Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tindak kekerasan dalam rumah tangga atau yang sudah di kenal oleh masyarakat dengan
sebutan KDRT bukanlah sesuatu yang aneh dan asing yang kerap kali terdengar belakangan ini.
Ada banyak sekali pemberitaan mengenai tindak kekerasan dalam rumah tangga yang menarik
untuk di bahas di Indonesia

Di Indonesia, Komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan atau komnas Permpuan
mencatat sebanyak 338.496 kasus kekerasan berbasis Gender terhadap perempuan Terjadi di
tahun 2021, fakta ini berdasarkan data komnas perempuan, lembaga layanan dan badan
peradilan agama (Badilag). Itu artinya kausus kekerasan terhadap perempuan menjadi
Meningkat yang signifikan yakni 50% kasus kekerasan berbasis Gender terhadap perempuan,
yaitu 338.496 kasus pada 2021 dan 226.062 kasus pada 2020 (Tutur : Wakil ketua komnas
perempuan, Olivia C Salampessy)

Tindak KDRT terhadap istri di anggap sebagai bentuk kejahatan yang sadis, karena itu di lakukan
berulang kali tidak hanya sekali, penderitaan yang di alami oleh korban KDRT ini pun akan terus
berlanjut dan terjadi secara terus menerus, sehingga menyebabkan tidak hanya kepada fisik
tapi juga terhadap pisikis korban tersebut. Lalu jika tindak kekerasan itu di ketahui atau di
sakalian oleh anggota keluarga lain misalnya anak anak korban, tidak menutupi kemungkinan
ini akan berakibat pada perkembangan mentalnya, sehingga bisa saja menimbulkan tarauma
yang mendalam bagi anak anak perempuan untuk mengenai laki laki ketika kelak dewasa.
Mengingat besarnya dampak kekerasan ini menuntut keseriusan negara untuk memberikan
perlindungan agar KDRT tersebut bisa di Hindarkan atau setidaknya meminimalisir tindakan ini.
[Kekerasan dalam rumah tangga dan hak asasi manusia, Sapotis ismiati, Cv budi utama,
Yogyakarta 2020]
Negara menilai bahwa segala bentuk kekerasan, terutama dalam lingkup rumah tangga adalah
bentuk kejahatan dan pelanggan HAM juga masuk kedalam bentuk diskriminasi dan
merencanakan martabat kemanusiaan.

Oleh karena itu, pada pasal 28 undang undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945
beserta perubahanya menyatakan : pasal 28G ayat (1) undang undang dasar negara republik
Indonesia menyatakan bahwa "setaip orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat dan Harta benda yang di bawah kekuasaan nya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan dari berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya pada pasal 28H ayat (2) undang undang dasar
negara republik Indonesia tahun 1945 menyatakan: "setiap orang berhak mendapatkan
memudahkan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan ke adilan"

Dari undang undang ini menunjukan bahwasanya tindak kekerasan baik secara fisik, fisikis,
seksual dan penelantaran rumah tangga pada kanyataan ya terjadi dan membutuhkan
perangkat hukum yang memadai untuk menghapus tindak KDRT ini. [Footnote Nya sama
penulis Badriah Khaleed]

Menurut hukum yakni Menurut pasal 1 angka 1 undang undang nomor 23 tahun 2004, KDRT
adalah setiap perbuatan terhadap seseorang KDRT ialah setiap perlakuan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang mengakibatkan munculnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik/fisikis, seksual, atau penelantaran Rumah tangga yang mengancam, perampasan,
pemaksaan atau perbuatan melawan hukum dalam kehidupan rumah tangga. [Penyelesaian
hukum KDRT penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dan upaya pemilihanya, Badriah
Khaleed, Penerbit Medpress digital, Yogyakarta, 2015]

Sedangkan Menurut badan kesehatan bumi (World Health Organization) mwndefisnikan bahwa
kekerasan bagaikan Aksi terrencana dengan daya raga ataupun kekerasan, babaya taupun
faktual, melawan diri sendiri ataupun orang lain, yang kemungkinan besar menyebabkan luka,
kehilangan ilmu jiwa, bahkan kematian. [Konsep KDRT dalam konstitusi Islam, Waldi saputra,
Penerbit Guepedia, 2021]
Dari penuturan di atas karena terus meningkatnya kasus KDRT di Indonesia dan besarnya
dampak dari perlakuan ini, di dalam pasal 5 undang undang nomor 23 tahun 2004 tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, tentang larangan melakukan kekerasan dalam
rumah tangga yaitu dengan cara :

1. Kekerasan Fisik

2. Kekerasan pisikis

3. Kekerasan seksual

4. Penelantaran rumah tangga

Didalam undang undang PKDRT kekerasan Fisik adalah perlakuan yang berakibat rasa sakit,
jatuh sakit, bahkan luka berat. Kekerasan Fisik artinya perlakuan yang di rasakan langsung oleh
fisik, seperti Memukul bahkan membunuh.

Kekerasan pisikis adalah yang mengarah pada serangan pisikolog atau mental seseorang,
tindakan ini berupa kekerasan yang mengakibatkan stres, merasa tertekan, dan munculnya
Penyakit di dalam hati.

Di dalam pasal 8 undang undang PKDRT kekerasan seksual meliputi pemaksaan hubungan
seksual yang di lakukan terhadap orang yang menetap di dalam lingkungan keluarga itu.
Kekerasan seksual adalah kekerasan yang mengarah kepada seksualitas seseorang, misalnya
Seperti pemerikosaan, pemukulan, dan bentuk bentuk kekerasan yang yang berhubungan
dengan intim.

Dan yang yang terakhir adalah penelantaran rumah tangga, di atur dalam pasal 9 undang
undang No 23 tahu 2004 tentang PKDRT, dimana posisi suami adalah kepala keluarga yang
berkewajiban untuk mengurus dan menafkahi keluarganya. Biasanya kekerasan ini berdimensi
ekonomi yang di alami perempuan, meskipun seorang suami adalah kepala keluarga akan tetapi
banyak dari pihak suami yang Menelantarkan anak anak dan istri mereka. Terkadang suami
melarang istri untuk bekerja akan tetapi tidak memberikan uang atau pendapatn yang cukup
untuk menafkahi keluarganya. [Gagasan pengadilan khusus KDRT, Muhammad Ishar Helmi, Cv
Budi Utama, Yogyakarta 2017]

Pada observasi awal di desa surianen kecamatan patia kabupaten pandeglang, yang mana
tindak kekerasan dalam rumah tangga yang di lakukan oleh seorang suami terhadap istri.
Bahkan seorang suami yang sangat dekat dengan istri justru merupakan Pelaku tindak
Kekerasan yang paling dominan. Berdasarkan pengamatan sementara kasus kasus tindak
kekerasan ini di sebabkan oleh Faktor ekonomi, adanya orang ketiga, faktor inti keluarga, dan
faktor istri tidak manut terhadap suami. Akan tetapi di desa surianeun kecamatan patia kasus
kasus seperti ini bukanlah hal yang aneh, dan masyarakat sekitar atau tetangga Korban Seperti
acuh dan tidak mau terlalu Ikut campur, karena masyarakat masih meyakini kasus KDRT ini
adalah Persoalan Inti keluarga dan tidak berhak Mencampuri urusan tersebut.

Namun yang menarik dari kasus KDRT di Desa surianeun kecamatan patia ini adalah dimana di
antara banyaknya Kasus, akan tetapi ada Seorang istri atau Korban tindak kekerasan justru
masih Sanggup mempertahankan pernikahannya sampai sekarang, meskipun tindak Kekerasan
itu Sudah lama di alaminya dan sering sekali terjadi.

Dimana alasan seorang suami melakukan tindak kekerasan terhadap istri adalah bertujuan
untuk memberi pelajaran atau memberi peringatan kepada istri agar istri bisa memenuhi
semua keinginan suami akan tetapi suami tidak memperhatikan bahwa istri adalah seseorang
yang perlu di lindungi, bahkan suami sering lupa bahwa istri adalah manusia, yang tidak patut di
perlakukan seperti itu.

Berdasarkan pernyataan kenyataan di atas dan berkaitan dengan tindak kekerasan suami
terhadap istri di desa surianeun kecamatan patia maka peneliti menemukan masalah yang
serius dan sangat menarik untuk di gali lebih dalam dan di teliti mengenai "Analisis Tindak
Kekerasan Suami Terhadap Istri Di Dalam Sebuah Keluarga (Studi di desa surianeun
kecamatan patia kabupaten Pandeglang Banten).

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang dia atas, penulis merumuskan masalah yang akan menjadi acuan
dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga yang di lakukan oleh suami
terhadap istri di desa surianeun kabupaten Pandeglang?

2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi suami melakukan tindak kekerasan dalam rumah
tangga terhadap istri di desa surianeun, kabupaten Pandeglang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian baik itu penelitian ilmiah maupun penelitian sosial adalah di
Maksudkan untuk mencapai suatu tujuan dari penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
tujuan yang ingin di capai oleh peneliti adalah :

1. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga yang di lakukan
oleh suami terhadap istri di desa surianeun kabupaten Pandeglang?

2. Untuk menjelaskan mengenai apa saja faktor faktor yang mempengaruhi suami melakukan
tindak kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri di desa surianeun, kabupaten Pandeglang?

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Agar penulisan penelitian ini dapat di pahami secara utuh dan saling keterkaitan, maka perlu
adanya penyusunan sistematika penulisan yaitu sebagai berikut :

BAB I : pendahuluan, yang membahas latar belakang masalah, perumahan masalah, tujuan
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi

BAB II : Kajian teori, kerangka berfikir, dan hipotesis penelitian


BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan tentang pendekatan metode penelitian,metode
yang di gunakan pendekatan penelitian metode kualitatif, jenis dan sumber penelitian,
informan penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, teknik keabsahan
data, dan teknik analisis data

BAB IV : hasil penelitian dan pembahasan,

BAB V : Kesimpulan dan saran

Anda mungkin juga menyukai