Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah Pelayanan Kesehatan Esensial Ibu dan Anak

Pengukuran Kualitas/Mutu Pelayanan


Kesehatan Anak

Dosen Pengampu : Dr.Eti Poncoroni Pamungkasari, dr.,M.Pd

Kelompok 2
Hana Fathiya Dasairy (S022202040)
Helmi Annuchasari (S022202042)

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
Outline Presentasi

• Identitas Artikel Jurnal • Hasil dan Pembahasan


• Pendahulaun • Kesimpulan
• Masalah • Rekomendasi
• Metode penelitian
• Tujuan Penelitian
Identitas Artikel Jurnal JUDUL

Gambaran Kualitas Pelayanan Posyandu Balita di Wilayah Kerja


Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta

Vol, Nomor Penulis Instansi

Vol 10, No.1 Dwi Astuti Wulandari Universitas Muhammadiyah


Enny Fitriahadi Semarang

Tahun Terbit Penerbit Halaman

2021 Jurnal Kebidanan 35-50

ISSN DOI

2301-8372 (print); ISSN 2549-7081 (online) https://doi.org/10.26714/jk.10.1.2021.35-50


Pendahuluan
Word Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
setiap fasilitas pelayanan kesehatan dengan tujuan
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi harus
memiliki standar kualitas pelayanan kesehatan (WHO, Posyandu adalah salah satu bentuk upaya
2017) kesehatan bersumber daya masyarakat yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan
Untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat
posyandu balita, telah dikembangkan 8 indikator dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
penilaian kualitas pelayanan posyandu (Kementrian untuk mempercepat penurunan angka kematian
Kesehatan RI, 2017a) ibu dan bayi (Kemenkes. 2011).
Pendahuluan 8 INDIKATOR PENILAIAN KUAILITAS
PELAYANAN POSYANDU

Rata-rata jumlah kader 5 orang atau Cakupan kumulatif KB


lebih; dianggap baik bila tercapai
>50 %;
Cakupan kumulatif imunisasi
Frekuensi penimbangan >8 kali;
tercapai >50 %;

Terdapat program tambahan kegiatan


Cakupan D/S >50 %; disamping kegiatan utama

Cakupan Dana Sehat


Cakupan kumulatif KIA >50 %;
>50 %
Masalah
Menurut Profil kesehatan DIY tahun 2012 menyebutkan Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas
bahwa AKB DIY adalah 9,8 per 1000 kelahiran hidup. Kesehatan Yogyakarta diperoleh jumlah posyandu balita
dari bulan Januari- Desember 2018 di wilayah kerja
Kasus kematian balita di DIY juga flukuatif dari tahun Puskesmas Umbulharjo I berjumlah 55 posyandu balita
2014-2017 dimana 35 posyandu diantaranya berstatus belum mantap
(strata pratama).
Tahun 2014 kematian balita 454 kasus
Tahun 2015 kematian balita 378 kasus
Tahun 2016 kematian balita 323 kasus. Pernyataan oleh salah seorang petugas puskesmas
Tahun 2017 kematian balita naik menjadi 343 kasus mengatakan bahwa masalah di posyandu masih
terkendala dengan kelengkapan standarisasi posyandu
Kasus di Kota Yogyakarta balita yaitu sarana penimbangan yang kurang nyaman,
Tahun 2016 ada 30 kasus kematian bayi dan balita dan partisipasi masyarakat yang kurang disebabkan
Tahun 2017 kembali mengalami peningkatan terdapat sebagian ibu-ibu bekerja.
33 kasus kematian Balita
Metode Penetitian
DESAIN PENELITIAN SAMPEL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
Besar sampel yang digunakan Data Primer
penelitian deskriptif
sebanyak 35 posyandu balita Diperoleh melalui observasi dengan
kuantitatif dengan
berstatus belum mantap (total menggunakan lembar observasi.
menggunakan desain studi
sampling).
cross sectional
Data Sekunder
Menggunakan data sekunder profil
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta

LOKASI:
Wilayah Kerja ANALISIS DATA
Puskesmas Umbulharjo I
Yogyakarta Analisis data menggunakan
analisis univariat.
TUJUAN PENELITIAN

Untuk Mengetahui Gambaran Kualitas Pelayanan Posyandu


Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta
A Distribusi Kualitas Pelayanan
Posyandu HASIL DAN PEMBAHASAN
Mantap
22.9%

Didukung oleh data dari Kemenkes (2011) dan Widya & Hanum (2018)

Kegiatan posyandu hanya terkesan sebagai kegiatan rutinitas penimbangan balita, dan
pemberian imunisasi, sementara penggerakkan aksi masyarakat dan komunikasi
hampir tidak ada. Sehinggah masyarakat belum sepenuhnya menjadikan posyandu
sebagai pusat kegiatan kesehatan masyarakat. Hal ini bisa disebabkan karena
kurangnya kemampuan kader kesehatan dalam mengelola dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan posyandu (Kemenkes, 2011).
Belum Mantap
77.1%
Faktor penyebab lainnya pengalaman masa lalu, kebiasaan atau pengalaman masa lalu
membuat ibu-ibu tersebut tidak mengikuti atau tidak ikut berpartisipasi dalam
Berdasarkan diagram disamping dapat diketahui bahwa Distribusi pelayanan posyandu balita, karena dari dulu banyak ditemukan atau banyak yang
frekuensi menunjukan bahwa kualitas pelayanan posyandu balita terjadi pada anak-anak mereka bahwa setelah pulang dari posyandu anak mereka
didapatkan ada 8 (22,9%) posyandu berstatus mantap dalam hal ini malah menjadi sakit, sehingga keluarga baik itu suami atau orang tua melarang
telah mampu melaksanakan kegiatan utamanya secara rutin setiap membawa balita ke posyandu (Widaya & Hanum, 2018)
bulan dengan cakupan masing-masing ≥50% dan telah melakukan
kegiatan tambahan. Ada 27 (77,1%) posyandu berstatus belum mantap
dalam hal ini kegiatan dalam kurun satu tahun terakhir belum
terlaksana secara rutin, serta jumlah kader sangat terbatas >5 orang.
01 Jumlah Kader
<5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.7%

Berdasarkan diagram disamping dapat diketahui bahwa sebagian


besar jumlah kader di Posyandu >5 orang atau diatas lima orang
yaitu sebanyak 33 (94,3%) dan diikuti <5 orang atau dibawah lima
orang yaitu sebanyak 2 (5.7%)

Didukung oleh data dari Penelitian Simanjutak 2015

Ada 7 kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang kader seperti


tercantum dalam instruksi menteri dalam negeri no. 9 tahun 1990
tentang peningkatan pembinaan mutu posyandu yakni : (1) Dapat
membaca dan menulis; (2) Berjiwa sosial dan mau berkerja sama
secara relawan; (3) mengetahui adat istiadat serta kebiasaan
masyarakat; (4) Mempunyai waktu yang cukup; (5) Bertempat tinggal
diwilayah posyandu; (6) Berpenampilan ramah dan simpatik; dan (7)
Diterima masyarakat setempat.

>5
94.3%
02 Frekuensi Penimbangan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan diagram disamping data frekuensi penimbangan sebagian besar >8


atau 8 kali dalam posyandu yaitu ada 35 (100%), frekuensi pennimbangan =8 atau
8 kali dalam setahun yaitu 0 (0%) dan frekuensi penimbangan <8 atau lebih dalam
8 kali dalam setahun yaitu 0 (0%). Hal ini menunjukan bahwa reponden dalam
penelitian mempunyai frekunesi penimbangan tergolong lebih dari >8 kali dalam
kurun waktu satu tahun terakhir.

Didukung oleh data dari Penelitian Pristiani et al. (2016)

Ibu balita dengan pengetahuan kurang namun memiliki frekuensi penimbangan


balita cukup dapat dikaitkan dengan faktor lain dimana faktor tersebut
membentuk perilaku tanpa dilandasi pengetahuan terlebih dahulu yaitu jarak
tempat tinggal dan dukungan keluarga.

Jarak tempat tinggal ibu ke posyandu yang dekat, sehinggah memudahkan ibu
untuk berkunjung ke posyandu pada saat hari pelaksanaan posyandu.

Adanya dukungan kelurga dari pihak suami maupun keluarga lainnya dapat
>8 memotivasi ibu untuk secara rutin ke posyandu.
100%
03 Cakupan D/S
HASIL DAN PEMBAHASAN
<50%
17.1%

Berdasarkan diagram disamping dapat diketahui bahwa Rata-rata


=50% cakupan D/S sebagian besar >50% yaitu ada 27 (77,1%), rata-rata
5.7% cakupan D/S =50% terdapat 2 (5,7%) dan rata-rata cakupan D/S <50%
yaitu terdapat 6 (17,4%)

Didukung oleh data dari Penelitian Esamai et al. (2017) dan Rahayu et al.
(2017)

Faktor lokasi ibu yang memiliki balita yang tempat tinggalnya sejauh 1,5
sampai 2 km dan kondisi jalan menuju lokasi posyandu cukup jauh. Ibu yang
>50%
memiliki kendaraan rutin datang ke posyandu setiap bulan. Sementara ibu yang
77.1% tidak memiliki kendaraan motor hanya sekali dalam dua bulan datang ke
posyandu. Adapun alasan mereka jarang datang posyandu adalah kadang punya
ongkos kadang tidak, ada rasa khawatir, cenderung merasa tidak perlu lagi ke
posyandu setelah anak diimunisasi pada usia tiga tahun.
04 Cakupan Kumulatif KIA
HASIL DAN PEMBAHASAN

Didukung oleh data dari Penelitian Akseer et al. (2016).

<50% >50% Rendahnya cakupan kumulatif KIA disebabkan kurangnya sarana dan
48.6% 48.6% prasarana, serta masyarakat yang lebih memilih langsung ke puskesmas
untuk memeriksakan kesehatannya. Salah satu petugas kesehatan puskesmas
menyatakan posyandu balita diwilyah kerja Puskesmas Umbulharjo I
mempunyai kegiatan penimbangan, imunisasi dan pemberian makanan
tambahan, sekali-kali juga diberi

=50%
2.9%

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa Cakupan kumulatif


KIA sebagian besar >50% yaitu ada 17 (48,6,%), cakupan kumulatif
KIA =50% terdapat 1 (2,8%) dan cakupan kumulatif KIA <50% yaitu
terdapat 17 (48,6%).
05 Cakupan Kumulatif KB
HASIL DAN PEMBAHASAN

Didukung oleh data dari Penelitian Riskesdas (2012) dan Muthiah dan
<50% Kadarisman (2013)
37.8%
Posyandu balita bukan pilihan utama bagi PUS/WUS untuk mendapatkan
pelayanan KB. PUS/WUS lebih memilih untuk ke tempat pelayanan kesehatan
lainnya seperti bidan praktek dan puskesmas. Hal ini terjadi karena masih
>50% kurangnya sarana dan prasarana yang memadai untuk dilakukan pelayanan KB
55.6%
di posyandu balita. Selain itu, kurangnya sosialisasi tentang manfaat ber KB
oleh petugas kesehatan dan kader posyandu turut mempengaruhi PUS/WUS
untuk mendapatkan pelayanan KB diposyandu balita (Riskesdas 2012).

Hasil penelitian yang hampir sama oleh Muthiah dan Kadarisman (2013),
=50% didapatkan lebih dari setengah PUS (58,59%) tidak mengikuti program KB.
6.7%
Tingginya PUS yang tidak ber KB disebabkan tidak memiliki biaya, serta
masyarakat juga belum dapat terlepas dari budaya “banyak anak, banyak
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa cakupan kumulatif rezeki”. Padahal banyak anak akan mengeluarkan biaya lebih banyak sehingga
KB sebagian besar >50% yaitu ada 25 (55.6%), cakupan kumulatif KB mempengaruhi kesejahteraan keluarga.
=50% terdapat 3 (6.7%) dan cakupan kumulatif KB <50% yaitu
terdapat 7 (37.8%).
06 Cakupan Kumulatif
Imunisasi HASIL DAN PEMBAHASAN

Didukung oleh data dari Penelitian Leida I.M. (2010)

<50% Faktor penyebab cakupan imunisasi rendah di Negara Arbegona, Ethiopia


42.9% Selatan dikarenakan mobilisasi masyarakat atau imigrasi satu tempat ke
tempat yang lain sehingga ibu tidak dapat menyelesaikan imunisasi anaknya
secara lengkap. Hal ini menyebabkan para petugas kesehatan sulit untuk
>50% melacak ibu tersebut sehingga kemungkinan tidak menyelesaikan imunisasi
57.1% anak mereka, selain itu kurangnya pengetahuan kepatuhan keluarga atau ibu
tentang manfaat imunisasi, sehingga hanya mengetahui tentang efek samping
vaksin yang umum, jadwal imunisasi yang tidak sesuai dengan jadwal
kesibukan ibu.

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa cakupan kumulatif


imunisasi sebagian besar >50% yaitu ada 20 (11,1%), cakupan
kumulatif imunisasi =50% terdapat 0 (0%) dan cakupan kumulatif
imunisasi <50% yaitu terdapat 15 (42,9%).
07 Program Tambahan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan diagram disamping dapat diketahui bahwa sebagian besar


Ada
posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta
28.6%
terdapat program tambahan yaitu ada 25 (71,4%), dan tidak ada program
tambahan yaitu terdapat 10 (28,6%).

Didukung oleh data dari Penelitian Kruk et al. (2017)

Negara Afrika Selatan memiliki program tambahan yaitu pemberian


pengobatan TB program ini dijalankan oleh pelayanan komuni?tas
kesehatan hal ini dilakukan untuk menghemat biaya kepada
masyarakat yang terkena TB tanpa perlu melakukan pengobatan di
rumah sakit. Namun selama menjalankan program adapaun hambatan
Tidak Ada utama yaitu partisipasi masyarakat di negara berkembang adalah
71.4% keinginan untuk mendapatkan imbalan relawan. Ada bukti yang
menunjukan bahwa tidak adanya intensif para relawan dalam men?
jalan program cenderung rendah
8 Cakupan Dana Sehat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada
20%

Berdasarkan diagram disamping dapat diketahui bahwa


Cakupan dana sehat sebagian besar tidak ada dimana
cakupan dana sehat yaitu ada sebesar 28 (80%), dan tidak
ada cakupan dana sehat yaitu terdapat 7 (20%).

Dana sehat yaitu suatu upaya pemeliharaan kesehatan


dari, oleh dan untuk masyarakat yang diselenggarakan
berdasarkan atas azas usaha bersama dan kekeluargaan
dengan pembiayaan secara pra-upaya dan bertujuan untuk
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat (Kemenkes RI,
Tidak
80%
2014, p.13).
Kesimpulan

Terdapat 8 Posyandu balita (22,9%) berstrata


atau dikategorikan mantap dan 27 (77,%)
posyandu balita berstrata atau dikategorikan
dikategorikan posyandu balita belum mantap,
cakupan program utamanya (cakupan KIA,
KB, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang
dari 50%.
Rekomendasi

Pemanfaatkan sumber daya sangat diperlukan untuk peningkatan


kualitas pelayanan posyandu antara lain koordinasi lintas sektor
ataupun kepada pihak pemangku kepentingan (stake holder).

Mekanisme dan pembagian kerja lebih sistematis dan sesuai dengan


bidangnya masing-masing tujuannya lebih mempermudah dalam
pelaksanaan teknis dilapangan.
Referensi 01 Akseer, N., Bhatti, Z., Rizvi, A., Salehi, A. S., Mashal, T., & Bhutta, Z. A.
(2016). Coverage and inequalities in maternal and child health
interventions in Afghanistan. BMC Public Health, 16(Suppl 2).

Esamai, F., Nangami, M., Tabu, J., Mwangi, A., Ayuku, D., & Were, E. (2017). A
system approach to improving maternal and child health care delivery in Kenya:
02
Innovations at the community and primary care facilities (a protocol). Reproductive
Health, 14(1), 1–18.

03 Kementrian Kesehatan RI. (2017a). Data Puskesmas 2017.

Kruk, M. E., Chukwuma, A., Mbaruku, G., & Leslie, H. H. (2017). Variation de la
04 qualité des services de soins primaires au Kenya, au Malawi, en Namibie, en
Ouganda, en République-Unie de Tanzanie, au Rwanda et au Sénégal. Bulle[1]tin of
the World Health Organization, 95(6), 408–418.

05 Leida I.M. (2010). Faktor Risiko Kegagalan Konversi pada Penderita


Tuberkulosis BTA Positif Baru. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia,
6(3), 136–140.
Referensi 01 Apristiani, E., Junaid, J., & Paridah, P. (2016). Hubungan Pengetahuan, Sikap,
Dan Status Pekerjaan Ibu Balita Dengan Frekuensi Penimbangan Balita Ke
Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamandati Kabupaten Konawe Selatan.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 1(2), 186849.

02 Rahayu, D., Alimansur, M., & Rinawati, F. (2017). Hubungan Antara Pengetahuan
Dengan Pelaksanaan Sistem Lima Mejadi Posyandu Balita Kelurahan Ngronggo
Kecamatan Kota Kota Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 25

03 Simanjuntak, M. (2015). Karakteristik Sosial Demografi dan Faktor Pendorong


Peningkatan Kinerja Kader Posyandu. Jurnal Penyuluhan, 10(1), 49–58

Anda mungkin juga menyukai