DALAM
ISLAM
JIHAD
03 04
PAHAM RADIKAL KESIMPULAN
BUKAN JIHAD
PENGERTIAN
01
Jihad adalah usaha
JIHAD
yang dilakukan
dengan sungguh-
sungguh untuk
mencapai kebaikan
manusia secara
keseluruhan.
SECARA ETIMOLOGIS
Madzhab Maliki: Jihad ialah memerangi orang kafir yang tidak terikat perjanjian demi
meninggikan kalimatullah atau menghadirkan-Nya, atau menaklukan negerinya demi
memenangkan agama-Nya.
LIMA
SASARAN
DALAM JIHAD
Jihad Melawan Jihad Melawan Jihad Melawan
Hawa Nafsu Setan Orang Munafik
Meliputi pengendalian diri Setan mempunyai tekad Yaitu mereka yang berpura-
dalam menjalankan untuk senantiasa menggoda pura Islam dan beriman tetapi
perintah Allah dan manusia dan hati mereka sebenarnya masih
menjauhi larangan-Nya. memalingkannya agar selalu mengingkari keesaan Allah
durhaka kepada Allah Swt dan kerasulan Nabi
Muhammad saw.
Jihad Melawan Orang Kafir
Model jihad ini yang sering dipahami
sebagai jihad perang. Dalam
menafsirkan jihad perang ini para
JIHAD
Allah dalam QS. Ali Imran : 104.
02
ISLAM DAN
PLURALISM
E
KONSEP DASAR PLURALISME AGAMA
Kata “Pluralism agama” berasal dari dua kata, yaitu “Pluralisme” dan “Agama” dalam
bahasa Arab diterjemahkan dengan “al-ta’ddudiyah” dan dalam bahasa Inggris
“religius pluralism”. Dalam bahasa Belanda, merupakan gabungan kata plural dan ism.
Kata “plural” diartikan dengan menunjukkan lebih dari satu. Sedangkan isme diartikan
dengan sesuatu yang berhubungan dengan paham atau aliran.
Sedangkan kata “agama” dalam agama Islam diistilahkan dengan “din” secara bahasa
berarti tunduk, patuh, taat, jalan.
Dengan demikian yang dimaksud “pluralisme agama” adalah terdapat lebih dari satu
agama (samawi dan ardhi) yang mempunyai eksistensi hidup berdampingan.
PANDANGAN ISLAM TERHADAP
PLURALISME AGAMA
Pluralisme agama menurut Islam adalah sebuah
aturan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, juga
tidak mungkin dilawan atau diingkari. Ungkapan
ini menggambarkan bahwa Islam sangat
menghargai pluralisme karena Islam adalah agama
yang dengan tegas mengakui hak-hak penganut
agama lain untuk hidup bersama dan menjalankan
ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan.
AL-QUR’AN DAN PLURALISME
KEAGAMAAN
Kitab suci Al-Quran diturunkan dalam konteks kesejarahan dan
situasi keagamaan yang pluralistis (plura-religius). Setidaknya
terdapat empat bentuk keyakinan agama yang berkembang
dalam masyarakat Arab tempat Muhammad SA menjalankan
misi profetiknya sebelum kehadiran Islam, yaitu Yudaisme
(Yahudi); Kristen, Zoroastrianisme dan agama Makkah sendiri.
Tiga diantara-Nya yang sanat berpengaruh dan senantiasa
disinggung oleh Al-Quran dalam berbagai levelnya adalah
Yahudi, Kristen dan agama Makkah.
PENGAKUAN Pengakuan terhadap pluralisme atau
keragaman agama dalam Al-Qur’an,
AL-QUR’AN ditemukan dalam banyak terminologi
yang merujuk kepada komunitas agama
TERHADAP
yang berbeda seperti ahl al-kitab, utu al-
Kitab, utu nashiban min al-Kitab,
ataytum al-Kitab, al-ladzina Hadu, al-
E AGAMA
PLURALISME AGAMA KENISCAYAAN
SEJARAH
Dalam bahasa agama, pluralisme atau kebinekaan merupakan sunatullah (kepastian
hukum Tuhan) yang bersifat abadi (perenial); argumen historis yang menunjukkan
keniscayaan sejarah akan pluralisme agama, dikemukakan oleh Ismail Raji al-Faruqi
bahwa kebinekaan atau pluralisme agama tersebut disebabkan oleh perbedaan tingkat
perkembangan sejarah, peradaban dan lokasi umat yang menerimanya. Ismail Raji al-
Faruqi menjelaskan bahwa asal dari agama itu satu karena bersumber pada satu
(Tuhan).
PLURALISME
baku untuk memeliharanya, yang dibutuhkan adalah pemahaman
masyarakat beragama tentang pluralisme itu sendiri. Namun
walaupun demikian ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk menjaga keberlangsungan pluralisme, antara lain:
AGAMA
UPAYA
FAKTOR
cara melakukan deradikalisasi secara
evolutif yang melibatkan semua
elemen
PENYEBAB NON-IDEOLOGI
Faktor ini lebih mudah untuk diatasi,
ME
membuat mereka hidup lebih layak
dan sejahtera.
FAKTOR INTERNAL
MUNCULN
Dari dalam umat Islam sendiri yang
telah menjadi penyimpangan norma-
norma agama.
YA
GERAKAN EKSTERNAL
Di luar umat Islam, baik yang
ISLAM
dilakukan oleh penguasa maupun
hegemoni Barat, seperti kasus gerakan
Warsadi, Salman Hafidz dan Imron
atau dikenal sebagai Komando Jihad