Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Periode Sebelum Kemerdekaan (1908 – 1945)


Pada periode ini, perkembangan HAM di Indonesia
tercermin dari beberapa tindakan yang dilakukan
oleh beberapa perkumpulan atau organisasi yakni
sebagai berikut:
1. Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia
2. Sesudah Kemerdekaan Indonesia
A. Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Di Indonesia hak asasi manusia (HAM)


sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh,
HAM di Sulawesi Selatan telah dikenal sejak
lama, kemudian ditulis dalam Buku-buku Adat
(Lontarak). Antara lain dinyatakan dalam Buku
Lontarak Tomatindo di Lagana bahwa apabila
Raja berselisih faham dengan Dewan Adat,
maka Raja harus mengalah. Tetapi apabila para
Dewam Adat sendiri berselisih, maka rakyatlah
yang memutuskan.
B. Setelah Kemerdekaan Indonesia

1. Demokrasi Pancasila (1945-1949)


2. Demokrasi Liberal (1949-1959)
3. Demokrasi Terpimpin (1960-1965)
4. Demokrasi Dualisme Terpimpin-Liberal
(1966-1999)
5. Demokrasi Pancasila (1999-sekarang)
1. Periode Tahun 1945 – Tahun 1950
Dimana Pemikiran HAM pada periode awal
kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak
kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik
yang didirikan serta hak kebebasan untuk untuk
menyampaikan pendapat terutama di Parlemen.
Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara
formal karena telah memperoleh pengaturan dan
masuk kedalam Hukum Dasar Negara (Konstitusi)
yakni UUDNRI Tahun 1945
Komitmen Bangsa Indonesia terhadap HAM
pada periode awal kemerdekaan ditunjukkan
dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1
November 1945.
Langkah selanjutnya memberikan
keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan
partai politik, sebagaimana tertera dalam
Maklumat Pemerintah tanggal 3 November
1945.
2. Periode Tahun 1950 – Tahun 1959
Pada Periode ini dalam perjalanan
kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia dikenal dengan sebutan Periode
Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM
pada periode ini mendapatkan momentum
yang sangat membanggakan, karena
suasana kebebasan dipengaruhi oleh
semangat Demokrasi Liberal atau Demokrasi
Parlementer, dimana kebebasan
mendapatkan tempat di kalangan elite politik.
HAM pada periode ini mengalami “ pasang” dan
menikmati “ bulan madu “ kebebasan. Indikatornya
menurut Ahli Hukum Tata Negara ini ada lima aspek:
a) Semakin banyak tumbuh partai–partai politik
(parpol) dengan beragam ideologinya masing–
masing;
b) Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul–
betul menikmati kebebasannya.
c) Pemilihan Umum sebagai pilar lain dari demokrasi
berlangsung dalam suasana kebebasan, fair (adil)
dan demokratis.
d) Parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai
resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja
dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan
kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif.
e) Wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim
yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan
yang memberikan ruang kebebasan.
3. Periode Tahun 1959 – Tahun 1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku
adalah Sistem Demokrasi Terpimpin sebagai reaksi
penolakan Presiden Soekarno terhadap Sistem
Demokrasi Parlementer.
Pada sistem ini (Demokrasi Terpimpin) kekuasan
berpusat pada dan berada ditangan Presiden. Akibat
dari Sistem Demokrasi Terpimpin, Presiden melakukan
tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur
politik maupun dalam tataran infrastruktur politik. Dalam
kaitannya dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak
asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik.
4. Periode Tahun 1966 – Tahun 1998

Setelah terjadi peralihan Pemerintahan dari


Presiden Soekarno ke PresidenSoeharto, muncul
semangat baru untuk menegakkan HAM. Pada
masa awal periode ini telah diadakan berbagai
seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang
HAM dilaksanakan pada Tahun 1967 yang
merekomendasikan gagasan tentang perlunya
pembentukan Pengadilan HAM, pembentukan
Komisi dan Pengadilan HAM untuk Wilayah Asia
Selain itu sikap defensif pemerintah ini
berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM
seringkali digunakan oleh Negara–negara Barat
untuk memojokkan Negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Meskipun dari
pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan
kemunduran, pemikiran HAM nampaknya terus
ada pada periode ini terutama dikalangan
masyarakat yang dimotori oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan masyarakat akademisi
yang concern terhadap penegakan HAM.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang
Periode 1990-an nampak memperoleh hasil yang
menggembirakan karena terjadi pergeseran
strategi Pemerintah dari represif dan defensif
menjadi ke strategi akomodatif terhadap tuntutan
yang berkaitan dengan penegakan HAM.
Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap
tuntutan penegakan HAM adalah dibentuknya
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS
HAM ) berdasarkan KEPRES No. 50 Tahun 1993
tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini bertugas untuk
memantau dan menyelidiki pelaksanaan HAM,
serta memberi pendapat, pertimbangan, dan saran
kepada Pemerintah Republik Indonesia perihal
pelaksanaan HAM.
5. Periode Tahun 1998 – Sekarang

Pergantian rezim Pemerintahan pada Tahun 1998


telah memberikan dampak yang sangat besar pada
kemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia.
Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap
beberapa kebijakan Pemerintah Orde Baru yang
berlawanan dengan perlindungan HAM. Selanjutnya
dilakukan penyusunan Peraturan Perundang–
undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan
HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan
kemasyarakatan di Indonesia
Strategi penegakan HAM pada periode ini
dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status
penentuan dan tahap penataan aturan secara
konsisten. Pada tahap penentuan telah ditetapkan
beberapa penentuan Perundang–undangan
tentang HAM seperti Amandemen Konstitusi
Negara yakni UUDNRI Tahun 1945 sebanyak 4 kali
perubahan, Ketetapan MPR (TAP MPR), Undang–
undang (UU), Peraturan Pemerintah dan Ketentuan
Perundang – undangam lainnya.

Anda mungkin juga menyukai