• T’dr ≥1 polipeptida
• Dlm fungsi biologiknya:
• Struktur molekul melipat khas menjadi btk globular atau fibrous
• Untai AA pd protein ditentukan olh untai gen yg menyandi dlm sandi
genetik
• Umumnya, sandi genetik dicirikan 20 AA (esensial) standard
Proteins
Alkali •Derivat AA
•AA
Enzim
•Polipeptida
•Metabolit intermediate
•Tdk ada AA yang rusak
•Tdk ada derivat AA
10
Protein
• Karbon 51%
• Oksigen 24%
• Nitrogen 16%
• Hydrogen 7%
• Belerang 0-3%
• Fosfor 0-3%.
• Atas dasar kadar nitrogen sebesar 16%, maka kandungan protein dalam suatu bahan makanan
dpt ditentukan .
Protein
Berdasar •Larut
Jenis
kanProtein
•Dlm sel
•Luar sel
kelarutan •Tdk larutprotein struktural
Protein larut di luar sel: banyak dan mudah diteliti
15
Jenis Protein
Protein majemuk
Protein tunggal
• a. Albumin
• Contoh:
• Albumin telur, serum albumin, laktalbumin (susu), lekosin (gandum)
• Larut dalam air
• Kalau dipanaskan menggumpal
• BM 17.500-70.000
• Tidak mengandung glisin
Protein tunggal
• b. Globulin
• Contoh:
• Serum globulin, ovoglobulin (dari kuning telur), miosin (dari otot), dll
• Tidak larut dalam air
• Larut dalam garam encer
• Dalam larutan garam pekat (NaCl, MgSO4 (NH)4SO4)mengendap
• Kalau dipanaskan menggumpal
• BM 150.000
Protein Tunggal
• c. Glutelin
• Contoh:
• Glutenin (gandum)
• Orizenin (padi)
• Tidak larut dalam garam netral
• Larut dalam asam dan basa encer
Protein Tunggal
• d. Histonin
• Misal:
• Globin (dari Hb)
• Histon (dalam inti sel dan asam nukleat)
• Larut dalam air
• Tidak larut dalam NaOH
• Bila dipanaskan menggumpal
• Kalau ditambah asam encerlarut lagi
Protein Tunggal
• e. Protamin
• Misal:
• Salmin (ikan salmon), skrombin (ikan mackarel)
• Suatu polipeptida
• BM rendah (2000 -3000)
• Larut dlm air
• Tdk menggumpal kalau dipanaskan
• Sifat basa
• Mengandung banyak arginin
Protein Tunggal
• f. Skleroprotein = Albuminoid
• Misal:
• Elastin (ligamentum)
• Kolagen (tulang, tulang rawan)
• Keratin (tanduk, kulit ari, kuku)
• Larut dalam pelarut netral
2. Protein majemuk
• c. Fosfoprotein
• Ikatan protein dengan asam fosfat
• Misalnya : kasein (susu), vitellin (kuning telur)
• d. Lipoprotein
• Ikatan protein dan lemak
• Dlm inti sel, darah, kuning telur, susu, serum, dll
• Juga dalam berbagai virus, antigen, bakteri dan trombosit
Berdasark
an bentuk
1. Globular
proteins
2.
Membrane
proteins
3. Fibrous proteins
• Kemudian
• α1-antitrypsin
• Haptoglbin
• C4
• Fibrinogen
• Terakhir
• C3
• Ceruloplasmin
• Semuanya maksimal dlm 2-5 hari
Protein minor
• Permintaan tes
• Persiapan pasien, identifikasi
• Pengambilan/pengumpulan BP
• Pengolahan
• Pengiriman
• Penyimpanan
BAHAN
PEMERIKSAAN
CAIRA
N
NON-DARAH
TUBU
H DARAH
(PLEU
CAIRA
URINE
RA,
PERIT
N
SENDI
CSF WB SERUM PLASMA
ONIU
M,
PERIC
ARDIU
M) 34
Dpt dibagi dlm 5 kelompok:
1. Imunokimia
Metoda pemeriksaan protein
1. Utk protein spesifik menggunakan
antiserum (kuantitatif)
2.Mendeteksi dan Mengidentifikasi protein
abn
3.Pemisahan protein
1. Dgn Elektroforesis (sbg tes skrining,
semikuantitatif)
4.Pemeriksaan kualitatif
5.Pemeriksaan kuantitatif
1. Protein total, albumin, globulin
1
Imunokimia
Column chromatography
Electrophoresis
Precipitation
Elektroforesis protein
• Memisahkan protein
menurut muatan elekriknya
(biasanya pd pH 8,6)
• Pem elektroforesis protein
dlm serum dan urine
terutama utk menapis
“monoclonal
gammopathies”
Elektroforesis protein
• Albumin
• α1-antitrypsin
• α2-macroglobulin
• Haptoglobulin
• β-lipoprotein
• Transferrin
• complement C3
• Fibrinogen , dan
• Immunoglobulins
Penentuan struktur
primer (asam Pengenalan protein Reaksi warna
amino)
Penentuan Struktur primer
1.Reaksi Pengendapan
2.Reaksi Sulfida
REAKSI WARNA
• Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
• Millon terdiri dari : Hg(NO3) + Hg(NO3)2 + HNO3.
• Protein + Millon endapan putih panaskan warna merah
• Reaksi (+) untuk protein yg mempunyai gugus fenol atau hidroksifenil (mis tirosin)
1. Reaksi Millon
2. Reaksi Xantoprotein
5.Reaksi Ehrlich
7.Reaksi Sakaguchi
• Lalu amonia yang terbentuk disuling, uap ditangkap larutan penyerap dan
ditetapkan secara titrasi
• Prosedur:
• Timbang 1 g bahan yg telah dihaluskan, masukkan dlm labu Kjeldahl (pd
protein tinggi, mis kedelai gunakan bahan kurang dari 1 g).
• Lalu ditambahkan 7,5 g kalium sulfat dan 0,35 g raksa (II) oksida dan 15 ml
asam sulfat pekat.
1. Metode Kjeldahl
• Prosedur :
• Panaskan semua dlm labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap dan teruskan
pemanasan sampai mendidih dan cairan jadi jernih. Stlh itu panaskan lagi kurang lebih 30
menit, matikan pemanasan dan biarkan sampai dingin.
• Kmd tambahkan 100 ml aquadest dalam labu Kjeldahl yang didinginkan dalam air es dan
beberapa lempeng Zn, tambahkan 15 ml larutan kalium sulfat 4% (dalam air) dan akhirnya
tambahkan perlahan-lahan larutan natrium hidroksida 50% sebanyak 50 ml yang telah
didinginkan dalam lemari es.
1. Metode Kjeldahl
• Prosedur :
• Pasanglah labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi.
• Panaskan labu Kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapis cairan tercampur, kemudian
panaskan dengan cepat sampai mendidih.
• Destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan baku asam klorida
0,1N sebanyak 50 ml dan indikator merah metil 0,1% b/v (dalam etanol 95%) sebanyak 5
tetes, ujung pipa kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan asam klorida 0,1N.
1. Metode Kjeldahl
• Prosedur :
• Proses destilasi selesai jika destilat yang ditampung lebih kurang 75 ml.
• Sisa larutan asam klorida 0,1N yang tidak bereaksi dengan destilat
dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida 0,1N.
• Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan warna larutan dari
merah menjadi kuning. Lakukan titrasi blanko.
Metode Kjeldahl
• Prosedur :
• Pembuatan reagen Lowry A :
• Merupakan larutan asam fosfotungstat-asam fosfomolibdat dengan perbandingan (1 : 1)
• Pembuatan reagen Lowry B :
• Campurkan 2% natrium karbonat dalam 100 ml natrium hidroksida 0,1N.
• Tambahkan ke dalam larutan tersebut 1 ml tembaga (II) sulfat 1% dan 1 ml kalium
natrium tartrat 2%.
2. Metode Lowry
• Prosedur :
• Penetapan Kadar
• a. Pembuatan kurva baku
• Siapkan larutan bovin serum albumin dengan konsentrasi 300 μg/ml (Li).
• Buat seri konsentrasi dalam tabung reaksi, misal dengan komposisi berikut :
• Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 8 ml reagen Lowry B dan biarkan selama 10 menit, kemudian
tambahkan 1 ml reagen Lowry A. Kocok dan biarkan selama 20 menit.
• Baca absorbansinya pada panjang gelombang 600 nm tehadap blanko. (Sebagai blanko adalah tabung
reaksi no.1 pada tabel di atas)
No. Li (μL) Akuades
Tabung
1 0 1000
2 100 900
3 200 800
4 300 700
5 400 600
6 500 500
7 600 400
8 700 300
9 800 200
10 1000
70
0
2. Metode Lowry
• b. Penyiapan Sampel
• Ambil sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut misal albumin, endapkan dahulu dengan
penambahan amonium sulfat kristal (jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya, kalau perlu
sampai mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam larutan).
• Pisahkan protein yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit, pisahkan
supernatannya. Presipitat yang merupakan proteinnya kemudian dilarutkan kembali dengan dapar
asam asetat pH 5 misal sampai 10,0 ml. Ambil volume tertentu dan lakukan penetapan selanjutnya
seperti pada kurva baku mulai dari penambahan 8 ml reagen Lowry A sampai seterusnya.
3. Metode Spektrofotometri Visible (Biuret)
• Prosedur :
• Pembuatan reagen Biuret:
• Larutkan 150 mg tembaga (II) sulfat (CuSO4. 5H2O) dan kalium natrium tartrat (KNaC4H4O6. 4H2O) dalam 50 ml aquades
dalam labu takar 100 ml. Kemudian tambahkan 30 ml natrium hidroksida 10% sambil dikocok-kocok, selanjutnya tambahkan
aquades sampai garis tanda.
• Pembuatan larutan induk bovin serum albumin (BSA):
• Ditimbang 500 mg bovin serum albumin dilarutkan dalam aquades sampai 10,0 ml sehingga kadar larutan induk 5,0% (Li).
• Penetapan kadar (Metode Biuret) :
• Pembuatan kurva baku :
• Dalam kuvet dimasukkan larutan induk, reagen Biuret dan aquades misal dengan komposisi sebagai berikut:
Li Reagen Biuret Akuades Kadar BSA
(μL) (μL) (μL) (%)
20 800 180 0.1
30 800 170 0.15
40 800 160 0.2
60 800 140 0.3
80 800 120 0.4
73
3. Metode Biuret
• Setelah tepat 10 menit serapan dibaca pada λ 550 nm terhadap blanko yang terdiri dari 800
μL reagen Biuret dan 200 μL aquades.
• Cara mempersiapkan sampel :
• Ambil sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut misal albumin
• Endapkan dengan penambahan amonium sulfat kristal (jumlahnya tergantung dari jenis
proteinnya, kalau perlu sampai mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam larutan).
• Pisahkan protein yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit,
pisahkan supernatannya.
3. Metode Biuret
• Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triptofan, tirosin dan fenilalanin
yang mempunyai gugus aromatik.
• Triptofan mempunyai absorbsi maksimum pada 280 nm, sedang untuk tirosin
mempunyai absorbsi maksimum pada 278 nm.
• Fenilalanin menyerap sinar kurang kuat dan pada panjang gelombang lebih pendek.
• Absorpsi sinar pada 280 nm dapat digunakan untuk estimasi konsentrasi protein
dalam larutan.
4. Metode Spektrofotometri UV
• Absorbansi blanko reagen (Abr), Std (Astd) dan sampel (As) dibaca terhadap Baseline
• Cs = (Abr – As)/(Abr – Astd) x Cstd.
• Pengukuran Abs1 pertama stlh periode inkubasi (T1), Abs2 stlh interval ttt (T2)
• Cs = (Abs2-Abs1) x F
• Cs = (Abs2-Abs1)/(Astd2-Astd1) x Cstd
Kinetik dgn Delta dan Faktor, Increasing maupun decreasing
• Hemolisis sp kadar Hb 184 μmol/L, lipemik kadar sp 7 mmol/L, bilirubinemia kadar sp 858 μmol/L tdk
mengganggu metode namun hrs menggunakan blanko sampel. Namun demikian yg terbaik menggunakan sampel
baru
• Hasil tinggi palsu pada 48 jam setelah penggunaan kontras warna bromophthalein dan juga pd pemasangan
tornikuet lebih dari 1 menit
• Hasil tinggi palsu pada hiperglikemia
• Protein total meningkat pd keadaan berikut:
• Mengkomsumsi obat-obatan: anabolik steroid, androgen, klofibrat, kortikosteroid, dekstran, epinefrin, GH,
progesteron, hormon tiroid, insulin, Na-heparin, Ca-heparin
• Dehidrasi, asidosis metabolik, infeksi/inflamasi kronis, MM
Limitasi metode Biuret
• Standar (WHO/IFCC)
• Bromcresol green (BCG)
• Prinsip: Dlm suasana asam (pH 4.1) albumin berikatan dgn BCG membentuk kompleks
warna biru hijau. Intensitas warna sebanding dgn kadar albumin dlm smpl, dibaca pd λ 630
(578) nm
• Linearitas: sp 7 g/dL
• Nilai Rujukan:
• Albumin: 3.8 – 4.4 g/dL (38 – 44 g/L)
Limitasi metode BCG
• Ikterus dgn kadar bil total sp 60mg/dL tdk mempengaruhi metode dgn menggunakan blanko sampel
• Hemolisis dgn kadar Hb sp 1000 mg/dL tdk berpengaruh
• Lipemik menggangu hsl pembacaan
• Spesifisitas menurun bila albumin rendah dan globulin tinggi
• Albumin meningkat pada: dehidrasi
• Albumin menurun pada:
• Malnutrisi, malabsorpsi berat, obstruksi intestinal, penyakit hati, demam rematik, kehilangan cairan ke
rongga tubuh, pemberian infus cepat dan berlebih, keganasan, gagal jantung kongestif, GGK, luka
bakar, SLE, kehamilan trimestes III, mendapat estrogen, bedrest berkepanjangan
Pemeriksaan Globulin
94
PMI
95
PELAKSANAAN
∑ (Xi – X)2.
BILA MENGGUNAKAN SD = ------------------
BAHAN KONTROL UNASSAYED n-1
PERIODE PENDAHULUAN
PERIKSA BAHAN KONTROL 20 – 25 HARI KERJA
HITUNG: MEAN, SD, CV, BATAS PERINGATAN (MEAN + 2 SD),
BATAS KONTROL (MEAN + 3 SD)
NILAI MEAN, SD DIGUNAKAN UTK NILAI RUJUKAN PADA
PERIODE KONTROL
PMI
96
• PELAKSANAAN
PERIODE KONTROL
UTK MENILAI PEKERJAAN KITA BAIK/TIDAK
PERIKSA BAHAN KONTROL SETIAP HARI/SETIAP
PARAMETER DIPERIKSA
CATAT NILAI TSB PADA FORMULIR PERIODE KONTROL
. Xi - MEAN
SDi CV = SD/MEAN X
=----------------- 100%
SD
PMI
97
PELAKSANAAN
SATUAN SDi DIPLOT PADA KERTAS GRAFIK KONTROL
SUMBU X PD GRAFIK, MENUNJUKKAN HARI/TGL
SUMBU Y MENUNJUKKAN, SATUAN SDi YG DIPEROLEH
UJI KETELITIAN
98
Ketelitian dan Ketepatan
100
KESALAHAN ACAK (RANDOM ERROR)
• PENYEBAB:
• TEMPERATUR TIDAK STABIL
• VARIASI WAKTU
• ADANYA GELEMBUNG UDARA
• FLUKTUASI LISTRIK
• PENANGANAN MATERIAL ANTAR ANALIS TIDAK KONSISTEN
• BP TDK STABIL
• TDK DILAKUKAN PEM DUPLIKASI
• TERJADI DRIFF ATAU PENYIMPANGAN
• SENSOR TIDAK BENAR
101
KESALAHAN SISTEMATIK
102
KESALAHAN SISTEMATIK
• BERKAITAN DENGAN
• PERUBAHAN DALAM AKURASI
• PERGESERAN NILAI MEAN
• PERUBAHAN YANG KONSISTEN DALAM SISTEM / PROSES PEMERIKSAAN
• PERUBAHAN DALAM BIAS
• PENYEBAB/SUMBER KESALAHAN:
• PERUBAHAN LOT. NO REAGEN/KALIBRATOR
• SALAH MEMASUKKAN NILAI KALIBRATOR
• SALAH MENYIAPKAN LAR STD
103
KESALAHAN SISTEMATIK
• PENYEBAB/SUMBER KESALAHAN:
• LAR STD TDK STABIL/TERKONTAMINASI
• PERSIAPAN REAGEN KURANG TEPAT
• REAGEN / KALIBRATOR RUSAK
• PENYIMPANAN REAGEN / KALIBRATOR TIDAK SESUAI
• ALAT/PIPET SALAH (TDK DIKALIBRASI)
• TEMPERATUR SALAH
• SUMBER CAHAYA FOTOMETER TIDAK TEPAT
• PROSEDUR PENGUKURAN BERUBAH
104
SUMBER KESALAHAN SISTEMATIK
105
KESALAHAN
106
108
AKURASI DGN
• Perbandingan hasil pemeriksaan dengan sistem atau reagen kit lain dengan uji korelasi.
• Akurasi dapat pula dinilai dengan melakukan pemeriksaan bahan sampel yang telah
ditambahkan analit murni (Recovery = R), kemudian hasilnya dihitung terhadap hasil yang
diharapkan sebagai berikut:
• Hasil pemeriksaan (observasi)
• R (%) = ------------------------------------------- x 100%
• Hasil perhitungan (diharapkan)
109
WESTGARD MULTIRULE SYSTEM
110
• 1-2s
– 1 NILAI KONTROL DI LUAR NILAI MEAN + 2SD,
PERINGATAN
• 1-3s
– 1 NILAI KONTROL DI LUAR NILAI MEAN ± 3SD,
MERUPAKAN PENOLAKAN, ADA KESALAHAN ACAK
• 2-2s
– 2 NILAI KONTROL BERTURUT-TURUT DI LUAR NILAI
MEAN ± 2SD; ATAU
– 2 NILAI KONTROL BERBEDA LEVEL BERADA DI LUAR
NILAI MEAN ± 2SD, MERUPAKAN PENOLAKAN, ADA
KESALAHAN SISTEMATIK
WESTGARD MULTIRULE SYSTEM
111
• R-4s
– 1 NILAI KONTROL DI LUAR NILAI MEAN + 2 SD DAN 1
KONTROL LAIN DI LUAR MEAN – 2SD (SEHINGGA
PERBEDAAN NILAI JADI 4 SD) ATAU
– 2 NILAI KONTROL BERTURUT-TURUT + 2SD KEMUDIAN
– 2SD, MERUPAKAN KETENTUAN PENOLAKAN, KRN
KESALAHAN ACAK
• 4-1s
– 4 NILAI KONTROL BERTURUT-TURUT DI LUAR NIALAI
MEAN + 1SD ATAU MEAN – 1SD, MERUPAKAN
KETENTUAN PENOLAKAN, KRN KESALAHAN
SISTEMATIK
WESTGARD MULTIRULE SYSTEM
112
10 (x)
10 NILAI KONTROL BERTURUT-TURUT PADA SATU SISI
DI ATAS ATAU DI BAWAH NILAI MEAN, MERUPAKAN
KETENTUAN PENOLAKAN, KARENA KESALAHAN
SISTEMATIK
PASCA ANALITIK
PERHITUNGAN
PENYALINAN
PENGIRIMAN
113
THANK YOU
114