Anda di halaman 1dari 19

Persiapan Pemeriksaan

Diagnostik Lumbal pungsi


dan BMP
Kelompok 4F
Anggota Kelompok
1. Siti Maysaroh (G2A021335) 2. 10. Fina Fithrotul
Artiamandasari (G2A021336) 3. Zaidah (G2A021344)
Ramadhan Bagus N (G2A021337) 4. 11. Devi Amartiya
Salma Qittrin N (G2A021338) 5. M. (G2A021345)
Ridho Septiawan H (G2A021339) 12. Hevina Yogi (G2A021347)
6. Della Aprilia
Widya A (G2A021340) 13. Rizky Fajrin S (G2A021348)
7. M. Khabib Ainur R 14. Saidina Khalifathur R (G2A021349) 15.
(G2A021341) Allysa Mawardah K (G2A021354)
8. Sepfinna Dwi B (G2A021342)
9.
Lumbal Pungsi
Definisi Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi adalah tindakan memasukkan jarum pungsi
ke dalam ruang sub arachnoid medula spinalis pada daerah
cauda equina melalui daerah segmen lumbalis columna
vertebralis dengan teknik aseptik.
Lumbal pungsi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
penyakit yang berhubungan dengan otak dan sistem saraf
tulang belakang. Prosedur dilakukan dengan mengambil
cairan serebrospinal (CSF) yang terdapat pada selaput
pelindung sistem saraf pusat. Sejumlah cairan serebrospinal
akan diambil melalui jarum yang disuntikkan pada bagian
bawah tulang belakang (area lumbar) untuk selanjutnya
dianalisis di laboratorium.
Tujuan Lumbal Pungsi
Tujuan pemeriksaan diagnostik lumbal pungsi

 Mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan laboratorium


yaitu pemeriksaan kimia, sitologi, bakteriologi, dan neuropatologi.
 Mengukur tekanan cairan serebrospinalis
 Mengetahui ada tidaknya sumbatan total atau sebagian dari aliran
dinamis cairan serebrospinalis yang disebabkan tumor atau kondisi
patologis dari medula spinalis.
 Memasukkan zat kontras atau agen radioaktif untuk visualisasi saraf
sentral (px. Myelografi, dll)
Indikasi Lumbal Fungsi
Menurut John Hopskin medicine, yang menjadi penyebab dilakukannya lumbal pungsi adalah
untuk mengetahui beberapa kondisi dan penyakit seperti :
a. Meningitis atau radang selaput pelindung otak dan sistem saraf tulang belakang
b. Sakit kepala parah yang tidak diketahui penyebab pastinya
c. Peradangan pada otak (ensefalitis)
d. Kondisi yang ditandai dengan peningkatan tekanan pada otak
e. Penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada sistem saraf, seperti multiple sclerosis dan
sindrom Gullain-Barre’s
f. Kanker atau tumor yang menyerang otak dan sistem saraf tulang belakang
g. Leukemia
h. Peradangan pada sistem saraf tulang belakang (myelitis)
i. Penyakit Alzheimer dan kondisi lain yang berkaitan dengan penurunan fungsi sistem saraf
j. Neurosifilis, yaitu sifilis yang sudah menyerang sistem saraf
Kontra Indikasi Lumbal Pungsi
o Adanya tekanan intrakranial yang tinggi.
o Adanya infeksi, luka di tempat lumbal pungsi.
o Jarak waktu yang dekat dengan rencana
myelografi.
o Terdapat kelainan pada struktur tulang
belakang (kifosis, skoliosis, lordosis).
o Terdapat kelainan kongenital susunan tulang
belakang (spina bifida, meningokel).
Langkah-Langkah pelaksanaan Lumbal Pungsi
1. Gunakan sarung tangan nonsteril
2. Tentukan lokasi intervertebra L3-L4 dengan mempalpasi crista iliaca superior kanan dan kiri serta
menggerakkan jari ke arah medial menuju ke tulang vertebra
3. Palpasi intervertebra L3-L4, L2-L3, dan L4-L5 untuk membandingkan dan menentukan
intervertebra yang terbesar, lalu tandai daerah tersebut
4. Ganti sarung tangan nonsteril dengan sarung tangan steril
5. Buka keempat test tube dan posisikan tegak
6. Disinfeksi lokasi penyuntikan dan pasang duk steril
7. Berikan anestesi lokal dengan spuit 10 cc
8. Gunakan jarum 25 G untuk membentuk wheal kemudian ganti menjadi jarum 20 G untuk jaringan
yang lebih dalam
9. Dorong jarum terus ke arah dalam dan aspirasi untuk memastikan jarum tidak berada pada
pembuluh darah
10. Injeksikan cairan anestesi sambil menarik jarum pelan-pelan
11. Anestesi ini dilakukan pula pada sisi atas, sisi bawah, dan kedua sisi lateral (proses ini
menganestesi seluruh area sekitar vertebra, sehingga bila dokter perlu mengarahkan ulang jarum
spinal, daerah tersebut sudah teranestesi)
Langkah-Langkah pelaksanaan Lumbal Pungsi
12. Stabilkan posisi jarum 20 G dengan jari kedua dan dorong menggunakan jempol ke arah umbilikal
13. Arahkan bevel jarum paralel dengan serabut dural longitudinal
14. Dorong pelan-pelan hingga jarum dirasa telah menembus duramater atau tarik stylet bila telah
masuk sedalam 4–5 cm
15. Cairan serebrospinal akan keluar bila jarum berada pada posisi yang benar. Bila cairan tidak keluar,
ganti stylet dan posisikan jarum maju atau mundur beberapa milimeter hingga cairan serebrospinal
keluar
16. Untuk mengukur tekanan keluar cairan serebrospinal, pasien harus berbaring menghadap ke lateral
dan manometer dipasang pada three-way stopcock lalu diukur besar tekanannya. Pastikan pula kaki
pasien dalam posisi lurus
17. Tampung sekitar 10 tetes cairan serebrospinal pada masing-masing tube dimulai dari tube pertama
dan dilanjutkan sesuai urutan
18. Bila aliran terlalu pelan, mintalah pasien untuk batuk atau minta asisten menekan abdomen pasien
secara intermiten
19. Bila cairan sudah cukup, tarik jarum pelan-pelan kemudian tutup dengan sterile dressing.
Resiko Lumbal Pungsi
 Sakit kepala
Sekitar dua pertiga pasien bisa mengalami sakit kepala setelah pungsi lumbal. Keluhan ini disebabkan oleh kebocoran
cairan serebrospinal dari area penyuntikan atau jaringan di sekitarnya. Makin besar kebocoran yang terjadi, sakit kepala
dirasakan akan makin parah.
 Nyeri atau kebas pada punggung bawah dan/atau kaki
Pascaprosedur pungsi lumbal, pasien dapat merasakan nyeri atau kebas sementara pada punggung bawah dan/atau kaki.
 Perdarahan
Risiko perdarahan pascaprosedur dapat terjadi pada area suntikan atau ruas tulang belakang.
 Infeksi
Setiap tindakan medis yang melibatkan penusukan atau kerusakan pada kulit memiliki risiko kecil terjadinya infeksi,
namun hal ini sangat jarang terjadi.
 Nyeri pada lokasi tusukan
Pada beberapa kasus, jarum yang dimasukkan dapat mengenai salah satu saraf di cauda equina (akar saraf) dan
menyebabkan nyeri. Pasien akan merasakan sensasi tidak nyaman seperti tersetrum yang dapat menjalar ke kaki.
 Herniasi atau kompresi otak
Bagi pasien yang memiliki tumor atau abses otak, perubahan tekanan akibat pengambilan cairan serebrospinal dapat
memicu pergeseran jaringan otak. Akibatnya, herniasi atau kompresi otak dapat terjadi.
Bone marrow puncture
(BMP)
Definisi BMP
Bone marrow puncture (BMP) atau aspirasi sumsum tulang adalah prosedur
medis untuk mengumpulkan dan memeriksa sumsum tulang, yakni jaringan spons
dalam tulang yang berukuran lebih besar.Prosedur ini mengetahui kondisi kesehatan
sumsum tulang seseorang dan fungsinya dalam menghasilkan jumlah sel darah
normal.
Saat pemeriksaan BMP dilakukan, petugas medis akan mengambil sampel
cairan dari jaringan lunak di dalam tulang. Selanjutnya, sampel tersebut akan
diamati di laboratorium. Sumsum tulang menjadi organ sasaran pemeriksaan untuk
mengetahui penyakit kelainan darah karena jaringan ini mengandung sel-sel yang
menghasilkan sel darah putih, sel darah merah dan trombosit. Sumsum tulang
terdapat di dalam tulang-tulang berukuran besar di tubuh, seperti tulang dada, tulang
pinggul dan tulang rusuk.
Tujuan BMP
• Mendiagnosis penyakit atau kondisi yang melibatkan sumsum tulang
atau sel darah
• Menentukan stadium atau perkembangan suatu penyakit
• Memeriksa kadar dan metabolisme zat besi di dalam tubuh
• Memantau pengobatan suatu penyakit
• Mengetahui mikroorganisme penyebab infeksi
Indikasi BMP
Beberapa indikasi BMP adalah :
1. Diagnosis, penentuan tahap dan evaluasi pengobatan :
a. kanker darah atau leukemia
b. multiple myeloma
c. kelainan lymphoproliferatif dan myeloproliferatif yang lain
2. Evaluasi dari sitopenia (menurunnya jumlah sel, contohnya trombositopenia,
anemia, leukopenia, pansitopenia, bisitopenia), thrombositosis, leukositosis,
anemia dan status cadangan besi.
3. Kondisi nonhematologik : investigasi panas yang tidak diketahui terutama pada
pasien AIDS, mikroorganisme yang terdapat pada sumsum tulang seperti
tuberculosis, Mycobacterium Avium Intracellulare (MAI), histoplasmosis.
Leishmaniasis dan infeksi jamur yang lain.
4. Penilaian kanker yang telah metastase atau menyebar.
Kontra Indikasi BMP

Kontraindikasi tindakan bone marrow aspiration atau aspirasi


sumsum tulang adalah pada pasien dengan gangguan
perdarahan, dan bila ada risiko penyebaran infeksi. Selain itu,
jika terdapat kelainan pada tulang atau sumsum tulang yang
berat maka sebaiknya tindakan ini dipertimbangkan kembali.
Prosedur Langkah-Langkah BMP
• Pasien akan diminta mengganti baju dengan pakaian yang telah disiapkan lalu berbaring di
kasur yang tersedia dengan posisi miring atau tengkurap.
• Dokter akan membersihkan kulit yang akan diberi bius lokal menggunakan antiseptik.
• Setelah bius diberikan, pasien akan merasa kebas atau mati rasa pada area yang diberikan
bius lokal.
• Dokter akan menusukkan jarum ke dalam kulit hingga menembus tulang untuk mengambil
sampel isi sumsum tulang.
• Setelah sampel sumsum tulang diambil, dokter akan menutup kulit dengan perban steril
dan pasien harus menjaganya tetap kering selama 48 jam.
• Aspirasi sumsum tulang biasanya dilakukan di area tulang panggul bagian belakang (di
sekitar pantat). Meski demikian, aspirasi sumsum tulang juga terkadang dilakukan di
tulang dada. Pada anak-anak, aspirasi sumsum tulang biasanya dilakukan di tulang kering.
Resiko BMP
1. Perdarahan berlebihan, khususnya pada pasien dengan kadar trombosit
rendah
2. Infeksi, terutama pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah
3. Rasa tidak nyaman dalam jangka panjang di area biopsy
4. Masalah jantung atau paru-paru jika tindakan dilakukan di tulang dada
Terima Kasih
Kelompok 4F

Anda mungkin juga menyukai