Harta Jangka Pendek: Kas Manajemen Kas Surat Berharga Surat Berharga Piutang Kebijaksanaan Piutang Persediaan Kebijaksanaan Persediaan Jangka Panjang: Penganggaran Modal Nilai Kotor: Tanah, Bangunan, Mesin, Kendaraan - Akumulasi Penyusutan Nilai Bersih: Tanah, Bangunan, Mesin, Kendaraan Penyertaan Modal Aktiva Tidak Berwujud Kewajiban Jangka Pendek: Hutang Dagang Kebijakan Hutang Bank Modal Kerja Biaya-biaya yang masih harus dibayar Jangka Panjang: Hutang Jangka Panjang Struktur Saham Preferen Permodalan Modal Sendiri: dan Biaya Modal - Saham Biasa - Agio Saham - Laba Ditahan Kebijakan Dividen - Saham Perbendaharaan KEBIJAKAN DIVIDEN Dividen adalah pembagian laba dalam bentuk tunai atau kas.
Kebijakan dividen mencakup penentuan
penggunaan laba bersih untuk: 1. Mendanai investasi dalam bentuk laba ditahan, dan 2. Imbalan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Nilai Saham Biasa Vcs = Do (1 + g)/(k – g) = D1/(k – g) Vcs = nilai (harga) saham biasa, Do = dividen tahun terakhir, D1 = dividen tahun mendatang, g = tingkat pertumbuhan, k = imbal hasil atau risiko yang bersedia ditanggung investor.
antara dividen dan tingkat pertumbuhan yang mampu memaksimalkan harga saham. TEORI DIVIDEN Secara garis besar teori dividen (kebijakan dividen optimal) terbagi dua, yakni: 1.Teori dividen tak relevan, 2.Teori dividen relevan. Teori dividen tak relevan: Pembagian dividen tidak memengaruhi sama sekali harga saham dan harga saham hanya ditentukan oleh arus kas yang dihasilkan dan risiko bisnis perusahaan. Teori dividen relevan: Pembagian dividen akan berpengaruh terhadap harga saham karena investor lebih menyukai dividen saat ini yang dinilai lebih pasti daripada keuntungan modal yang belum pasti. Investor dan kebijakan dividen Terdapat tiga pandangan yang mampu menjelaskan keterkaitan antara sikap investor dan kebijakan dividen suatu perusahaan: 1. Kandungan informasi (informasi content)atau pengisyaratan (signaling), 2. Efek Pelanggan (clientele effect), 3. Hipotesis arus kas bebas (free cash flow hipotesis). Kandungan Informasi atau Pengisyaratan Kenaikan dividen mencerminkan keyakinan manajer akan prospek pertumbuhan laba pada tahun mendatang. Manajer yang tidak yakin tentu akan lebih memilih memperbesar laba ditahan tahun ini, yang berarti mengurangi dividen tahun sekarang. Kenaikan dividen sesungguhnya memberi informasi atau sinyal yang positif kepada investor bahwa perusahaan akan mengalami pertumbuhan laba pada tahun mendatang. Dengan demikian, investor cenderung membeli saham dengan dividen yang lebih tinggi sehingga harga sahamnya menjadi naik. Efek Pelanggan Setiap investor mempunyai kebutuhan kas yang berbeda-beda. Investor dari kelompok pensiunan lebih menyukai kas sekarang sementara kelompok investor lain tidak membutuhkan kas yang banyak untuk saat ini. Saham dengan dividen yang besar akan disukai oleh kelompok pertama, sedangkan saham dengan dividen yang kecil akan diminati oleh investor kelompok kedua. Jadi, tidaklah mengherankan apabila harga saham akan tetap naik, terlepas apakah suatu perusahaan membayarkan dividen yang semakin besar atau kecil. Hipotesis Arus Kas Bebas Nilai perusahaan akan meningkat seiring dengan keberhasilan perusahaan dalam menjalankan proyek investasi (penganggaran modal). Sumber utama untuk mendanai proyek adalah laba ditahan karena dana ini lebih murah dibandingkan saham biasa baru yang membutuhkan emisi (penerbitan) relatif tinggi. Perusahaan yang sanggup membagikan dividen lebih tinggi akan naik harga sahamnya karena dipandang investor sebagai perusahaan yang mempunyai kelebihan kas (free cash flow), yakni kas yang tersisa setelah dikurangi oleh kebutuhan untuk membiayai proyek investasi di tahun mendatang. Perusahaan yang menahan kelebihan kasnya (tidak membagikannya sebagai dividen) justru harga sahamnya cenderung turun karena investor menganggap kelebihan kas perusahaan bersangkutan akan digunakan untuk membiayai proyek yang kurang menguntungkan. Kebijakan Pembayaran Dividen Jumlah pembagian dividen umumnya didasarkan atas salah satu dari kebijakan berikut: 1.Residual, 2.Stabil, 3.Rasio pembayaran konstan, 4.Jumlah kecil ditambah ekstra. Residual Perusahaan memprioritaskan menggunakan laba ditahan untuk membiayai proyek investasi pada tahun mendatang. Jika masih tersedia sisa dana dari laba ditahan, barulah diputuskan untuk membayar dividen. Empat langkah untuk menjalankan kebijakan ini: 1. Menentukan proyek investasi yang optimal melalui skedul peluang investasi, 2. Menetapkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai proyek tersebut. 3. Menggunakan sebesar mungkin ekuitas yang dibiayai dari laba ditahan, 4. Membayarkan dividen selama masih ada sisa dana. Sisi buruk dari kebijakan residual: Pembayaran dividen dapat berfluktuasi sesuai dengan kebutuhan dana untuk investasi. Hal itu mungkin menyebabkan tingginya risiko (k) di mata investor sehingga berpeluang menurunkan harga saham perusahaan. Stabil Perusahaan menetapkan sejumlah pembayaran dividen yang kecil dan baru menaikkanya apabila diyakini bahwa laba tahun-tahun mendatang akan mencukupi untuk membayar dividen. Dengan menentukan jumlah dividen yang kecil, perusahaan sebenarnya berupaya senantiasa menjaga pembayaran dividennya agar tidak pernah menurun. Sebab, berdasrkan pandangan kandungan informasi dan pengisyaratan, penurunan dividen dianggap berita buruk bagi para investor yang akan menurunkan harga saham perusahaan. Bilamana kondisi ekonomi dan bisnis sedang cerah, perusahaan dengan kebijakan dividen stabil bisa mengubahnya menjadi pertumbuhan dividen yang stabil, misalnya, dividen ditetapkan selalu naik setiap tahunnya 5%. Ada dua alasan mengapa kebijkan dividen stabil baik bagi perusahaan: 1. Ketidakpastian akibat fluktuasi dividen sebagaimana terjadi pada kebijakan residual dapat dihindari, 2. Untuk keperluan konsumsi saat ini, investor umumnya lebih menyukai dividen yang stabil daripada yang berfluktuasi. Rasio Pembayaran Konstan Rasio yang dimaksud pada kebijakan ini adalah perbandingan antara dividen per lembar terhadap laba per lembar. Rasio sebesar 45% misalnya, mengandung arti bahwa dari setiap Rp 100,00 laba per lembar, Rp 45,00 akan dibagaikan sebagai dividen. Meskipun rasionya konstan, tidak berarti investor akan menerimanya secara konstan. Jika laba per lembar saham naik-turun dari tahun ke tahun, jumlah yang dibayarkan sebagai dividen pun akan turut berubah- ubah. Jadi, seperti pada kebijakan residual, kebijakan rasio pembayaran konstan juga mengakibatkan ketidakpastian, yang berpotensi mempertinggi risiko dan menurunkan harga saham. Jumlah Kecil ditambah Ekstra Kebijakan dividen dalam jumlah kecil ditambah ekstra adalah kompromi antara kebijakan stabil dan kebijakan rasio pembayaran konstan. Apabila laba dan arus kas perusahaan cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun, perusahaan dapat memilih kebijakan itu. Artinya, saat memperoleh laba yang rendah atau membutuhkan dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak pada suatu tahun tertentu, perusahaan tetap mampu membayarkan dividennya sekalipun dalam jumlah kecil. Sebaliknya, ketika perolehan laba sedang meningkat pesat, perusahaan dapat memberikan tambahan (ekstra) kepada para pemegang sahamnya. PROSEDUR PEMBAGIAN DIVIDEN Pembagian dividen biasanya dibagikan setaip triwulanan atau semesteran. Ada empat tanggal penting berkaitan dengan prosedur pembagian dividen, yaitu: 1.Tanggal pengumuman, 2.Tanggal pencatatan pemegang saham, 3.Tanggal tanpa dividen, 4.Tanggal pembayaran. Tanggal Pengumuman (Declaration Date) Misalnya, dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan pada tanggal 19 April diumumkan bahwa dividen sebesar Rp 900,00 per lembar akan dibayarkan kepada para pemegang saham yang tercatat pada tanggal 6 Juni dan akan dibayarkan pada tanggal 20 Juli. Untuk keperluan akutansi, peristiwa itu dicatat dalam jurnal, laba ditahan pada debit (karena akan mengurangi laba ditahan), dan utang dividen (utang lancar) pada kredit (karena akan menambah utang lancar). Jumlah yang dicatat sebesar dividen per lembar dikali jumlah lembar saham biasa yang beredar. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham (Holder-of-record date) Katakanlah bahwa perusahaan menetapkan jam 18.00 WIB tanggal 6 Juni sebagai batas akhir pencatatan (tutup buku). Pada tanggal itu, perusahaan menyusun daftar pemegang saham yang berhak menerima dividen. Semua pemilik saham yang tercatat sebelum batas akhir pencatatan pada prinsipnya akan menerima dividen. Tanggal Tanpa Dividen (Es-Dividend Date) Kendati tanggal pencatatan telah ditetapkan untuk menghindari konflik, perusahaan sekuritas biasanya menetapkan empat hari sebelum tanggal pencatatan sebagai tanggal tanpa dividen (batas pemegang saham lama tetap berhak menerima dividen). Sebagai contoh, Agus menjual saham kepada Badu pada tanggal 5 Juni. Karena transaksi ini terjadi satu hari sebelum tanggal pencatatan, Agus sebagai pemegang saham lama masih berhak menerima dividen. Akan tetapi, apabila pembaelian saham dilakukan pada tanggal 1 Juni, Badu sebagai pemegang saham baru adalah pihak yang berhak menerima dividen. Tanggal Pembayaran (Payment Date) Juli, perusahaan mengirimkan cek kepada para pemegang saham. FAKTOR yang MEMENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN Lima faktor yang perlu diperhatikan seorang manajer keuangan dalam memutuskan jumlah dividen yang akan dibayarkan: kendala dalam pembayaran dividen, Kesempatan investasi, Alternatif sumber dana, Dilusi kepemilikan, Pengaruh kebijakan dividen terhadap risiko. Kendala dalam Pembayaran Dividen Besar kecilnya pembayaran dividen dalam prakteknya dibatasi oleh hal-hal berikut: 1. syarat-syarat dalam kontrak utang yang ditetapkan pihak kreditor, misalnya, dividen hanya boleh dibayarkan apabila rasio keuangan tertentu melebihi batas minimum, 2. pembayaran dividen tidak boleh melebihi laba ditahan dalam neraca, 3. tersedianaya kas yang mencukupi, 4. peraturan perpajakan, misalnya, larangan menurunkan rasio pembayaran dividen untuk tujuan menghindari pajak bg sekelompok pemegang saham. Kesempatan Investasi Perusahaan yang mempunyai banyak kesempatan investasi tentu membutuhkan dana lebih besar sehingga lebih senang memilih rasio pembayaran dividen yang rendah. Demikian juga sebaliknya. Di lain pihak, perusahaan yang berkemampuan untuk mempercepat atau menunda proyeknya (yang mempunyai fleksibilitas tinggi) akan lebih konsisten dalam menjalani kebijakan dividennya. Jika fleksibilitas tinggi perusahaan selalu dapat mengatur ketersediaan kasnya sedemikian rupa sehingga lebih mampu konsisten mengikuti kebijakan dividennya. Alternatif Sumber Dana Bilamana biaya emisi saham baru relatif tinggi untuk mendanai investasinya, perusahaan akan memilih sumber dana internal (laba ditahan) daripada menerbitkan saham baru. Pilihan itu tentu saja akan diikuti oleh penurunan rasio pembayaran dividen. Lebih lanjut, jika perusahaan dapat menyesuaikan rasio utang terhadap aktivanya (debt ratio) tanpa menyebabkan kenaikan mencolok pada biaya modal, perusahaan umumnya akan memilih kebijakan dividen yang stabil meskipun terjadi fluktuasi pada laba (sebab, apabila keadaan memaksa saat terjadinya kekurangan dana, perusahaan bisa meminjam dana untuk membayar dividennya). Dilusi Kepemilikan Manajer yang lebih mementingkan pengendalian atas perusahaan, cenderung menolak menjual saham baru sehingga akan mendanai proyek investasi melalui laba ditahan serta menurunkan rasio pembayaran dividennya. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Risiko (k) Dalam memutuskan kebijakan dividen, manajer keuangan perlu pula memperhatikan pengaruhnya terhaap tingkat risiko bagi investor (k). Tingginya risiko investor dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: 1. Kesediaan investor memperoleh pendapatansekarang atau menunda di tahun depan, 2. Penerimaan risiko atas dividen atau keuntaungan modal (capital gain), 3. Penghematan pajak dari dividen atau keuntungan modal, 4. Kandungan informasi atau sinyal yang dipahami investor atas suatu kebijakan dividen. Pengaruh masing-masing faktor itu berbeda- beda untuk setiap perusahaan, tergantung pada harapan investor (pemegang saham) saat ini dan yang akan datang. DIVIDEN SAHAM dan PEMECAHAN SAHAM Dividen saham (stock dividend) adalah pembayaran dividen dalam bentuk saham, bukan kas.
Pemecahan saham (stock split) adalah
tindakan perusahaan untuk menambah jumlah lembar saham biasa yang beredar. Dividen saham dan pemecahan saham berdampak menurunkan harga saham, sedangkan pembelian kembali saham justru berdampak menaikkan harga saham.
Selain itu, dividen saham, pemecahan saham,
dan pembelian kembali saham tidak mengubah kekayaan pemegang saham sepanjang PER (harga saham per lembar/laba bersih per lembar) perusahaan teap. Dividen saham sebesar 10% berarti bahwa pemegang saham yang mempunyai 100 lembar saham biasa akan memperoleh saham tambahan menjadi 110 lembar. Pemecahan saham dari 1 menjadi 2 (a two-for one) bermakna bahwa pemegang saham yang memiliki 100 lembar saham biasa akan memperoleh saham tambahan menjadi 200 lembar. Jelas, baik dividen saham maupun pemecahan saham, sebenarnya mengakibatkan dampak yang sama bagi perusahaan, yakni bertambahnya jumlah lembar saham biasa. Dengan bertambahnya jumlah lembar saham biasa (pada dividen saham maupun pemecahan saham), harga saham akan cenderung turun. Kendati keduanya menyebabkan penurunan harga harga saham, terdapat sedikit perbedaan tujuan antara dividen saham dan pemecahan saham. Dividen saham dmaksudkan untuk menjaga agar harga saham relatif konstan. Hal ini dilakukan perusahaan karena dengan naiknya laba, yang diikuti oleh naiknya dividen (terutama pada kebijakan rasio pembayaran konstan), harga saham juga akan turut naik. Pemecahan saham ditujukan untuk menurunkan harga saham hingga mencapai “rentang harga optimal.” Meskipun belum memperoleh dukungan teori, banyak pihak percaya adanya rentang harga saham yang paling optimal, yakni rentang harga yang menyebabkan investor berminat membeli suatu saham. Dampak Dividen Saham dan Pemecahan Saham terhadap Pencatatan Ekuitas pada Neraca
Contoh, ekuitas di neraca perusahaan A sebelum adanya dividen
saham & pemecahan saham adalah sebagai berikut:
Ekuitas sebelum Dividen Saham dan
Pemecahan Saham
Saham biasa Rp 10.000.000.000,00
(10.000.000 lembar, Rp 1.000,00 per lembar) Tambahan modal disetor Rp 20.000.000.000,00 Laba ditahan Rp 570.000.000.000,00 Total ekuitas Rp 600.000.000.000,00 Nilai buku ekuitas perlembar (Rp 600.000.000.000,00/10.000.000 lembar) Rp 60.000,00 Anggaplah, perusahaan A membagikan dividen saham sebesr 25%. Jumlah lembar saham perusahaan A sekarang bertambah menjadi 12.500.000 lembar. Jika perusahaan A menjual sahamnya dengan Rp 3.000,00 per lembar, maka laba ditahannya akan berlurang 7,5 miliar (10.000.000 lembar x 25% x Rp 3.000,00).
Jumlah laba yang ditahan berkurang atau yang
ditransfer = (jumlah lembar saham beredar mula-mula) x (persentase dividen saham) x (harga saham dari pasar biasa). Pencatatan ekuitas sesudah dividen saham adalah:
Ekuitas sesudah Dividen Saham
Saham biasa Rp 12.500.000.000,00
(10.000.000 lembar, Rp 1.000,00 per lembar) Tambahan modal disetor Rp 25.000.000.000,00 Laba ditahan Rp 562.500.000.000,00 Total ekuitas Rp 600.000.000.000,00 Nilai buku ekuitas perlembar (Rp 600.000.000.000,00/12.500.000 lembar) Rp 48.000,00 Perhatikan, laba ditahan berkurang sebesar Rp 7,5 miliar, dari Rp 570 miliar menjadi Rp 562,5 miliar. Jumlah ini kemudian ditransfer ke saham biasa sebesar Rp 2,5 miliar (2.500.000 lembar x Rp 1.000,00) ke tambahan modal disetor sebesar Rp 5 miliar {2.500.000 lembar x (Rp 3.000,00 – Rp 1.000,00)}.
Rp 2,5 miliar yang ditransfer ke saham biasa adalah
pertambahan lembar saham, dari 10 juta menjadi 12,5 juta lembar. Rp 5 miliar yang ditransfer ke tambahan modal disetor adalah keuntungan saham dari Rp 1.000,00 menjadi Rp 3.000,00 per lembar. Sekarang andaikata perusahaan A melakukan pemecahan saham dari 1 menjadi 2 (2 for 1) lembar.
Jumlah lembar sahamnya bertambah menjadi 20 juta sementara nilai
nominal saham per lembarnya turun menjadi Rp 500,00. Nilai nominal saham biasa secara total sebelum dan setelah pemecahan tetap sama, Rp 10 miliar. Pencatatan ekuitas setelah pemecahan saham adalah:
Ekuitas sesudah Pemecahan Saham
Saham biasa Rp 10.000.000.000,00
(20.000.000 lembar, Rp 5.00,00 per lembar) Tambahan modal disetor Rp 20.000.000.000,00 Laba ditahan Rp 570.000.000.000,00 Total ekuitas Rp 600.000.000.000,00 Nilai buku ekuitas perlembar (Rp 600.000.000.000,00/20.000.000 lembar) Rp 30.000,00 Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa dividen saham menyebabkan perubahan pencatatan ekuitas pada neraca, sedangkan pemecahan saham samasekali tidak mengubahnya. Sekalipun pemecahan saham tidak menyebabkan perubahan pencatatan ekuitas pada neraca, nilai buku per lembar untuk ekuitasnya berbeda, yaitu Rp 60.000,00 sebelum pemecahan saham menjadi Rp 30.000,00 setelah pemecahan. Demikian pula dividen saham menyebabkan perubahan pada nilai buku per lembarnya dari Rp 60.000,00 sebelum dividen saham menjadi Rp 48.000,00 sesudah dividen saham. Dampak Dividen Saham dan Pemecahan Saham terhadap Harga Saham dan Kekayaan Pemegang Saham
Pada akhir tahun 2006 perusahaan A membukukan laba bersih
sebesar Rp 12,5 miliar. Jumlah lembar saham biasa yang beredar sebesar 10 juta lembar. Harga saham di pasar adalah Rp 3.000,00 per lembar. Informasi ini, memungkinkan kita untuk menghitung EPS (laba bersih per lembar/jumlah saham beredar), PER (harga saham per lembar/laba bersih per lembar), dan kekayaan pemegang saham (harga saham per lembar x jumlah saham beredar) sebelum dividen saham dan pemecahan saham: EPS = Rp 12,5 miliar/10 juta lembar = Rp 1.250,00 PER = Rp 3.000,00/Rp 1.250,00 = 2,4 x Kekayaan pemegang saham: Rp 3.000,00 x 10.000.000 lembar = Rp 30.000.000.000,00 Seperti contoh di bagian sebelumnya, perusahaan A membagikan dividen saham sebesar 25% sehingga jumlah lembar sahamnya bertambah menjadi 12.500.000 lembar. EPS perusahaan A menjadi RP 1.000 (Rp12,5 miliar/12.500.000). Apabila PER perusahaan A tetap (PER ditentukan oleh pasar sehingga merupakan faktor di luar kendali perusahaan), harga sahamnya setelah dividen saham, akan turun menjadi Rp 2.400,00 (2,4 x Rp 1.000, perkalian ini merupakan modifikasi dari rumus PER; PER = harga saham per lembar/laba bersih per lembar, diubah menjadi harga saham = laba bersih per lembar x PER). Kekayaan pemegang saham tetap sebesar Rp 30 miliar (Rp 2.400,00 x 12.500.000 lembar). Apabila perusahaan A melakukan pemecahan saham dari satu menjadi dua lembar, jumlah lembar sahamnya kini menjadi 20.000.000 lembar. EPS perusahaan A menjadi Rp 625,00 (Rp 12,5 miliar/20.000.000 lembar). Apabila PER perusahaan A tetap, harga sahamnya sesudah pemecahan saham, akan turun menjadi Rp 1.500,00 (Rp 625,00 x 2,4). Kekayaan pemegang saham perusahaan A tetap sebesar Rp 30 miliar (Rp 1.500,00 x 20 juta lembar). Perhatikan kembali perhitungan di atas.
Setelah dividen saham, EPS menjadi Rp 1.000,00
{(1/(1+25%) x Rp 1.250,00; harga saham semula}. Harga saham menjadi Rp 2.400,00 {(1/(1+25%) x Rp3.000,00; harga saham semula}. Sesudah pemecahan saham (1 menjadi 2), EPS menjadi Rp625,00 (1/2 x Rp.250,00; EPS semula). Harga saham menjadi Rp1.500,00 (1/2 x RP3.000,00; harga saham semula). Jadi, menghitung EPS dan harga saham sesudah dividen saham dan pemecahan saham sebenarnya dapat dilakukan secara cepat, selama PER tetap. Kesimpulan dari ilustrasi:
Dividen saham dan pemecahan saham,
keduanya akan menurunkan harga saham. Selain itu, dividen saham dan pemecahan saham tidak mengubah kekayaan pemegang saham sepanjang PER perusahaan tetap (selama para investor menilai risiko perusahaan tidak berubah). Pembelian Kembali Saham Pembelian kembali saham (stock repurchase) adalah tindakan perusahaan untuk membeli kembali sahamnya yang beredar. Ada 3 alasan utama mengapa perusahaan melakukan pembelian kembali sahamnya: 1. Meningkatkan kembali porsi kepemilikan saham di tangan pemilik, 2. Menaikkan harga saham yang dinilai terlalu rendah, dan 3. Memanfaatkan kas yang tidak terpakai untuk investasi. Kembali ke contoh perusahaan A.
Andaikan perusahaan memutuskan membeli kembali
sahamnya sebanyak 2.000.000 lembar dari 10.000.000 lembar saham yang saat ini beredar di masyarakat. Dengan demikian, jumlah saham perusahaan A yang beredar setelah pembelian kembali adalah 8.000.000 lembar. EPS perusahaan A sekarang menjadi Rp 1.562,50 (Rp 12, miliar/8.000.000 lembar). Apabila PER perusahaan A tetap, harga sahamnya setelah pembelian kembali akan naik menjadi Rp 3.750,00 (Rp1.562,50 x 2,4). Kekayaan pemegang saham tetap sebesar Rp 30 miliar (Rp 3.750,00 x 8.000.000 lembar) Kesimpulan:
Pembelian kembali saham justru berdampak
menaikkan harga saham, bertolak belakang degan dividen saham dan pemecahan saham yang berdampak menurunkan harga saham. Selain itu, pembelian kembali saham tidak mengubah kekayaan pemegang saham, selama PER perusahaan tetap.
Manajemen Risiko Dan Uang Untuk Trading Harian Dan Swing Trading: Panduan Lengkap Cara Memaksimalkan Keuntungan Anda Dan Meminimalkan Risiko Anda Dalam Perdagangan Forex, Futures, Dan Saham
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya