Anda di halaman 1dari 13

Derajat API (API Gravity)

• Derajat API merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan berat


jenis minyak dan digunakan sebagai dasar klasifikasi minyak bumi yang
paling sederhana.
• Hubungan berat jenis dengan derajat API adalah saling berkebalikan. Makin
kecil berat jenis minyak bumi -------- makin tinggi derajat APInya----------
makin berharga minyak bumi itu karena lebih banyak mengandung bensin.
• Tinggi rendahnya berat jenis minyak bumi berpengaruh pada viskositasnya.
Semakin tinggi derajat API------------makin ringan minyak bumi
tersebut-------------- makin kecil viskositasnya.
• Tinggi rendahnya derajat API juga berpengaruh pada titik didih minyak bumi,
kalau derajat API rendah, maka titik didihnya tinggi. Sebaliknya kalau derajat
APInya tinggi, maka titik didihnya rendah, dan juga lebih mudah terbakar
atau mempunyai titik nyala yang lebih rendah daripada yang derajat APInya
rendah.
• Terdapat hubungan antara berat jenis dengan nilai kalori minyak bumi, pada
umumnya minyak bumi dengan API tinggi menghasilkan kalori yang lebih
kecil dari pada minyak bumi dengan API lebih rendah.
Jenis Minyak API
Dari Sampai
Ringan >39,0
Ringan Sedang 39,0  35,0
Berat Sedang 35,0 35,0
Berat 35,0 24,8
Sangat Berat <24,8

Jika kandungan sulfur :


• di bawah 0,5 %-berat ------------ sweet crude
• di atas 0,5 %-berat -----------------sour crude
Sg = Spescific Grafity, diukur pada  tekanan dan temperature standart (60 ºF dan 14,7 psia)
TEORI
PEMBENTUKAN MINYAK BUMI
Teori Organic (Biogenesis)
• Teori ini menyatakan bahwa minyak bumi yang ada secara alami ini
dibuat oleh alam dari bahan dasar dari ganggang/algae. Selain
ganggang, biota lain yang berupa daun-daunan juga dapat menjadi
sumber minyak bumi. Namun ganggang merupakan biota
terpenting dalam menghasilkan minyak.
• Selanjuntnya diketahui bahwa tumbuhan tingkat tinggi akan lebih
banyak menghasilkan gas ketimbang menghasilkan minyak bumi.
Hal ini disebabkan karena rangkaian karbonnya yang semakin
kompleks.
• Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan teredapkan di
dasar cekungan sedimen. Keberadaan ganggang ini bisa terjadi
dilaut maupun di danau. Jadi ganggang ini bisa saja ganggang air
tawar, maupun ganggang air laut. Tentu saja batuan yang
mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di
delta, maupun di laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya
ini yang disebut Source Rock (batuan Induk) yang kaya mengandung
unsur Carbon (high TOC-Total Organic Carbon).
• Proses pembentukan carbon dari ganggang menjadi batuan
induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua
cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gasbumi.
• Proses pengendapan batuan ini berlangsung terus menerus,
seiring terjadinya subsidence dan terus ditumpuki oleh
batuan-batuan lain diatasnya, maka batuan yang mengandung
karbon ini akan terpanaskan. Semakin ke dalam bumi suhu
akan semakin meningkat. Peningkatan suhu semakin ke dalam
bumi ini disebut gradien geothermal
Teori An-organic (Abiogenesis)
• Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat
logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan
bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena.
• Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk
akibat adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam
bumi.
• Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang
mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman
prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan
proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta
ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor
dan di atmosfir beberapa planet lain.
Dari kedua teori tersebut, teori
organic (biogenesis) yang paling
banyak dianut dalam dunia
perminyakan
• Menurut Waples (1985), hidrokarbon berasal dari material organik
tumbuhan yang telah mati pada masa lampau dengan proses
pembentukan yang sangat rumit. Sampai saat ini, beberapa bagian
daripada proses pembentukan hidrokarbon masih belum dapat
dimengerti. Namun secara garis besar diketahui bahwa material
organik ini berasal dari tumbuhan dan alga yang terlindungi dengan
baik pada sedimen berbutir halus yang terendapkan pada daerah
tanpa oksigen (anoksik). Kandungan organik ini akan berubah oleh
adanya reaksi kimia dan biologi pada suhu yang rendah (diagenesis)
yang terjadi selama proses transportasi dan pengendapan.
• Perubahan kimia pada tahapan ini akan berkurang dengan
hilangnya kandungan oksigen (O2) dari material organik dalam
bentuk air (H2O) dan karbondioksida (CO2). Material organik yang
selama diagenesis berubah menjadi molekul yang lebih besar
dinamakan kerogen.
• Dengan bertambahnya kedalaman, porositas dan permeabilitas
sedimen akan menurun, sementara suhu akan naik. Perubahan ini
menyebabkan terhentinya aktivitas mikroba secara bertahap, dan
pada akhirnya proses diagenesis organik akan terhenti. Dengan
naiknya suhu, maka reaksi termal menjadi semakin penting.
• Selama fase berikutnya (katagenesis), kerogen mulai memisah
menjadi molekul yang lebih kecil dan mudah bergerak.
• Pada tahap perubahan akhir (metagenesis), produk pokoknya akan
terdiri dari molekul gas yang lebih kecil. Kerogen yang terbentuk
dari material organik yang berbeda, atau pada kondisi diagenetik
yang berbeda, akan memiliki perbedaan secara kimia satu sama
lain. Adanya perbedaan ini juga akan memberi perbedaan pada
karakteristik hidrokarbon yang dihasilkan. (tipe-tipe kerogen)
Kondisi yang tepat untuk pembentukan sedimen yang kaya kandungan
organik adalah :
- Suplai detritus yang kaya material organik dalam jumlah yang
banyak
- Terlindungi dari proses oksidasi biogenik/ abiogenik
- Sedimentasi pada daerah dengan energi rendah
- Transportasi yang cepat menuju permukaan pengendapan

Kondisi anoksik (depleted oxygen) diperlukan dalam preservasi


material organik pada suatu lingkungan pengendapan, dikarenakan
kondisi lingkungan ini akan membatasi aktivitas bakteri aerobik dan
organisme biturbasi yang sangat berperan dalam pengrusakan material
organik.
Kondisi anoksik berkembang dimana kebutuhan oksigen lebih besar
daripada suplai oksigen. Oksigen biasanya dikonsumsi oleh proses
pembusukan (degradasi) zat organik yang telah mati, dimana
kebutuhan oksigen amat besar pada area dimana produktivitas organik
yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai