Anda di halaman 1dari 10

Adat Kerjasama

Shoufa Rizky 19101231002


1. adat mendirikan rumah atau adat peudong rumah

Upacara adat dalam mendirikan rumoh Aceh dilaksanakan secara tiga tahap.Pertama dilaksanakan pada saat
pengambilan bahan-bahan rumah dari hutan. Tahap kedua ketika hendak mendirikan rumah dan tahap yang ketiga
dilaksanakanupacara adat ketika rumah adat telah siap untuk dihuni/ditempati.
1. Upacara Pengambilan Bahan dari Hutan

Dalam rangka pengangkutan kayukayu itu dari hutan biasanya disertaidengan melaksanakan upacara adat. Pengangku
tan dilaksanakan secara bergotong-royong dengan mengundang sanak famili beserta masyarakat. Bahkandalam
upacara tersebut selalu disertai dengan pemotongan korban seperti sapi,kerbau, kambing dan sekurqang-kurangnya
pemotongan ayam atau itik. Pertama kali kayu yang akan diangkut disatukan terlebih dulu
kemudiandiikat dengan rotan guna ditarik beramai-ramai. Untuk mempermudahpenarikannya diberi landasan berupa
kayu bulat sebanyak 2, 3 atau lebih.
2. Upacara pada Saat Mendirikan Rumah
Sebagaimana pada upacara pengambilan bahan dari hutan, maka padaupacara pendirian rumoh Aceh, juga diadakan
penyembelihan hewan korban,disertai dengan acara makan bersama dengan mengundang para ahli familiterdekat,
karib kerabat beserta masyarakat sekitarnya. Dalam acara tersebutdiadakan pula pembacaan do’a yang biasanya
dipimpin oleh Tgk. Imam Meunasahatau Tgk. Imam Mesjid. Do’a ini merupakan sikap penyerahan diri (tawakal)
kepadaAllah SWT, serta memohon agar pembangunan rumah itu dapat berjalan denganbaikdan diharapkan dapat
membawa berkah, ketenangan serta ketentraman bagipara penghuninya.
Dalam upacara mendirikan rumoh Aceh ada dua kegiatan penting yang harus dilakukan.
Pertama upacara “Tanom Kurah” dan yang kedua upacara “Peusijuk”.

Upacara “Tanom Kurah” adalah sejenis upacara yang kalau sekarang disebut upacara
“peletakan batu pertama”. Disebut upacara “Tanom Kurah”, karena dalam upacara ini
dilakukan penanaman kurah persis di tengah-tengah tempat di mana rumah akan dibangun.
Penanaman kurah dilakukan pada malam hari, tepat pada pukul 24.00 WIB. Hal ini
menurut kepercayaan orang Aceh dapat membawa ketentraman dan kebahagiaan bagi
penghuni rumah itu, terutama sekali menyangkut tentang kenyamanan tidur pada malam
hari.
ADAT TRON U BLANG (ADAT KHANDURI
BLANG).

Dalam masyarakat Aceh yang agraris


tradisional apabila tiba masa mengerjakan
sawah yang biasanya setahun sekali maka
diadakanlah upacara adat yang disebut adat
Tron u blang. Dalam upacara adat itu
termasuk acara kanduri yang diadakan
secara gotong royong bertempat di sawah
sehingga ada itu disebutkan khanduri Blang.
A. Penentuan waktu Tron u blang
Untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk memulai mengerjakan
sawah yaitu sejak menembus benih sampai menanam benih itu dalam
sawah yang telah dibajak dengan baik maka oleh orang tua atau Tengku
yang ahli di kampung itu diadakan penelitian atau mencari waktu yang
tepat untuk mulai bersawah yang disebut Luem kutika atau keuneunong.
Caranya adalah dengan diam-diam orang tua itu datang ke sawah pada
malam hari di waktu sepi untuk membajak sawah. Pada waktu itu ia
dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk mulai mengerjakan
sawah. Apabila ia sudah menentukan hari yang tepat itu maka
diberitahukan kepada keuchik dan kemudian keuchik memberikan hal itu
kepada seluruh masyarakat kampung.
3. Adat tron u laot ( adat khanduri laot)
Adat tron u laot merupakan aturan-aturan yang berkenaan dengan kegiatan
menangkap ikan di laut oleh masyarakat atau nelayan.

Tata cara menangkap ikan di laut


Dalam masyarakat nelayan dikenal panglima laut, atau pawang laot Iya itu
orang yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut kegiatan para
nelayan dalam menangkap ikan, dengan pukat maupun dengan cara-cara
lain adapun tugas pawang laut ialah sebagai berikut:
* Menentukan dan mengatur jadwal waktu turun ke laut ( disebut meulaot)
*Menentukan larangan-larangan misalnya larangan meulaot pada hari-hari
tertentu serta mengawasi dan menghukum yang melanggarnya.
*Mengatur pelaksanaan acara adat khanduri laot.
*Mendamaikan sengketa-sengketa yang terjadi antara para nelayan.
*Menentukan tata cara menangkap ikan dengan pukat.
B. Khanduri laot
Seperti halnya kanduri blang, maka khanduri laot adalah suatu upacara adat yang
bertujuan meminta keberkahan dan keselamatan kepada Tuhan dalam kegiatan
melaksanakan penangkapan ikan di laut. Karena pekerjaan menangkap ikan di laut
penuh tantangan dan bahaya, maka masyarakat percaya dan takut akan
mendapatkan akibat buruk apabila tidak melakukannya, dan khanduri laot itu telah
menjadi tradisi dalam masyarakat nelayan, khanduri laot diadakan setahun sekali
dan biasanya diadakan sehabis musim barat dan menjelang musim timur karena
pada musim barat biasanya angin berhembus sangat kencang, sebelum diadakan
kanduri terlebih dahulu diadakan musyawarah antara para nelayan dan tokoh
masyarakat yang dipimpin oleh panglima laut guna membicarakan persiapan
pelaksanaan upacara adat itu. Untuk khanduri laot disembelih seekor kerbau yang
memenuhi syarat yaitu bahwa kerbau itu tanduknya harus panjang pangkal ekornya
besar badan gemuk dan haruslah kerbau yang sehat.
ADAT MEUSEURAYA (gotong royong)
Adapun adat MEUSEURAYA itu ada 3 macam :
A. MEUSEURAYA untuk kepentingan warga kampung
● MEUSEURAYA ini dilakukan baik karena diminta atau tidak oleh seorang warga kampung
misalnya meuseuraya untuk mendirikan rumah, menuai dan menggiring padi, membantu pada
kanduri perkawinan dan lain-lain.
B. MEUSEURAYA untuk kepentingan masyarakat umum
● MEUSEURAYA ini juga disebut meuseuraya sosial atau meuseuraya agama. Misalnya membuat
irigasi (Lueng ie), membersihkan masjid atau meunasah, membuat jalan kampung ( Jurong),
membuat jembatan kampung dan sebagainya. Membantu kepentingan orang banyak, sesuai
ajaran agama dipandang sebagai ibadah.
C. MEUSEURAYA untuk kepentingan adat
● MEUSEURAYA untuk kepentingan adat adalah pekerjaan bersama yang dilakukan semata-
mata karena ketentuan adat dan kalau tidak dilakukan dipandang orang itu tidak beradat.
Meuseuraya ini berlaku baik untuk kepentingan seorang warga kampung maupun untuk
kepentingan orang banyak. Misalnya meuseuraya untuk keperluan membantu seorang Teungku
atau seorang tokoh masyarakat, meuseuraya untuk orang yang menghadapi musibah kematian,
dan meuseuraya untuk membantu famili yang sedang menghadapi kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai