Anda di halaman 1dari 49

ADI YUSUF MUTTAQIN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FTUNS


2012
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Penyebab banjir
Siklus hidrologi
Tata guna lahan & limpasan permukaan
Fungsi penutup lahan
Dampak pembangunan terhadap debit
limpasan
Rob & amblesan tanah
PENYEBAB BANJIR
Controllable Causals:
Perubahan tata guna lahan : kualitas penutupan
lahan
Partisipasi masyarakat: pembuangan sampah,
bangunan liar, kerusakan bangunan drainase
Erosi dan sedimentasi
Penurunan tanah, rob
Ilmu Pengetahuan & teknologi
Uncontrollable Causals:
Fisiografi
Geologi & Jenis tanah
Curah hujan
Klimatologi (angin, kelembaban, dll)
FISIOGRAFI & TOPOGRAFI
Kondisi fisik saluran: kemiringan, penampang, dan
rupa bumi, berupa bentuk, kemiringan lereng, adanya
cekungan-cekungan dll., punya pengaruh besar
terhadap limpasan permukaan.
Lahan datar atau lahan dengan cekungan-cekungan
menghasilkan limpasan permukaan yang lebih kecil
dibandingkan lahan terjal.
Lahan memanjang ke arah kemiringan menghasilkan
limpasan permukaan lebih kecil, namun berlangsung
lama dibandingkan lahan melebar.
Pengaruh kemiringan lahan menjadi tidak signifikan
untuk hujan dengan intensitas relatif konstan
berlangsung cukup lama, dimana limpasan
permukaanmenjadi konstan, dan berlaku sebaliknya
untuk hujan pendek.
GEOLOGI
Kondisi geologi atau material & permeabilitas lapisan
tanah atas menentukan laju dan kapasitas infiltrasi
yang selanjutnya berpengaruh pada limpasan
permukaan. Lapisan tanah pervious (tembus air)
menghasilkan limpasan lebih kecil dibandingkan
dengan lapisan batuan.
Lapisan impervious pada lereng terjal menghasilkan
limpasan permukaan lebih besar dibandingkan
lahanpervoius, dan menghasilkan aliran yang lebih
kecil di muasin kemarau, karena ketidakcukupan
simpanan air tanah.
TATA GUNA LAHAN
Pengaruh tata guna lahan terhadap besarnya
limpasan permukaan dinyatakan dalam koefisien
limpasan permukaan, dan kecepatan limpasan
permukaan.
Kecepatan limpasan permukaan berbanding terbalik
dengan waktu konsentrasi.
Waktu konsentrasi berpengaruh terhadap intensitas
hujan
Besar kecilnya intensitas hujan berpengaruh pada
debit puncak.
Q = 0,00278 CIA
Fungsi tanaman penutup lahan

Intersepsi (menangkap &


menyimpan sementara) f(A)
Evapotranspirasi  f(t, A)
Memperlambat aliran  f(n)
Meningkatkan infiltrasi  f (t, I)

Meningkatkan limpasan
permukaan
ASPEK YANG DITINJAU DALAM
PERENCANAAN DRAINASE

teknis;
ekonomi dan finansial;
sosial-budaya;
legalitas dan perundang-undangan;
kelembagaan, dan
lingkungan.
Partisipasi masyarakat
AGAR BISA MENYUSUN MASTERPLAN
DRAINASE WILAYAH
ASPEK TEKNIS
Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi
pembangunan atau perbaikan sistem drainase di
perkotaan antara lain :

Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil


dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Pembebasan lahan dan relokasi (pemindahan)
penduduk lebih sulit dilaksanakan dibandingkan
dengan daerah pedesaan yang jarang penduduknya.
Diperlukan penyesuaian-penyesuaian berkaitan
dengan adanya limbah domestik dan limbah industri.
Diharapkan sistem drainase yang dibangun/diperbaiki
harus harmonis dengan lingkungan perkotaan.
ASPEK TEKNIS (lanjutan)

Perbaikan sistem drainase di daerah perkotaan pada


umumnya mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:

 Mempelajari sistem drainase yang sudah ada saat ini.


 Merumuskan rencana perbaikan sistem drainase.
 Perencanaan fasilitas drainase, seperti saluran
drainase, tanggul, gorong-gorong, kolam retensi,
stasiun pompa, dll.
 Pelaksanaan pekerjaan, dan
 Operasi dan pemeliharaan fasilitas drainase.
ASPEK TEKNIS (Lanjutan)

Survei & investigasi yang diperlukan:

 Topografi,
 Iklim, hidrologi,
 Daerah genangan,
 Tata guna lahan dan rencana pengembangan
masa mendatang, dan
 Sistem drainase yang ada.
ASPEK TEKNIS (Lanjutan)

Topografi:
 lokasi sistem drainase;
 elevasi permukaan tanah;
 batas-batas administrasi.
ASPEK TEKNIS (Lanjutan)
Topografi:
Jenis Peta Bentuk Tampilan/informasi Kegunaan Sumber

Orthophoto/rRupa Foto udara dengan skala Menentukan batas dan luas BPN
bumi 1:1000; 1:10.000 DAS. Bakosurtanal
Indonesia Menentukan letak dan jumlah
(RBI) bangunan..

Peta wilayah/kota Batas wilayah, kecamatan, Menentukan jenis dan jumlah Pemda
desa, nama jalan, sungai, fasilitas umum yang terkena Toko Buku
bangunan umum. banjir.

Peta sistem drainase Jaringan drainase, jalan Pembagian DAS dan / atau sub Dinas PU
inspeksi, dan letak bangunan- sistem drainase, saluran Departemen
bangunannya, arah aliran. primer, sekunder, penempatan Kimpraswil
bangunan, stasiun pompa,
kolam, dll.

Peta rencana tata Rencana tataguna lahan, zone Menentukan jalur banjir kanal, Bappeda
ruang permukiman, industri, menentukan koefisien Departemen
perdagangan, jalur hijau, dll, pengaliran. Kimpraswil
rencana jaringan dan
pelebaran jalan, dll.
SPEK TEKNIS
a topografi daerah datar
ASPEK TEKNIS
Peta topografi daerah berbukit
Iklim dan hidrologi
Data hujan
Data aliran
Data sedimen dan kualitas air
Data pasang surut
Data banjir
HUJAN
Indonesia termasuk negara tropis basah, dengan dua musim
yang berbeda: musim hujan (Oktober-Maret) dan musim
kering (April-September).
Delapan puluh persen (80%) hujan tahunan jatuh pada musim
hujan, dan 20% sisanya jatuh pada musim kemarau.
Air hujan merupakan sumber utama beban sistem drainase.
Hujan biasanya terjadi pada sore hari.
Dalam jangka panjang, hujan harian maksimum maupun tinggi
hujan tahunan relatif konstan, tidak ada indikasi trend
kenaikan.
TINGGI HUJAN SEBAGAI FUNGSI
WAKTU
Tin g g i h u ja n ( m m )

200

175

150

125

100

75

50

25

0
0 60 120 180 240 300 360

Du ra si h u ja n (m e n it )
TINGGI HUJAN
TINGGI HUJAN 12-JAM MAKSIMUM TAHUNAN DI KOTA SEMARANG

300

250
Tin g g i h u ja n 12 ja m (m m )

200

150

100

50

0
1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005
INTENSITAS HUJAN
INTENSITAS HUJAN MAKSIMUM TAHUNAN DI KOTA SEMARANG

120
In t e n s it a s h u ja n (m m / ja m )

100

80

60

40

20

0
1 97 5 19 8 0 1985 1990 1995 2 00 0 2005
NOMOGRAF WAKTU LIMPASAN PERMUKAAN SEBAGAI
FUNGSI KEMIRINGAN LAHAN (S) DAN KOEFISIEN LIMPASAN
LENGKUNG INTENSITAS – DURASI –
FREKUENSI HUJAN (IDF)
250
In te n sita s h u ja n (m m / ja m )

200

150

100
25
10
5
2
1
50 0,5

0
0 60 120 180 240 300 360
Du ra si h u ja n (m e n it )
INTENSITAS HUJAN SEBAGAI FUNGSI
WAKTU

4.887
 Kala ulang 1-tahun I1 
t  31,26
6.841
 Kala ulang 2-tahun I2 
t  32 ,88
9.197
 Kala ulang 5-tahun I5 
t  34 ,69
10.752
I10 
 Kala ulang 10-tahun t  35,46
Tata guna lahan
Daerah terbangun
 Jalan
 Perumahan
 Tempat ibadah - pendidikan
 Kawasan industri
Untuk menentukan
 dll
besarnya koefisien
Belum terbangun limpasan, C
 Hutan
 Sawah-ladang
 Taman
 Kuburan
 Dll
Memperhitungkan RTRW, RDTRK
Koefisien limpasan, C
Diskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien limpasan, C
Business
perkotaan 0,70 - 0,95
pinggiran 0,50 - 0,70
Perumahan
rumah tunggal 0,30 - 0,50
multiunit, terpisah 0,40 - 0,60
multiunit, tergabung 0,60 - 0,75
perkampungan 0,25 - 0,40
apartemen 0,50 - 0,70
Industri
ringan 0,50 - 0,80
berat 0,60 - 0,90
Perkerasan
aspal dan beton 0,70 - 0,95
batu bata, paving 0,50 - 0,70
Atap 0,75 - 0,95
Halaman kereta api 0,10 - 0,35
Taman tempat bermain 0,20 - 0,35
Taman, pekuburan 0,10 - 0,25
Hutan
datar, 0 - 5% 0,10 - 0,40
bergelombang, 5 - 10% 0,25 - 0,50
berbukit, 10 – 30% 0,30 - 0,60
Langkah-langkah pemakaian rumus
Rasional
DAS dengan tata guna lahan tidak seragam

Dibagi-bagi menjadi sub-DAS sesuai dengan tata


guna lahan (koef. C homogen)

Koef. C Gabungan :
n
 A i Ci
Ukur luas tiap-tiap sub-DAS C DAS  i 1
n
 Ai
i 1

Luas DAS (ha)

P
Q
to = waktu limpas permukaan (dari titik terjauh, P
ke saluran terdekat, titik Q)
td = waktu limpas saluran (dari titik Q ke titik R)
R
Hitung debit di titk
Titik kontrol atau muara DAS
kontrol:
Ukur jarak limpas permukaan PQ (m) Hitung kemiringan tanah PQ Q = 0,002778 CIA

Hitung waktu limpas permukaan, to


Ukur panjang saluran QR (m)

Perkirakan kecepatan aliran dalam saluran = V, dan tc = to = td (menit)


hitung td = (PQ/60V) (menit)

Pakai kurva Intensitas Hujan, diperoleh I


(mm/jam)
DAERAH GENANGAN

 Luas dan persebaran daerah genangan


 Tinggi muka air maksimum dan kedalaman
genangan
 Lamanya genangan
 Frekuensi genangan
 Sumber air banjir
 Arah atau pola aliran air
 Penyebab terjadinya genangan
SISTEM DRAINASE YANG ADA
 Batas daerah tangkapan air dan luas total
 Saluran drainase utama dan panjangnya
 Panjang saluran-saluran cabang dan daerah
tangkapan airnya
 Kapasitas masing-masing ruas saluran, dan
pola alirannya
 Permasalahan drainase di daerah
tangkapannya
 Kondisi saluran utama sistem drainase yang
ada.
Sistem Drainase yang ada dan pembagian
Daerah Tangkapan Air Semarang Tengah
Skema sistem drainase Semarang Tengah
Diagram debit rencana
ANALISIS HIDRAULIK

Lebar
Debit Kecepatan
Segmen dasa kemirngan kedalaman
No. m (m3/ arus,
Saluran r, dasar, So air, h (m)
dt) V (m/det)
b (m)
1. Sm-1 -H 4,00 0 0,00080 4,63 1,05 1,10
2. H-G 8,00 0 0,00080 15,45 1,35 1,42
3. G -F 10,00 0 0,00080 19,94 1,35 1,47
4. F-E 12,00 0 0,00075 44,06 2,05 1,82
5. E-D 12,00 0 0,00075 44,05 2,05 1,82
6. D-C 12,00 0 0,00060 38,05 2,00 1,60
7. C-B 12,00 0 0,00060 38,05 2,00 1,60
8. B-A 20,00 2 0,00020 57,41 2,85 1,02
9. SI-1 - L 8,00 0 0,00050 20,68 2,00 1,35
10. L - F' 8,50 0 0,00050 23,51 2,05 1,39

11. As-1 - J 8,00 0 0,00050 23,49 2,15 1,40


12. J - B" 8,00 0 0,00050 31,88 2,65 1,53
SISTEM DRAINASE YANG
BERKELANJUTAN
 SUSTAINABLE DRAINAGE
 KONSERVASI SUMBERDAYA AIR
 MENGURANGI INTRUSI AIR LAUT
 MEREDUKSI DEMENSI SALURAN
 MASUK PADA ASPEK LINGKUNGAN
 SISTEM DRAINASE YANG BERWAWASAN
LINGKUNGAN
 DIPERLUKAN TINDAKAN STRUKTURAL DAN
NON STRUKTURAL
ASPEK LINGKUNGAN
Dampak yang mungkin timbul dari
pembangunan sistem drainase:

1. Gangguan permanen dalam saluran: banyak


saluran pada musim kemarau menggenang,
kemungkinan:
Timbunan sampah/kotoran dalam saluran
Sedimentasi
Dasar saluran naik turun
2. Pencemaran air tanah, dapat dicegah
dengan:
Lining atau geotextile
Drainase sistem terpisah

(a). Saluran dari pasangan batu kali atau (b). Saluran dari tanah. Terjadi (c). Saluran dibuat bertingkat. Bagian
beton. Aliran yang terlalu kecil tidak resapan ke dalam tanah, dan tengahnya terbuat dari buis beton, yang
dapat melarutkan sedimen, sehingga mencemari air tanah. mengalirkan air limbah. Karena
terjadi pengendapan.
dimensinya kecil, alirannya cukup kuat
sehingga tidak terjadi pengendapan.
3. Intrusi air asin
 Bendung karet
 Lining atau geotextile
Batas intrusi air laut
Batas intrusi air laut sebelum ada bendung
setelah ada bendung karet

Air laut
Perubahan panjang
intrusi air laut

Dasar saluran Bendung karet

Batas intrusi air laut


Batas intrusi air laut
sebelum normalisasi setelah normalisasi

Air laut
Perubahan panjang
intrusi air laut

Dasar saluran sebelum Dasar saluran


normalisasi setelah normalisasi
4. Pemindahan banjir

banjir
tidak banjir
tidak banjir banjir

(a). Sebelum normalisasi, kota bagian atas (b). Setelah normalisasi, kota bagian atas
(hulu) banjir, bagian bawah (hilir) kering (tidak banjir) (hulu) menjadi kering, sebaliknya bagian bawah (hilir)
menjadi banjir

tidak banjir
banjir banjir Banjir tidak banjir
kanal

(c). Sebelum pembangunan banjir kanal, kota


(d). Setelah pembangunan banjir kanal, kota
bagian atas (hulu) tidak banjir, bagian bawah (hilir) banjir
bagian atas (hulu) menjadi banjir, bagian bawah (hilir)
tidak banjir
Fasilitas Pemanen Air Hujan
Retarding basin

Penyimpanan Kolam regulasi (Regulation


di luar lokasi pond)
(Off-site
Tipe storage) Taman
penyimpan
(Storage Halaman sekolah
Types)
Penyimpanan Lahan terbuka (Open
Fasilitas di dalam space)
lokasi (on-site Lahan parkir
penahan air
hujan (Rainfall storage) Lahan antra blok rumah
retention Ruang terbuka lainnya
facilities)

Parit resapan (Infiltration Tranch)

Tipe peresapan Sumur resapan (Infiltration well)


(Infiltration Types)
Kolam resapan (Infiltration pond)

Perkerasan resapan (Infiltration


pavement)
Sumur resapan

Sumur resapan dapat berupa :


• sumur dangkal, maupun
• sumur dalam
Sumur resapan dangkal

Fungsi sumur resapan:


• Memperluas bidang
resapan, memperbesar
pengisian air tanah
(recharge)
• Penampungan sementara
air hujan (retarding
ponds)
Tidak semua lokasi cocok
untuk pembuatan sumur
resapan.
Perlu data geologi, dan
hidrogeologi.
Konstruksi sumur resapan dangkal
Peluap ke saluran Peluap ke saluran
drainase drainase
Saluran dari talang Saluran dari talang
rumah rumah

Dinding kedap air

Dinding porus
Penempatan sumur resapan dangkal
Batas pemilikan

1,5 m Posisi sumur resapan


>10 m
1,5 m Sumur 3, 0 m
Sumur air
minum
diletakkan cukup jauh
resapan
dari sumur air bersih
Jalan umum 3, 0 m
Pipa air (minimal 10 m), untuk
Pohon besar
menghindari
Rumah
terjadinya
>10 m kontminasi, atau
pencemaran.
Septik tank
Air yang masuk ke
sumur resapan
khusus air hujan, air
buangan KM/WC
Talang
tidak boleh
Taman
bercampur, untuk
mencegah terjadinya
pencemaran air
Peluap

Sumur
tanah.
resapan

Batu pecah
Contoh kebutuhan sumur resapan
Volume sumur resapan dengan Volume sumur resapan tanpa
Luas kavling
No. saluran drainase sebagai saluran drainase sebagai
(m2)
pelimpasan (m3) pelimpasan (m3)
1. 50 1,3 – 2,1 2,1 – 4,0
2. 100 2,6 – 4,1 4,1 – 7,9
3. 150 3,9 – 6,2 6,2 – 11,9
4. 200 5,2 – 6,2 8,2 – 15,8
5. 300 7,8 – 12,3 12,3 – 23,4
6. 400 10,4 – 16,4 16,4 – 31,6
7. 500 13,0 – 20,5 20,5 – 39,6
8. 600 15,6 – 24,6 24,6 – 47,4
9. 700 18,2 – 28,7 28,7 – 55,3
10. 800 20,8 – 32,8 32,8 – 63,2
11. 900 23,4 – 36,8 36,8 – 71,1
12. 1000 26,0 – 41,0 41,0 – 79,0
13. dst - -
Kapasitas sumur resapan dangkal

Q   
FKT

H 1 e R 2 
FK  

dimana :
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
F = adalah faktor geometrik (m)
Q = debit air masuk (m3/dt)
T = waktu pengaliran (detik)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dt)
R = jari-jari sumur (m).
Kolam resapan bersama

Dapat
diterapkan di
kompleks
perumahan,
Tanaman tahunan
Saluran pemasukan sekaligus
Kolam sebagai taman,
Bunga atau tanaman tempat bermain,
berakar pendek
ataupun kolam
pancing (khusus
menampung air
hujan)
Saluran limpasan
Saluran pemasukan
Kolam
1,5 m 2-5 m
Kerikil
3m
Sumur resapan dalam
r2 Q
r1
Muka air banjir

h1 Lengkung piezometrik
h2 hasil pengisian

Tinggi piezometrik
Sumur pantau Sumur pengisian

Lapisan kedap air

B Lapisan akifer
porus

Lapisan kedap air


Kapasitas sumur resapan dalam
2,72Kbh 2  h 1 
Q
 r2 
log10  
 r1 
K = koefisien permeabilitas akifer
b = tebal akifer tertekan
h2 = jarak antara garis piezometrik di sumur pantau 2 dan
permukaan air di sumur resapan
h1 = jarak antara garis piezometrik di sumur pantau 2 dan
permukaan air di sumur resapan
r2 = jarak sumur pantau 2 ke sumur resapan
r1 = jarak sumur pantau 1 ke sumur resapan
Konstruksi sumur resapan dalam
Concrete slab in the
shaft bottom
Grout

36” metalic casing

3” PVC ttube to introduce


recharge water

12” Fibrocement
casing
Impervious level

Sand fill
4” PVC tube to replace
gravel
Gravel fill

12” Fibrocement
slotted tube

Pneumatic packer

Impervious level

Grout
Bottom slab

Lower zone piezometric tube


Packer pressurized

Bottom slab
Skema sumur
resapan

Anda mungkin juga menyukai