proses penyembuhan
luka
INDIKASI PERAWATAN
Perawatan luka gangren dapat dilakukan pada
luka gangren diabetik yang kotor dan bersih.
PRINSIP PERAWATAN
Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka
basah
Perhatikan teknik aseptik dan antiseptik
Ganti sarung tangan diantara tindakan “bersih”
dan “kotor”
Pisahkan peralatan bersih dan steril
Balutan diberikan sesuai kondisi luka: basah,
kering, steril dan luka terkontaminasi.
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN

Melihat kondisi luka pasien: luka kotor/tidak,


ada pus atau jar.nekrotik?

Setelah dikaji baru dilakukan perawatan luka.

Untuk perawatan luka biasanya menggunakan


antiseptik ( NaCl) dan kassa steril.
PERSIAPAN ALAT U/ PERAWATAN
Alat Steril ( baki instrument berisi ) :
1 Pinset anatomi
2 pinset chirurgis
1 klem arteri
1 gunting jaringan
Kassa dan deppers steril secukupnya
Kom kecil untuk larutan 2 buah
Sarung tangan steril
Kapas lidi
LANJUTAN PERSIAPAN ALAT…
Alat Tidak Steril:
Larutan NaCl 0,9 %
Handscone bersih
Pinset anatomi bersih
Verban/plester hipoalergik
Verban elastic, gunting verban
Spuit 50 cc dan 10 cc
Pengalas/perlak
Tempat sampah atau kantong plastik, bengkok
Antiseptik: Iodine (jika perlu), alkohol.
Sampiran
Masker, dan scort jika perlu
PERALATAN BALUTAN MODERN

 Transparant film
 Hidroaktif gel
 Hidrokoloid
 Hidroselulosa
 Calsium alginate
PERSIAPAN PASIEN
- Mengucapkan salam teraupetik
dan memperkenalkan diri
- Melakukan evaluasi/validasi
- Melakukan kontrak (waktu,
tempat dan topik)
- Menjelaskan tujuan dilakukan
prosedur
- Menjelaskan langkah prosedur
- meminta persetujuan pasien
- menyiapkan pasien sesuai keb.
TEKNIK PERAWATAN
Prosedur pelaksanaan:
GANGREN
1). Tutup pintu atau psang sampiran di sekitar
klien
2). Atur posisi yang nyaman bagi klien untuk
memudahkan daerah luka dapat dijangkau
dengan mudah
3). Sediakan perlatan yang diperlukan dalam
troley di samping pasien.
4). Cuci tangan, gunakan sarung tangan bersih
LANJUTAN TEKNIK PERAWATAN…
5). Pasang pengalas

6). Letakkan bengkok atau kantong plastik di


dekat klien

7). Buka balutan luka dengan menggunakan


gunting verban. Bila balutan lengket pada
luka, basahi balutan yang menempel pada
luka dengan NaCl 0,9% dan angkat balutan
dengan pinset secara hati-hati.
LANJUTAN TEKNIK PERAWATAN…
8). Kaji kondisi luka serta kulit sekitar luka:
 Lokasi luka dan jaringan tubuh yang rusak,
ukuran luka meliputi luas dan kedalaman
luka (arteri, vena, otot, tendon dan tulang).
 Kaji ada tidaknya sinus
 Kondisi luka kotor atau tidak, ada tidaknya
pus, jaringan nekrotik, bau pada luka, ada
tidaknya jaringan granulasi (luka berwarna
merah muda dan mudah berdarah).
LANJUTAN TEKNIK PERAWATAN…
 Kaji kulit sekitar luka terhdap adanya
maserasi, inflamasi, edema dan adanya
gas gangren yang ditandai dengan adanya
krepitasi saat melakukan paplpasi di
sekitar luka.
 Kaji adanya nyeri pada luka
9). Cuci perlahan-lahan kulit di sekitar ulkus

dengan kasa dan air hangat, kemudian


keringkan perlahan-lahan dengan
cara mengusap secara hati-hati dgn kasa
LANJUTAN TEKNIK PERAWATAN…
10). Cuci tangan dengan alkohol atau air bersih
11). Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril
12). Bersihkan luka:
 Bila luka bersih dan berwarna kemerahan gunakan
cairan NaCl 0,9%
 Bila luka infeksi, gunakan cairan NaCl 0,9% dan
antiseptik iodne 10%
 Bila warna luka kehitama: ada jar. Nekrotik, gunakan
NaCl 0,9%. Jar.nekrotik dibuang dengan cara digunting
sedikit demi sedikit samapi terlihat jar.granulasi.
LANJUTAN TEKNIK PERAWATAN…
 Bila luka sudah berwarna merah, hindari jangan
sampai berdarah
 Bila da gas gangren, lakukan masase ke arah luka
13). Bila terdapat sinus lubang, lakukan irigasi
dengan menggunakan NaCl 0,9% dengan sudut
kemiringan 45 derajat sampai
bersih. Irigasi sampai kedalaman
luka karena pd sinus terdapat
banyak kuman
LANJUTAN TEKNIK PERAWATAN…
14). Lakukan penutupan luka:
a. Cara Konvensional:
- Bila luka bersih, tutup luka dengan 2 lapis
kain kasa yang telah dibasahi dengan NaCl
0,9% dan diperas sehingga kasa menjadi
lembab. Pasang kasa lembab sesuai
kedalaman luka (hindari mengenai jaringan
sehat di pinggir luka), lalu tutup dengan
kain kasa kering dan jangan terlalu ketat.
LANJUTAN TEKNIK PERAWATAN…
- Bila luka infeksi, tutup luka dengan 2 lapis
kasa lembab dengan NaCl 0,9% dan betadin
10%, lalu tutup dengan kasa kering.
b. Bila menggunakan balutan modern
- Transparant film: balutan yang dapat
mendukung terjadinya autolitik
debridement dan digunakan pada luka
partial thickness.
- Kontraindikasi pada luka dengan eksudat
banyak dan sinus
LANJUTAN TEKNIK…
- Hidroaktif gel: digunakan untuk mengisi
jaringan mati/nelrotik,mendudkung terjadinya
autolitik debridement, membuat kondisi
lembab pada luka ynag kering/nelrotik, luka
ynag berwarna kuning dengan eksudat
minimal.
LANJUTAN TEKNIK….
- Hidroselulosa
Digunakan untuk menyerap cairan (hidrofiber)
dan membentuk gel yang lembut, mendukung
proses autolitik debridement, meningkatkan
proses granulasi dan reepitelisasi, meningkatkan
kenyamanan pasien dengan mengurangi rasa
sakit, menahan stapilococcus aureus agar tidk
masuk ke dalam luka.
LANJUTAN TEKNIK….
Calsium Alginate
 Digunakan sebagai absorban, mendukung
granulasi pada luka.
 Digunakan pada warna luka merah, eksudat
dan mudah berdarah.
LANJUTAN TEKNIK….
METCOVASIN
 Digunakan untuk memproteksi kulit,
mendukung proses autolisis debridement
pada luka dengan kondisi nekrotik atau
granulasi / superfisial.
LANJUTAN TEKNIK….
MYCOSTATINE DAN METRONIDAZOLE
Berguna untuk melindungi kulit akibat candida,
untuk mengurangi bau akibat jamurdan bakteri
anaerob, mengurangi nyeri dan peradangan.

15). Bila pembuluh darah vena mengalami


kerusakan , lakukan kompresi dengan
menggunakan verban elastis.
LANJUTAN TEKNIK…..
16). Mengatur pasien ke posisi yang nyaman dan
memungkinkan aliran darah ke perifer dan ke
daerah luka tetap lancar, misalnya dnegan cara
elevasi tungkai bila luka berlokasi di tumit atau
telapak kaki.
17). Merapikan alat-alat
18). Membuka sarung tangan dan Mencuci tangan
19). Mengevaluasi respin pasien baik verbal
maupun non verbal
LANJUTAN TEKNIK….
20). Menyusun rencana tindak lanjut: jadwal
penggantian balutan yang akan datang dan
rencana edukasi kepada klien dan keluarga.
21). Dokumentasikan tindakan dan hasil evaluasi
perkembangan keadaan luka:
- Ukuran luka: luas dan kedalaman luka
- Kondisi luka
- Kondisi kulit sekitar luka
- Apakah ada nyeri pada luka
LANJUTAN TEKNIK….
- Jenis balutan yang digunakan
- Hasil kultur luka (jika ada)
22). Berikan pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan luka:
- Anjurkan klien untuk tidak menekuk atau
melipat kaki yang luka
- Anjurkan klien untuk imobilisasi kaki yg luka
dan hindari menggunakan kaki yg luka sebagai
tumpuan atau penyangga tubuh.
EVALUASI
Mencatat hasil tindakan perawatan luka pada
dokumen/catatan keperawatan
Perhatikan teknik asepthik dan antiseptik
Jaga privasi klien
Perhatikan jika ada pus / jaringan nekrotik
Catat karakteristik luka
MATOR SAKALANGKONG

Anda mungkin juga menyukai