Pada periode ini, perkembangan HAM di Indonesia tercermin dari beberapa tindakan yang dilakukan oleh beberapa perkumpulan atau organisasi yakni sebagai berikut: 1. Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia 2. Sesudah Kemerdekaan Indonesia A. Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Di Indonesia hak asasi manusia (HAM)
sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM di Sulawesi Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam Buku-buku Adat (Lontarak). Antara lain dinyatakan dalam Buku Lontarak Tomatindo di Lagana bahwa apabila Raja berselisih faham dengan Dewan Adat, maka Raja harus mengalah. Tetapi apabila para Dewam Adat sendiri berselisih, maka rakyatlah yang memutuskan. B. Setelah Kemerdekaan Indonesia
1. Demokrasi Pancasila (1945-1949)
2. Demokrasi Liberal (1949-1959) 3. Demokrasi Terpimpin (1960-1965) 4. Demokrasi Dualisme Terpimpin-Liberal (1966-1999) 5. Demokrasi Pancasila (1999-sekarang) 1. Periode Tahun 1945 – Tahun 1950 Dimana Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di Parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk kedalam Hukum Dasar Negara (Konstitusi) yakni UUDNRI Tahun 1945 Komitmen Bangsa Indonesia terhadap HAM pada periode awal kemerdekaan ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945. Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik, sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. 2. Periode Tahun 1950 – Tahun 1959 Pada Periode ini dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia dikenal dengan sebutan Periode Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini mendapatkan momentum yang sangat membanggakan, karena suasana kebebasan dipengaruhi oleh semangat Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer, dimana kebebasan mendapatkan tempat di kalangan elite politik. HAM pada periode ini mengalami “ pasang” dan menikmati “ bulan madu “ kebebasan. Indikatornya menurut Ahli Hukum Tata Negara ini ada lima aspek: a) Semakin banyak tumbuh partai–partai politik (parpol) dengan beragam ideologinya masing– masing; b) Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul– betul menikmati kebebasannya. c) Pemilihan Umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair (adil) dan demokratis. d) Parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif. e) Wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan. 3. Periode Tahun 1959 – Tahun 1966 Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah Sistem Demokrasi Terpimpin sebagai reaksi penolakan Presiden Soekarno terhadap Sistem Demokrasi Parlementer. Pada sistem ini (Demokrasi Terpimpin) kekuasan berpusat pada dan berada ditangan Presiden. Akibat dari Sistem Demokrasi Terpimpin, Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur politik. Dalam kaitannya dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik. 4. Periode Tahun 1966 – Tahun 1998
Setelah terjadi peralihan Pemerintahan dari
Presiden Soekarno ke PresidenSoeharto, muncul semangat baru untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada Tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan Pengadilan HAM, pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk Wilayah Asia Selain itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh Negara–negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan kemunduran, pemikiran HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan masyarakat yang dimotori oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat akademisi yang concern terhadap penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang Periode 1990-an nampak memperoleh hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi Pemerintah dari represif dan defensif menjadi ke strategi akomodatif terhadap tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM. Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan HAM adalah dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM ) berdasarkan KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyelidiki pelaksanaan HAM, serta memberi pendapat, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah Republik Indonesia perihal pelaksanaan HAM. 5. Periode Tahun 1998 – Sekarang
Pergantian rezim Pemerintahan pada Tahun 1998
telah memberikan dampak yang sangat besar pada kemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan Pemerintah Orde Baru yang berlawanan dengan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan penyusunan Peraturan Perundang– undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan Perundang–undangan tentang HAM seperti Amandemen Konstitusi Negara yakni UUDNRI Tahun 1945 sebanyak 4 kali perubahan, Ketetapan MPR (TAP MPR), Undang– undang (UU), Peraturan Pemerintah dan Ketentuan Perundang – undangam lainnya.