Anda di halaman 1dari 32

98 99

TINDAK PIDANA
KORUPSI DALAM
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN

Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa Mahasiswa
A. Tindak Pidana Korupsi

.
 Menurut perspektif hukum, definisi korupsi telah
gamblang dijelaskan dalam 13 pasal Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001.
 Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi
dirumuskan ke dalam 30 bentuk/jenis tindak
pidana korupsi (tipikor).
 Dari ke-30 jenis tersebut, kemudian
dikelompokkan lagi menjadi Tujuh Tindak Pidana
Korupsi.
100 101

Berdasarkan Undang-Undang No. 31/1999 Jo. No. 20/2001 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) terdapat 30 jenis tindak
pidana korupsi yang dibagi ke dalam 7 kategori.

Tindak Pidana
Korupsi dalam
Peraturan
Perundang-
Undangan

Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa
102 103

1. Merugikan Keuangan Negara

Tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara diatur


dalam pasal 2 dan pasal 3 Undang-Undang No. 31/1999.
Pasal 2: setiap orang untuk melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, orang lain, atau suatu korporasi dengan cara melawan hukum
sehingga menyebabkan kerugian bagi negara maupun perekonomian
negara.

Pasal 3: setiap orang untuk menyalahgunakan wewenang, kesempatan,


atau sarana yang didapatkan karena jabatan atau kedudukan yang
dipercayakan kepadanya dengan tujuan untuk memperkaya diri
sendiri, orang lain, atau suatu korporasi sehingga dapat merugikan
keuangan ataupun perekonomian negara. Jawaban

Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa Mahasiswa
Pecahkan Kasus ini

 Jelang akhir April 2018 lalu, majelis hakim Pengadilan Tipikor


menjatuhkan vonis 15 tahun hukuman penjara dan denda Rp500
juta subsider tiga bulan penjara kepada tersangka SN.
PPeeccaahhkkaannKkaasusus s
 Mantan Ketua DPR ini dinyatakan terbukti secara
Jelang akhir April 2018 lalu, majelis hakim Pengadilan Tipikor menjatuhkan sah dan
vonis 15 tahun hukuman penjara dan denda Rp500 juta subsider tiga bulan

meyakinkan bersalah dalam korupsi proyek pengadaan


kurungan penjara kepada tersangka SN. Mantan Ketua DPR ini dinyatakan
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dalam korupsi proyek
KTP
pengadaan KTP Elektronik (e-KTP).

Elektronik (e-KTP). Mengapa kasus SN memenuhi unsur-unsur pidana yang terkandung


dalam Pasal 2 atau Pasal 3 Undang-Undang TIPIKOR?

 Mengapa kasus SN memenuhi


Jawaban unsur-unsur pidana yang
terkandung dalam Pasal 2 atau Pasal 3 Undang-Undang TIPIKOR?
Contoh Kasus :
1. Seorang pegawai negeri mengikuti tugas
belajar dan dibiayai oleh pemerintah, setelah
selesai tugas belajar ternyata bekerja di sektor
swasta dengan memanfaatkan ijazah hasil
belajarnya.
2. Seorang mahasiwa yang mengikuti pendidikan
kedinasan dan dibiayai oleh negara, tetapi yang
bersangkutan drop out dengan alasan tidak jelas
dan tidak mengembalikan uang yang dipakai
selama pendidikan.
2.Penyuapan

 Tindak pidana korupsi terkait suap-menyuap diatur


dalam beberapa pasal. Salah satunya adalah suap-
menyuap pegawai negeri serta penyelenggara negara
yang diatur dalam :
 pasal 5 ayat (1) huruf a dan b, pasal 13, pasal 5 ayat
(2), pasal 12 huruf a dan b, serta pasal 11 Undang-
Undang No. 31/1999.
102 103

Contoh Kasus
Seorang ibu mendatangi salah seorang panitia penerimaan
mahasiswa baru di sebuah PTN dan menyampaikan
keinginannya agar anaknya bisa diterima menjadi mahasiswa
PTN tersebut, ibu tersebut menjanjikan suatu imbalan jika
anaknya diterima.
PPeeccaahhkkaannKkaasusus s
Jelang akhir April 2018 lalu, majelis hakim Pengadilan Tipikor menjatuhkan

Mari pecahkan kasus!


vonis 15 tahun hukuman penjara dan denda Rp500 juta subsider tiga bulan
kurungan penjara kepada tersangka SN. Mantan Ketua DPR ini dinyatakan
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dalam korupsi proyek
pengadaan KTP Elektronik (e-KTP).

Mengapa kasus SN memenuhi unsur-unsur pidana yang terkandung


dalam Pasal 2 atau Pasal 3 Undang-Undang TIPIKOR?

Jawaban Di bawah ini, terdapat sebuah gambar yang


memuat tindak pidana korupsi sejumlah
oknum pejabat terkait suap-menyuap.
Jawaban

Siapa otak intelektual di balik kasus tersebut?

Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa Mahasiswa
102 103

Mari pecahkan kasus!


Di bawah ini, terdapat sebuah gambar yang memuat tindak pidana korupsi
sejumlah oknum pejabat terkait suap-menyuap. Pecahkan siapa otak intelektual
di balik kasus tersebut?

PPeeccaahhkkaannKkaasusus s
Jelang akhir April 2018 lalu, majelis hakim Pengadilan Tipikor menjatuhkan
vonis 15 tahun hukuman penjara dan denda Rp500 juta subsider tiga bulan
kurungan penjara kepada tersangka SN. Mantan Ketua DPR ini dinyatakan
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dalam korupsi proyek
pengadaan KTP Elektronik (e-KTP).

Mengapa kasus SN memenuhi unsur-unsur pidana yang terkandung


dalam Pasal 2 atau Pasal 3 Undang-Undang TIPIKOR?

Jawaban

Jawaban

Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa Mahasiswa
3.Pemerasan
Pasal 12 huruf e: pegawai negeri atau penyelenggara negara memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau mengerjakan sesuatu bagi
dirinya secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain.
Pasal 12 huruf f: pegawai negeri dan penyelenggara negara memeras
pegawai negeri lainnya.

Pasal 12 huruf g: pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada


waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan atau
penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut

bukan merupakan utang.


Contoh Kasus :

a) Sebuah institusi sekolah pemerintah dalam ketentuan tidak


boleh menarik uang kepada mahasiswa selain yang
sudah tercantum dalam PNBP. Ternyata karena alasan
tertentu seperti kegiatan PKL institusi tersebut
mewajibkan mahasiswa untuk membayar kegiatan
tersebut.

b) Seorang petugas imunisasi menggunakan alat suntik


untuk kegiatan imunisasi di Posyandu. Petugas tersebut
membebankan warga untuk menggantikan biaya alat
suntik padahal alat suntik tersebut sudah dialokasikan
anggarannya dari pemerintah.
4.Penggelapan dalam
Jabatan

Tindak pidana korupsi terkait penggelapan dalam jabatan


diatur dalam pasal 8, 9, 10a, b, c Undang-Undang No. 31
tahun 1999 juga di UU No. 21 Tahun 2001.
Contoh Kasus :

Seorang pejabat dengan kekuasaannya menerbitkan surat


pengalihan balik nama barang atas namanya sendiri atau
orang lain padahal menyalahi prosedur.
b) Seorang pejabat yang berwenang menerbitkan surat
penghapusan ganti rugi kehilangan mobil dinas di luar jam
kerja oleh seorang pegawai, padahal seharusnya yang
bersangkutan harus mengganti kehilangan mobil tersebut.
104 105

5. Perbuatan curang

Tindak pidana korupsi terkait perbuatan curang


diatur dalam pasal 7 ayat (1) huruf a, b, c, dan d;
pasal 7 ayat (2); dan pasal 12 huruf h.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa Mahasiswa
Contoh Kasus :
S e o r a n g p e n y e d i a b a r a n g mengirimkan order barangnya tidak
sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan dalam kontrak
penyediaan barang.
b) Seorang petugas gizi dengan sengaja memberikan jumlah diet 1.700
Kkal kepada pasien, padahal sebenarnya pasien harus
mendapatkan 2.100 KKal.
c) Seorang pasien harus mengantre urutan dalam pemeriksaan
dokter, seharusnya yang bersangkutan urutan ke-50, tetapi karena
ada keluarga yang bekerja di rumah sakit tersebut ia mendapatkan
kemudahan menempati urutan ke-10.
d) Seorang mahasiswa membuat laporan kegiatan praktik kimia
dengan menggunakan data yang tidak sebenarnya—hasil
manipulasi buatan sendiri.
6. Gratifikasi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, gratifikasi
adalah uang hadiah kepada pegawai di luar gaji yang
telah ditentukan. Menurut pasal 12 b ayat (1) Undang-
Undang No. 31/1999 jo Undang-Undang No. 20/2001,
ada beragam pemberian yang bisa dikategorikan sebagai
gratifikasi.
Berdasarkan penjelasan Pasal 12 b ayat (1) UU
No.20/2001 tentang perubahan atas UU No.31/1999
tentang pemberantasan tipikor, gratifikasi adalah
pemberian dalam arti yang luas, baik yang diterima di
dalam negeri maupun luar negeri, dengan atau tanpa
menggunakan sarana elektronik.
Hal-hal yang termasuk gratifikasi adalah:
104 105

Pasal-pasal mengenai gratifikasi


Pasal 12 huruf a
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga hadiah atau janji itu diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa Mahasiswa
Pasal 12 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga huruf b
bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan
karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.

Pasal 12 huruf c
Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili.

Pelaku praktik gratifikasi dapat terjerat hukuman pidana


sebagai berikut:
106 107

Tahukah kamu perbedaan antara


gratifikasi, suap, dan pemerasan ?

Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa Mahasiswa
7. Benturan kepentingan dalam
Pengadaan

Contoh kasus

Panitia lelang barang ingin memutuskan


pemenang lelang, ternyata ada anggota
keluarga atasannya yang ikut tender. Akhirnya
panitia memutuskan keluarga atasan yang
dimenangkan karena ada tekanan atau titipan
dari sang atasan
108 109

Semua Orang Berpotensi Melakukan Tindak


Pidana Korupsi

Selama ini kita sering mendengar bahwa tindak pidana korupsi dilakukan
oleh pejabat negara, namun tahukah kamu siapa saja yang dapat
dikenakan sanksi tindak pidana korupsi?
Pada dasarnya, bahaya potensi korupsi tidak mengenal profesi, usia,
jabatan, dan lain sebagainya. Buktinya, banyak terpidana korupsi berasal
dari berbagai jenjang umur dan jenis profesi, mulai dari pegawai negeri,
aparat penegak hukum, kepala daerah, anggota legislatif, akademisi,
pengacara, pihak swasta sampai masyarakat sipil/umum.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa Mahasiswa
Merujuk pada pasal-pasal dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 (UU Tipikor)
setidak-tidaknya ada dua subjek hukum, yaitu “Pegawai Negeri
atau Penyelenggara Negara” dan “Setiap Orang”.

Istilah Pegawai Negeri dalam UU Tipikor merujuk pada pengertian


Pegawai Negeri dalam Undang-Undang Pokok-Pokok Kepegawaian
yang saat ini telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yaitu “warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan”. Tidak hanya itu, UU Tipikor juga
memperluas pengertian Pegawai Negeri dengan ketentuan sebagai
berikut:
Tindak Pidana Korupsi :

ulah sejumlah tindak pidana lain yang berkaitan


dengan tindak pidana korupsi. Berbagai tindakan
tersebut, dapat dikategorikan sebagai
Obstruction of Justice. Obstruction of Justice adalah
tindakan menghalangi proses hukum yang
dikategorikan sebagai tindakan pidana. Hal-hal
lain yang termasuk dengan tindakan obstruction
of justice di antaranya:
110 11
1

pasal 1 angka (1) UU No. 8 Tahun 2010 disebutkan bahwa pencucian uang
adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai
dengan ketentuan dalam undang-undang tersebut. Unsur-unsur yang
dimaksud adalah unsur pelaku, unsur perbuatan melanggar hukum, serta
unsur lainnya yang merupakan hasil tindak pidana.
Sementara itu, pengertian tindak pidana pencucian uang berdasarkan
pasal (3), (4), dan (5) UU No. 8 Tahun 2010 merupakan suatu bentuk
kejahatan yang dilakukan baik oleh seseorang dan/atau korporasi dengan
sengaja menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata
uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan
tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan itu,
termasuk juga yang menerima dan menguasainya.
Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk
Mahasiswa Mahasiswa
UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pemberantasan dan
Pencegahan Tindak Pidana Pencuci Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU)
Dalam an Uang tidak memuat definisi TPPU
melainkan tindakan yang dikategorikan sebagai
TPPU.
B.
152 153

Lembaga Penegak Hukum

Ada sejumlah lembaga yang memiliki peran dalam pencegahan dan penanggulangan
korupsi, antara lain:
Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Pengadilan.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Antikorupsi untuk


Mahasiswa Mahasiswa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
1. Kepolisian
tentang Kepolisian Republik Indonesia disebutkan
b a h w a Kepolisian di samping berfungsi dalam
Harkamtibnas, perlindungan dan pengayoman,
pelayanan masyarakat namun juga bertugas untuk
melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
2. Kejaksaan s e m u a tindakan pidana.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004


tentang Kejaksaan Republik Indonesia, disebutkan
bahwa Kejaksaan berwenang untuk melaku- kan
penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang, termasuk di antaranya
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001.
172 173
3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Pasal 6 Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002 menyebutkan KPK
mempunyai tugas sebagai berikut.

a) Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan


pemberantasan tindak pidana korupsi;
b) Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi;
c) Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap
tindak pidana korupsi;
d) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana
korupsi;
e) Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan
negara .
174 175
KPK menurut pasal 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 mem-
punyai kewenangan sebagai berikut.
a) Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
tindak pidana korupsi;
b) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
c) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
d) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
dan
e) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak
pidana korupsi.
4. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
Pengadilan Tipikor merupakan pengadilan
khusus yang berada di lingkungan peradilan
umum dan berkedudukan di setiap ibu kota
kabupaten/kota yang daerah hukumnya
meliputi daerah hukum pengadilan negeri
yang bersangkutan. Khusus untuk Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Pengadilan Tipikor
berkedudukan di setiap kota madya yang
daerah hukumnya meliputi daerah hukum
pengadilan negeri yang bersangkutan. Pengadilan
Tipikor diatur dalam Undang-Undang Nomor 46
Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai