Anda di halaman 1dari 16

Tinjauan Kuliah Bahasa Indonesia Setelah UTS

Etty Hesthiati
RAGAM BAHASA ILMU

 Ragam bahasa ilmu merupakan ragam bahasa yang tidak termasuk dialek,
yang dalam suasana resmi, baik lisan maupun tulisan, digunakan oleh para
cendekiawan untuk mengomunikasikan ilmu pengetahuannya.

 Ragam bahasa ilmu adalah ragam bahasa yang diguna­kan untuk


berkomunikasi dalam kepentingan ke­ilmu­an/ilmiah dan akademik.

 Ragam ini merupakan bagian dari ragam bahasa Indonesia baku, dalam arti
mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa baku.
Ciri-ciri ragam bahasa ilmu
 

 Menggunakan ragam bahasa baku, baik dalam struktur kali­mat maupun dalam tata tulis/ejaan

 Memakai kata-kata yang bersifat Ddenotatif, bukan kono­tatif

 Menggunakan kaidah kalimat efektif

 Memanfaatkan istilah teknis secara tepat

 Lebih mengutamakan bentuk kalimat pasif daripada bentuk kalimat aktif

 Menghindari pemakaian kata ganti orang saya dan meng­ganti­nya dengan kata penulis

 Berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan perasaan dan diwujudkan dalam pemakaian

bahasa yang bersifat tenang, jelas, hemat dan tidak emosional


 Menggunakan ragam bahasa baku, baik dalam struktur kali­mat maupun dalam tata
tulis/ejaan
 Ragam bahasa baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar
masyarakat pe­makai­­nya sebagai bahasa resmi dan sebagai ke­rang­ka rujuk­an norma bahasa
dalam peng­guna­annya.

sarana - ragam tulis


- ragam resmi/formal
- wacana teknis/ilmiah
situasi - pembicaraan di depan umum
- pembicaraan dengan orang yang dihormati
- ragam BI yang baik dan benar
bentuk - ragam sosial
- ragam fungsional
RAGAM - kemantapan yang dinamis
BAKU sifat - cendekia/ilmiah
- kaidah yang seragam
- alat pemersatu
fungsi - ciri khas
- prestige/pembawa kewibawaan
- kerangka acuan
- kosakata baku
ciri - mengikuti kaidah imbuhan
- sesuai EyD kosakata baku
 KAIDAH IMBUHAN
 Pada awalan meN- dan peN- + kata dasar berawal konsonan k, p, t, s  luluh/hilang
contoh: mengarang memakai menulis menyapu
pengarang pemakai penulis penyapu
 M eN- dan peN- + kata dasar berawal konsonan d, t, j, c  men- dan pen-
contoh: mendesak menarik menjauh mencari
pendesak penarik penjauh pencari
 meN- dan peN- + kata dasar berawal konsonan b, p, f  mem- dan pem-
contoh: membaca memukul memfitnah
pembaca pemukul pemfitnah
 meN- dan peN- + kata dasar berawal konsonan k, g, meng- dan peng-
contoh: mengarang menggali mengkhitankan
pengarang penggali pengkhianat
 meN- dan peN- + kata dasar berawal konsonan r, l, w, y  me- dan pe-
contoh: merasa melamar mewarisi meyakinkan
perasa pelamar pewaris peyakin
KOSAKATA BAKU

Salah Benar
Salah Benar
akte akta samudra samudera
bis bus varitas varietas
cidera cedera ujud wujud
analisa analisis jamrud zamrud
jaman zaman
elit elite
ijin izin
pondasi fondasi
kongkret konkret
gubug gubuk resiko risiko
hakekat hakikat poto, photo foto
himbau imbau napsu nafsu
Jadual jadwal fikir pikir
fonis vonis
kwantitas kuantitas
paragrap paragraf
kampak kapak
prosentase persentase
lobang lubang trotoir trotoar
managemen manajemen tehnik teknik
oase oasis
parasit parasut
 
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA
Dalam PUEBI dikaidahkan:

 pemakaian huruf

 penulisan kata

 penulisan unsur serapan

 pemakaian tanda baca


MEMAKAI KATA-KATA YANG BERSIFAT DENOTATIF, BUKAN KONO­
TATIF

(1) Badai krisis ekonomi melanda seluruh sendi kehidup­an masyarakat.

(1a) Pengaruh krisis ekonomi melanda seluruh aspek kehidup­an

masyarakat.

(1b) Krisis ekonomi berpengaruh terhadap seluruh sektor

kehidupan masyarakat.
MENGGUNAKAN KAIDAH KALIMAT EFEKTIF

 Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat


mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penutur sehingga
sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
lawan tutur (seperti yang dipikirkan penutur).
Kelengkapan
Kehematan
Kecermatan
Kesejajaran/paralelisme
Kalimat efektif Penekanan/ketegasan
Kesepadanan
Kelogisan
Kelaziman
 MEMANFAATKAN ISTILAH TEKNIS SECARA TEPAT

(1) Korban pembunuhan itu sedang diotopsi di rumah sakit.

(2) Dalam operasi itu lebih dari 50 pengendara roda dua ditilang

karena tidak dapat menunjukkan kelengkap­an surat-surat

kendaraannya.
 LEBIH MENGUTAMAKAN BENTUK KALIMAT PASIF DARIPADA BENTUK
KALIMAT AKTIF

(1) Bab II buku itu menguraikan langkah-langkah yang perlu segera


dila­kukan untuk mengatasi krisis eko­no­mi.

(1a) Dalam bab II buku itu diuraikan langkah-langkah yang perlu


segera dilakukan untuk mengatasi krisis enonomi.

(2) Penulis memperoleh data dengan teknik wawancara dari


sejumlah informan.

(2a) Data diperoleh dari sejumlah informan dengan teknik wawancara.


 MENGHINDARI PEMAKAIAN KATA GANTI ORANG SAYA DAN MENG­GANTI­NYA DENGAN
KATA PENULIS

(1) Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium yang telah saya lakukan, saya
menyimpulkan bahwa be­be­rapa makananan dalam kemasan kaleng tercemar oleh
bakteri yang membahayakan kesehatan.

(1a) Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium yang telah penulis lakukan, penulis
menyimpulkan bahwa be­be­rapa makananan dalam kemasan kaleng tercemar oleh
bakteri yang membahayakan ke­sehat­an.

(1b) Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium dapat disimpulkan bahwa bebe­rapa


makananan dalam kemasan kaleng itu tercemar oleh bakteri yang mem­bahayakan
kesehatan.
 HUBUNGAN ANTARKALIMAT DALAM ALINEA HARUS BER­SIFAT PADU (KOHESIF), DALAM
HAL HUBUNGAN GRAMATIKAL ANTARUNSURNYA MENEKANKAN KELOGISAN
(KOHERENSI), MISALNYA, MENGGUNAKAN KATA TUNJUK, KATA PENGHUBUNG, DSB.

(1) 1Simposium Ilmu-Ilmu Sosial berlangsung di Jakarta. 2Universitas Indo­nesia mengadakan


simpo­si­um itu ketika Universitas Indonesia memperingati hari ulang tahun yang ke-50.
3
Para pakar ilmu-ilmu sosial dari Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta meng­hadiri sim­
posium di Jakarta itu. 4Para pakar ber­diskusi tentang perubahan sosial masyarakat
madani pada era reformasi dan era keterbukaan untuk demo­krasi.

(1a) 1
Simposium Ilmu-Ilmu Sosial berlangsung di Jakarta. 2Simposium itu diada­kan oleh
Universitas In­do­nesia ketika universitas tersebut memper­ingati hari ulang tahunnya
yang ke-50. 3Simposium itu di­hadiri oleh para pakar ilmu-ilmu sosial dari Jakarta,
Bandung, dan Yogyakarta. 4Dalam sim­posi­um itu, mereka berdiskusi tentang perubahan
sosial ma­sya­rakat madani pada era reformasi dan era keter­bukaan untuk demokrasi.
 BERKOMUNIKASI DENGAN PIKIRAN DARIPADA DENGAN PERASAAN DAN
DIWUJUDKAN DALAM PEMAKAIAN BAHASA YANG BERSIFAT TENANG, JELAS,
HEMAT, DAN TIDAK EMOSIONAL

(1) Data yang diperoleh dari informan terpilih menyatakan bahwa dalam adat Minang
seseorang diperbolehkan me­nikah dengan sepupu mereka atau dijodohkan oleh
orang tua mereka, tetapi perjodohan ini tidak terlalu di­paksakan bila tidak mau
tidak dipaksakan.

(1a) Data yang diperoleh dari informan terpilih menyatakan bahwa dalam adat Minang
seseorang diperbolehkan menikah dengan sepupu mereka. Pernikahan tersebut
dapat merupakan hasil perjodohan antar-orang tua yang tidak terlalu dipaksakan.
PARAGRAF

 Cara Penyusunan
 Identitas Paragraf
 bagian terkecil dari karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat.

 syarat paragraf: memiliki satu ide pokok, mempunyai kalimat topik dan kalimat

pengembang, dan adanya hubungan kesatuan (koherensi) dan kepaduan (kohesi)

antarkalimat.

  Peran Paragraf dalam Karangan


 memudahkan pembaca mencermati dan memahami karangan secara baik.
  Langkah-langkah Penyusunan Paragraf
 menentukan ide pokok yang berfungsi sebagai pengendali.
 membuat kalimat topik dengan kata/kelompok kata yang menyimpan ide pokok itu.
 mengembangkan kalimat topik dengan beberapa kalimat pengembang
 Pola Pengembangan Paragraf
 dapat dilakukan dengan dua cara: deduktif dan induktif
 Cara Membentuk Kepaduan Hubungan Antarkalimat dalam Paragraf
 kepaduan dapat dibentuk dengan unsur-unsur kebahasaan yang berfungsi
meng­hubungkan kalimat-kalimat dalam paragraf (penanda hubungan)

 Membentuk Kepaduan dengan Kata Tunjuk

 Membentuk Kepaduan dengan Penggantian

 Membentuk Kepaduan dengan Kata Hubung

 Membentuk Kepaduan dengan Pengulangan

 Membentuk Kepaduan dengan Penghilangan Unsur Terulang

Anda mungkin juga menyukai