Kekerasan Fisik
Kekerasan Psikis
Kekerasan Seksual
Penelantaran Rumah tangga
Kekerasan Fisik (Pasal 6)
- Tiap 15 detik sekali wanita dipukuli (biro statistik keadilan dan kejahatan,
Washington DC, 1983)
Laporan Jumlah Korban Kekerasan Anak dan Perempuan
di UPTD PPA Kota Depok Tahun 2017-2021
250
204
200
200
179 ANAK
149 PEREM
150 PUAN
117 121
101 107
100 88
96 99
78 79
50 61
21
0
2017 2018 2019 2020 2021
2 Faktor Pasangan
3 Faktor Ekonomi
PASAL 44
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh
sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda
paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya korban,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp
45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau
sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Pasal
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
Pasal 45
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00
(tiga juta rupiah).
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
Pasal 46
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama
12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah).
Pasal 47
Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya
melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp
12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
Pasal 48
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 mengakibatkan korban
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan
daya pikir atau kejiwaan sekurangkurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1
(satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan
tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Pasal 49
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang :
a. Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1);
b. Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).
KONSEKWENSI/HUKUMAN PELAKU TINDAK KEKERASAN
Pasal 50
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini hakim dapat
menjatuhkan pidana tambahan berupa :
a. Pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan
pelaku dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun
pembatasan hakhak tertentu dari pelaku;
Pasal 51
Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44 ayat (4) merupakan delik aduan.
Pasal 52
Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (2) merupakan delik aduan.
Pasal 53
Tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau
sebaliknya merupakan delik aduan.
JIKA
MELIHAT
MENDENGAR
MENGALAMI
KEKERASAN
LA
PO
R
A
D G
N AN
T U
UP ND PU K
L I M A
R RE N
E E A
P P N
N DA
PROFIL
U PT D PPA
(Unit Pelaksana Teknis Daerah
PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN
ANAK)
UPTD PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN
ANAK ADALAH
KEPALA DPAPMK
SEKRETARIS
KEPALA BIDANG
KEPALA
KEPALA SEKSI
KEPALA UPTD PPA SUBBAG
KA SUBBAG TU
UPTD PPA
JABATAN
FUNGSIONAL
SARANA
RUANG KONSELING II
KETENAGAAN
NO JENIS TENAGA JUMLAH
1 Ka. UPTD PPA 1
2 Ka. SUBBAG TU 1
3 BENDAHARA 1
4 MEDIATOR 1
5 PSIKOLOG ANAK 5
6 PSIKOLOG DEWASA 2
7 TIM HUKUM 5
8 RELAWAN PPA 26
9 ADMINISTRASI 1
10 KEAMANAN 1
11 SUPIR 2
12 KEBERSIHAN 1
SUSUNAN ORGANISASI UPTD PPA DPAPMK
HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TAHUN
2020
IKM UNIT PELAYANAN :86,77 (PREDIKAT SANGAT BAIK)
ALUR PENANGANAN KASUS
ALUR PENJANGKAUAN KASUS
HOTLINE TRC PPA
KEPALA UPTD
SURAT PENUGASAN/
PERINTAH LANGSUNG
KADER RAMAH
KELUARGA
REGISTER DAN
KELENGKAPAN DATA
ASSESMENT
KEPALA UPTD
MEKANISME PELAPORAN
VERIFIKASI
RT/RW/
SATGAS/POKTAN PKDRT
CLOSE
VALID
TIDAK VALID
UPTD PPA
KOTA DEPOK
Dinas / Instansi
Organisasi Profesi Sektoral/ OPD
(Puspaga, LK3, terkait, UPPA
Peksos, Forum Polres,
Panti, IDI, IBI, Pengadilan, dll
IAI dsb)
Penanganan yang terintegrasi
SATGAS/Poktan
PKDRT
UPTD
PPA
LPA
Forum
Panti
DPAPM POLRES
DINKES K T
Kemenag
RSUD
FKH DINSOS RKI
CASE HANDLING (PENANGAAN KASUS)
Penerimaan.
Non Diskriminasi
Kepentingan terbaik bagi korban
Menghormati Pandangan Korban
Mengutamakan Hak Korban untuk Kelangsungan
Hidupnya
Kerahasiaan Informasi Korban
SIKAP PENDAMPING
NAMA :
KASUS YANG TERJADI :
* Identifikasi masalah
* Identifikasi kekuatan/sumber
* Identifikasi lembaga yang bisa dimintai bantuan
* Identifikasi pelayanan yang ada
* Identifikasi kebijakan yang ada
TEKNIK ASESMEN
Non Partisipatif :
Wawancara
Observasi
Survey
Time line
Mobility map
Body map
Eco Map
Genogram
ELEMEN ASESMEN
Pengumpulan informasi
Analisis dan
Pengambilan keputusan
PERENCANAAN
NAMA :
KASUS YANG TERJADI :
1. Apa yang terjadi dengan korban
2. Kapan korban mengalami kekerasan
3. Dimana korban mengalami kekerasan
4. Siapa yang melakukan kekerasan terhadap korban
5. Kenapa atau sebab korban mengalami kekerasan
6. Bagaimana korban mendapat kekerasan
INFORM CONSENT
FORM PENJANGKAUAN
KASUS
Identifikasi kerentanan keluarga
FORM RUJUKAN EKSTERNAL
FORM RUJUKAN INTERNAL
FORM TERMINASI
STUDI KASUS
KASUS 1
Nuri adalah seorang anak yang masih berusia 11 Tahun, Nuri adalah anak yang di
lahirkan sebelum ayah dan ibunya menikah. Setelah Nuri berusia 4 tahun, barulah
ayah dan ibu nya menikah. Namun ayah dan ibu nya menikah hanya melalui ustadz
di wilayah tempat tinggalnya.
Nuri mempunya 2 adik yang masih berusia 7 tahun dan 4 tahun. Ayahnya sering
mabuk-mabuk-an dan ibunya mempunyai perangai yang tidak baik. Perlakuan
ayah dan ibu nya terhadap Nuri sangat berbeda dengan adik-adik nya. Nuri sering
di marahi oleh ayah dan ibu nya, bahkan ayah dan ibu nya sering membullying
dengan kata2 yang tidak baik. Seperti anak haram dll. Tak jarang Nuri juga
mendapatkan kekerasan fisik.
Ketika Nuri bersama ayah, ibu dan adik-adiknya sedang menginap di rumah nenek
Nuri, di waktu menjelang subuh, ibunya Nuri memergoki ayah Nuri sedang
melakukan pelecehan seksual terhadap Nuri. Saat itu masih terlelap tidur, Nuri
tidak sadar. Ibu nya kaget dan langsung marah serta bertanya kepada suaminya.
Namun suaminya tidak mengakui dengan memberikan banyak alasan.
Kemudian Nuri bersama nenek nya pergi ke puskesmas di dekat rumahnya.
Menurut keterangan Dokter yang memeriksa Nuri, Alat Vital Nuri sudah
rusak. Neneknya kaget dan kemudian neneknya bertanya kepada Nuri perihal
yang baru saja terjadi. Menurut pengakuan Nuri, Nuri sudah 1 tahun sering
mendapatkan kekerasan seksual dari ayahnya. Namun Nuri juga tidak berani
untuk mengadu kepada ibunya karena di ancam dengan pisau dan golok oleh
ayahnya. Nuri juga di ancam, jika memberitahu ibunya atau keluarganya,
adik2-adiknya akan di bunuh. Karena Nuri sayang dengan adik-adiknya dan
takut adik-adiknya benar di bunuh akhirnya Nuri tidak berani untuk mengadu
kepada siapapun.
Setelah Ibu dan keluarga besarnya mengetahui perlakuan ayahnya, Nuri selalu
di salahkan oleh ibunya. Ibu nya Nuri juga kerap mengeluarkan kata2 tidak
baik kepada Nuri. Membuat akhirnya Nuri semakin benci kepada ibunya.
.
STUDI KASUS 2
Rudi dan Risma hidup rukun dan mereka memliki 2 orang
anak. Rumah Tangga mereka sudah berjalan 10 tahun. Namun
di tahun ke 10 ternyata Rudi mempunyai WIL tanpa diketahui
oleh Risma. WIL ini bernama Yanti
Yanti sering meminta uang kepada Rudi. Karena Rudi
mencintai Yanti maka apapun yang di minta Yanti akan
diberikan. Rudi tidak memikirkan lagi kebutuhan istri dan
anaknya. Hingga akhirnya istri dan anaknya merasa
kekurangan.
Uang belanja istrinya mulai dikurangi oleh Rudi, semua
kebutuhan rumah tangga jadi dibatasi. Dan akhirnya mereka
sering ribut.
Setiap istrinya minta uang untuk kebutuhan sehari-hari selalu dimarahi,
dan Rudi dirumah kerjaannya pun jadi sering telponan dan japrian dengan
Yanti tanpa mempedulikan istri dan anaknya.
Rudi sering pulang malam. Setiap ditanya kenapa pulang malam Rudi
selalu memarahi Risma karena Rudi tidak suka Risma bertanya-tanya.
Walau Rudi tidak pernah memukul Risma namun secara psikis Risma
sudah terganggu dengan sikap dan tingkah laku Rudi dirumah. Dan Risma
pun sering di marahi oelh Rudi.
Risma tidak tahan dengan perlakuan Rudi namun Risma tidak bisa berbuat
apa-apa. Akhirnya Risma curhat ke Ibu RT dimana dia tinggal. Ibu RT ini
salah satu yang menjadi kader POKTAN PKDRT
KASUS 3
Ratna saat ini berusia 18 tahun, Ratna hidup bersama kedua
orangtuanya. Ayah nya bekerja di pabrik dekat rumah nya sedang
ibunya nya bekerja sebagai ART.
Berawal dari ayahnya sudah tidak bekerja lagi karena adanya
pengurangan pegawai dikantornya. Kemudian Ratna harus tinggal
bersama bibi dan pamannya. Sedang ayah dan ibunya mengontrak
mendekati tempat kerja ibu nya.
Bibi dan paman Ratna mempunyai anak yang seusia Ratna. Dia bekerja
sebagai perawat. Sepupu Ratna ini sering memperhatikan postur tubuh
Ratna, seperti ada kejanggalan tidak pada umumnya. Akhirnya sepupu
Ratna ini menanyakan kepada Ratna apakah Ratna hamil. Awalnya
Ratna mengelak namun setelah di desak ternyata memang Ratna sedang
hamil. Sepupu berserta paman dan bibi nya menannyakan Kembali
kepada Ratna siapa yang menghamili. Ratna tidak mau mengaku.
Dengan desakan dan penekanan akhirnya Ratna mengakui bahwa ayah
kandungnya yang menghamilinya.
Kemudian Ratna bercerita, bahwa ia sudah di setubuhi oleh
ayahnya dari dia berusia 12 tahun. Awalnya ayahnya memang
mengancam Ratna membuat Ratna menjadi takut untuk
menceritakan kepada ibunya dan orang lain. Namun lama
kelamaan, karena perlakuan ayahnya yang selalumemberikan
pethatian penuh dan selalu memanjakan Ratna dengan kasih sayang
yang salah, maka membuat Ratna akhirnya jadi suka dengan
ayahnya. Hubungan mereka seperti jadi sepasang suami istri.
Sampai akhirnya Ratna hamil dan terbongkar oleh sepupunya.
STUDI KASUS 4 :
Adit berusia 8 thn. Adit adalah salah satu anak yang berkebutuhan khusus. Adit
bayi tumbuh dengan baik namun sejak Usia 4 thn perkembangan Adit bisa
dikatakan terhambat. Tumbuh kembang Adit tidak sebagaimana layaknya
seorang anak-anak seusia nya. Adit mengalami keterlambatan pertumbuhan
(ADHD).
Suatu hari Adit yang saat ini sudah berusia 8 tahun mendapat kekerasan fisik
dari ibunya.
Ketika Adit asik menonton televisi, Ibunya datang datang meminta Adit untuk
mematikan televisi karena adzan maghrib sudah berkumandang.
Ibu Adit : Adit, sudah adzan matikan televisi nya ya.
Adit : sebentar lagi Mah
Ibu Adit : Matikan Adit
Adit : iihh Mamah sebentar lagi Mah, lagi seru film nya.
Ibu Adit : Adiiiiiiiiit ngga dengar ya apa kata Mamah ?
Adiit pun tidak menggubris teriakan Mamahnya. Sampai akhirnya Mamahnya
kesal dan langsung memukul Adit. Adit mendapatkan kekerasan fisik dari
Mamahnya. Namun Adit bukan menuruti Mamahnya tapi malah ikutan marah
dan kesel.
Kemudian ayahnya pulang dan melihat Adit marah-marah sambil
membanting-banting pintu, Ayahnya pun kesel dan ikut memarahi Adit.
Akhirnya ayahnya pun juga melakukan kekerasan fisik terhadap Adit.
Adit menangis histeris.
Kakaknya Adit merasa kasihan terhadap Adit kemudian berlari keluar untuk
meminta bantuan kepada tetangganya.
Kemudian tetangganya mengadukan kejadian tersebut ke Satgas/Poktan
PKDRT
KASUS KE 5 :
Yati (32) Ibu dengan dua orang anak dan dalam keadaan mengandung anak
ketiganya harus mengalami cedera tulang yang parah. Ia mengaku telah sebelas
tahun lamanya mengalami penyiksaan fisik dari suaminya Anto (34). Cedera fisik
yang dialami Yati sangat parah dengan patah tulang belakang hingga badannya
tidak tegap lagi, bahkan ia berkeyakinan anak yang dikandungnya meninggal
lantaran sering dilempar kayu. Kekerasan tersebut disinyalir karena Anto sering
pulang dalam keadaan mabuk dan senang berjudi kartu remi. Yati menyatakan
mencoba bertahan selama 8 tahun karena ingin mempertahankan rumah tangga,
khawatir akan memperburuk perkembangan anak dan bila bercerai akan
kehilangan nafkah.