KEGAWATDARURATAN
Disusun oleh :
MIA TRIANA
NIM. 433131490120020
Medula spinalis adalah bagian dari sistem saraf yang membentuk sistem
kontinue dengan batang otak yang keluar dari hemisfer serebral dan memberikan
tugas sebagai penghubung otak dan saraf perifer yang memanjang dari foramen
magnum di dasar tengkorak sampai bagian lumbarke dua tulang belakang.
Cedera medula spinalis lumbal adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh benturan pada daerah medula spinalis khususnya lumbal
(Brunner dan Suddarth, 2001). Berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang
dipertahankan di bawah lesi, cedera medula spinalis dapat diklasifikasikan
menjadi cedera komplet dan inkomplet.
2. PENYEBAB CEDERA MEDULA SPINALIS
Penyebab trauma medula spinalis di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Traumatic spinal cord injury
1) Kecelakaan dijalan raya (penyebab tersering)
2) Tidak kekerasan
3) Terjatuh
4) Keguatan olahraga (menyelam)
5) Luka tusuk, luka tembak
6) Seseorang yang terpeleset di lantai
7) Jatuh dari ketinggian dalam posisi berdiri
b. Non-traumatic spinal-cord injury terdiri dari :
1) Congenital and developmental
2) Gangguan CNS degenerative
3) Infeksi
4) Inflamatori :
a) Multiple sclerosis
b) Transverse myelitis Toxic
c) Radiasi
d) Tumor
a. nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang
terkena
b. Pernapasan dangkal
c. penggunaan otot-otot pernapasan
d. pergerakan dinding dada
e. Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg)
f. Bradikardi
g. Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur suhu tubuh, yang mana suhu tubuh
bergantung pada suhu lingkungan)
h. Kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak
i. Kehilangan sensasi
j. Terjadi paralisis, paraparesis, paraplegia atau quadriparesis/quadriplegia
k. Adanya spasme otot, kekakuan
l. Kelemahan otot
m. Adanya deformitas tulang belakang
n. Adanya nyeri ketika tulang belakang bergerak
o. Terjadinya perubahan bentuk tulang servikal akibat cedera
p. Kehilangan control dalam eliminasi urin dan feses,
q. Terjadinya gangguan pada ereksi penis (priapism)
a. Sinar X spinal
b. CT Scan
c. MRI
d. Mielografi.
a. Neurogenik shock.
b. Hipoksia.
c. Gangguan paru-paru
d. Instabilitas spinal
e. Orthostatic Hipotensi
f. Ileus Paralitik
h. Kontraktur
i. Dekubitus
j.Inkontinensia blader
k. Konstipasi
8. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN CEDERA MEDULA
SPINALIS
a. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
b. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : jaw thrust. Jangan
memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkan
pemasangan intubasi nasofaring.
c. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal collar,
imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.
d. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 - C7)
dengan menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi), member
lipatan selimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.
e. Menyediakan oksigen tambahan.
f. Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.
g. Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.
h. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari
hipotensi dan bradikardi.
i. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
Berikan antiemboli
Tinggikan ekstremitas bawah
Gunakan baju antisyok.
j. Meningkatkan tekanan darah
Monitor volume infuse
Berikan terapi farmakologi ( vasokontriksi)
k. Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi
gejala bradikardi.
l. Mengetur suhu ruangan untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.
m. Memepersiapkan pasien untuk reposisi spina.
n. Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal
cord : steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam,
dimulai dari 8 jam setelah kejadian.
o. Memantau status neurologi pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien.
p. Memasang NGT untuk mencegah distensi lambung dan kemungkinan aspirasi
jika ada indikasi.
q. memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih.
r. Mengubah posisi pasien untuk menghindari terjadinya dekubitus.
s. Memepersiapkan pasien ke pusat SCI (jika diperlukan).
t. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan pasien yang teridentifikasi secara
konsisten untuk menumbuhkan kepercayaan pasien pada tenaga kesehatan.
u. Melibatkan orang terdekat untuk mendukung proses penyembuhan.(ENA, 2000 ;
427).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola Napas Tidak Efektif
b. Perfusi Perifer Tidak Efektif
c. Nyeri Akut
d. Penurunan Curah Jantung
e. Gangguan Mobilitas Fisik
f. Gangguan Eliminasi Urine
g. Konstipasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3 .
Jakarta : EGC.
Pearce Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia.
Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, Spinal cord injury, (Online), (http://en.wikipedia.
org/wiki/Triage, Diakses pada tgl 20 Februari 2013)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta