Oleh:
Bety Setyorini
Dinas Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
Kota Depok
DASAR HUKUM
- UU 23 Tahun 2004 : PKDRT
- UU 21 Tahun 2007 : TPPO
- UU 39 Tahun 1999 : HAM
- UU 35 Tahun 2014 : Perub UU 23 tahun 2002 “Perlindungan Anak”
- UU 16 Tahun 2019 : Perub UU 1 tahun 1974 “Perkawinan”
- UU NO.1/2000 : Ratifikasi Konvensi ILO 182 ttg Pelanggaran dan Tindakan
Segera Penghapusan Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk
Anak
KDRT TPPO
UU 23’2004 UU 21’2007
PSIKIS
SEKSUAL •
•
Perekrutan •
•
Ancaman kekerasan
Penggunaan kekerasan
EKSPLOITASI
ATAU
Pengangkutan
• • Penculikan MENGAKIBATKAN
Penampungan
PENELANTARAN • Pengiriman
• Penyekapan ORANG
• Pemalsuan TEREKSPLOITASI
• Pemindahan • Penipuan
• Penerimaan • Penyalahgunaan kekuasaan atau
KDRT bisa tjd pd posisi rentan
KDRT Bukan Sekedar
istri,anak, suami, prt, • Penjeratan hutang atau memberi
Perselisihan Suami bayaran / manfaat
dan semua yg ada
Istri
dalam rumah tangga
KEKERASAN FISIK: Menimbulkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka
berat: menampar, menempeleng, memukul, membenturkan benda
lain,dll yg mengancam keselamatan jiwa.
KEKERASAN PSIKIS: Mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya,
dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang: kekerasan Verbal
berupa kata-kata menyakitkan, bentakan, penghinaan, ancaman,
mempermalukan pasangan, memanggil dgn sebutan tdk pantas, dsb
JENIS KDRT
KEKERASAN SEKSUAL: Perkosaan, pemaksaan hub sexual terhadap
orang di lingkup rumah tangga, dan juga pemaksaan hubungan sexual
dengan orang lain unt tujuan komersil/ttn.
200 200
179
150 149
Anak
121 Perempuan
117 Dewasa
100 Total
101
96 88 79
78
50 61
21
0
2017 2018 2019 2020
140
125 135
120
40
20
0
2016 2017 2018 2019 2020
- Pembina : - Lurah
- Pembina : Walikota dan Wakil - Pembina : - Camat - Ka. UPT Puskesmas
- Ketua : Sekda - Ka.Polsek - Kepala KUA
- Wakil : Asisten Pemkesos - Koramil - Babinkamtibmas
- Ketua Harian : Kepala DPAPMK - Kepala KUA - Babinsa
- Wakil Ket Harian : Ketua TPPKK - Ketua MUI - LPM
- Sekretarsi 1 : Kabid PPPUG - Ketua TP PKK Kec - Ketua : Unsusr Masyarakat
- Sekretaris 2 : Kabid TKPKLA - Ketua : Sekcam - Wakil : Unsusr Masyarakat
1. Bidang Pencegahan: PD, Kemenag, - Sekretaris 1 : Sekretaris TP PKK Kec - Sekretaris : Unsusr Masyarakat
KADIN, GOW, Pokja 1 TPPKK - Sekretaris 2 : Ka.Sie Kemas Kec Anggota:
2. Bidang Penanganan, Rehab, Reintegrasi Anggota: 1. Koordinator Pencegahan
Sosial : PD, UPT PPA Polres, 1. Bidang Pencegahan 2. Koordinator Penanganan dan
UPTD PPA, LK3, Puspaga, MUI, FKUB, 2. Bidang Penanganan dan Pelaporan Pelaporan
IDI, IBI, Lembaga Psikolog UI 3. Bidang Pengawasan dan Penegakan 3. Koordinator pengawasan
3. Bidang Pengawasan: Ka.Polres, Dandim 0508, Hukum
Dibentuk Poktan PKDRT dan TPPO
Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, PD. 4. Bidang Rehabilitasi dan Peberdayaan
di Tingkat RW
4. Bidang Kerjasama dan Koordinasi:
Ketua : Ketua RW
Bappeda, BKD, Ka. Ka. Imigrasi, Ka. BPS
Sekretaris : Unsur RT
5. Bidang Koordinator Wilayah: Camat
Anggota : Melibatkan Unsur RT
Koordinator Pencegahan, Penaganan
dan Pelaporan dan Koordinator
Pengawasan
TUGAS SATGAS PKDRT DAN TPPO
1. Menangani Kasus KDRT Kategori Hijau.
2. Merujuk ke UPTD PPA kasus yang sudah memerlukan penanganan hukum,
trauma healing, dan pelayanan kesehatan.
3. Mendampingi Penyintas yang perlu penanganan ke trauma healing/psikolog.
4. Melakukan pembinaan ke poktan dan masyarakat.
5. Melaporkan kegiatan penanganan kasus dan kegiatan pencegahan ke Gugus
Tugas kecamatan dan Kota.
6. Bersama Poktan melakukan sosialisasi dengan berbagai bentuk dan
kesempatan.
7. Menjaga kerahasiaan dan memberikan rasa aman kepada pelapor dan
penyintas
TUGAS POKTAN PKDRT DAN TPPO
1. Sosialisasi PKDRT dilingkungan Masyarakat.
2. Mendata Rumah Tangga Rentan yaitu rentan Harmonis dan
Ekonomi. (memonitor dan memetakan kondisi rumah tangga di
wilayahnya)
3. Merujuk Kasus kategori Hijau ke Satgas KDRT.
4. Membina penyintas yang sudah mendapatkan pemberdayaan.
5. Memonitor penyintas dan pelaku setelah pembinaan
6. Memantau dan melaporkan kerentanan sosial dalam lingkungan.
PEMETAAN KELUARGA DAN
LINGKUNGAN RAWAN
FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN
KDRT (SPHPN, 2016)
2 Faktor Pasangan
3 Faktor Ekonomi
Beritahu
Catat perilaku Hindari melawan
kondisi pada Dokumentasikan
kekerasan yang kekerasan
orang terdekat luka-luka dengan
diterima beserta dengan
yang dapat kamera
waktu terjadinya kekerasan
dipercaya.
ALUR PEMECAHAN MASALAH
RT/RW/POKTAN, SATGAS, Bersama
Penyintas: BHABINKAMTIBMAS/ BABINSA
- Lapor Call Centre
- Datang sendiri MEDIASI
- Diantar
- Dijemput
Penanganan
Kasus
Kasus tidak
Penerimaan Selesai
pengaduan/identifikasi
masalah, memberikan
pertolongan pertama, dan
RUJUKAN:
Pendampingan
pengamanan korban jika Kasus
diperlukan. Selesai
Lembaga Layanan Penanganan Korban:
UPTD PPA, Polres, Puskesmas, RS dll)
TINDAK LANJUT:, memberikan
pertolongan
pertama/pengamanan korban
jika diperlukan.
Percatatan dan
Pelaporan
UU 23 TAHUN 2004
Yang harus dilakukan PEKSOS
SATGAS/POKTAN
(PASAL 15 UU 23’2004)
Yang harus dilakukan PEKSOS
SATGAS/POKTAN
Dalam memberikan pelayanan, pekerja sosial harus :
a. Melakukan konseling untuk menguatkan dan memberikan rasa aman
bagi korban;
b. Memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan
perlindungan dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari
pengadilan;
c. Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif;
dan
d. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada
korban dengan pihak kepolisian, dinas sosial, lembaga sosial yang
dibutuhkan korban.
PASAL 22 UU 23’2004
HAK KORBAN
Korban berhak mendapatkan :
d. pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses
pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. pelayanan bimbingan rohani.
PASAL 10 UU 23’2004
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
PASAL 44
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh
sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling
banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00
(empat puluh lima juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau
sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Pasal
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
Pasal 45
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup
rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp 9.000.000,00 (sembilan juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian
atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) bulan atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
Pasal 46
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama
12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah).
Pasal 47
Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya
melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit
Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak
Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
Pasal 48
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47
mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan
sekurangkurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu)
tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan,
atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama
20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
Pasal 49
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah),
setiap orang yang :
a. Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1);
b. Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (2).
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
Pasal 50
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini hakim dapat
menjatuhkan pidana tambahan berupa :
a. Pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan
pelaku dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun
pembatasan hakhak tertentu dari pelaku;
Pasal 51
Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
ayat (4) merupakan delik aduan.
Pasal 52
Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (2) merupakan delik aduan.
Pasal 53
Tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan
delik aduan.
UU 21’ 2007
PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA PERDAGANGAN
ORANG (TPPO)
DASAR HUKUM TERKAIT
• UUD 1945 (PSL.26, 28 & 29 (2) )
• UU no. 13 th 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN
• UU NO.3/1997 TTG PENGADILAN ANAK
• UU NO.138/1973 TTG USIA MINIMUM UTK DIPERBOLEHKAN BEKERJA
• UU NO.39/1999 TTG HAM
• KONVENSI ILO 182 TTG PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK
PEKERJAAN TERBURUK UTK ANAK
• UU NO.35/2014 TTG PERUBAHAN ATAS UU NO.23/2002 TTG PERLINDUNGAN ANAK
• UU NO. 23/2004 TTG KDRT
• UU NO.39/2004 TTG PENEMPATAN & PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI
• KEPPRES NO.36/1990 TTG PENGESAHAN CONVENTION THE RIGHT of CHILD (KONVENSI HAK-
HAK ANAK)
• KEPPRES NO.88/2002 TTG RAN PENGHAPUSAN PERDAG ( TRAFFICKING) PEREMPUAN DAN
ANAK
TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
• Ancaman kekerasan
• Perekrutan • Penggunaan kekerasan EKSPLOITASI
• Pengangkutan • Penculikan ATAU
• Penampungan • Penyekapan MENGAKIBATKAN
• Pemalsuan ORANG
• Pengiriman • TEREKSPLOITASI
Penipuan
• Pemindahan • Penyalahgunaan kekuasaan atau
• Penerimaan posisi rentan
• Penjeratan hutang atau memberi
bayaran / manfaat
2. Dalam hal Saksi dan/atau korban beserta keluarganya mendapatkan ancaman yang membahayakan
diri, jiwa, dan/atau hartanya, maka Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib memberikan
perlindungan baik sebelum, selama, maupun sesudah proses pemeriksaan perkara (pasal 47);
3. Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak memperoleh restitusi
(pasal 48:1);
4. Korban berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi
sosial dari pemerintah apabila yang bersangkutan mengalami penderitaan baik fisik maupun psikis
akibat tindak pidana perdagangan orang (pasal 5:1);
5. Dalam hal korban berada di luar negeri memerlukan perlindungan hukum akibat tindak pidana
perdagangan orang, maka Pemerintah Republik Indonesia melalui perwakilannya di luar negeri wajib
melindungi pribadi dan kepentingan korban, dan mengusahakan untuk memulangkan korban ke
Indonesia atas biaya Negara (pasal 54:1);
PELAKU
EKSPLOITASI
ATAU MENGAKIBAT
KAN ORANG
TEREKSPLOITASI
UPAYA
PEMERINTAH KOTA DEPOK
FASILITASI DALAM PENANGANAN KDRT/TPPO
Bantuan Pemberdayaan
Pbentukan
Upaya Penanganan: transport bagi
Satgas Upaya Pencegahan: Bantuan Transport
Pbentukan GT Konseling, trauma Fasilitasi Koordinatif, Satgas/Poktan klien/penyintas
Keluarahan Penyuluhan, Peningkatan untuk
Kota dan healing, bantuan untuk KDRT (kursus
dan POKTAN, Pemetaan keluarga Kapasitas klien/penyintas
Kecamatan Hukum, Visum, Satgas/Poktan/GT penjangkauan keterampilan dan
PKDRT di Rawan. kurang mampu
Layanan kesehatan. dan bantuan alat
tingkat RW
pendampingan usaha ekonomi)