Anda di halaman 1dari 30

DASAR – DASAR ANESTESI

UNTUK OPERASI THT


• PENDAHULUAN
Infant/Pediatrik

Kelainan kongenital Lainnya


Populasi Pasien

Penyakit Coexisting Lainnya


Dewasa/Geriatri
Diskusi prabedah Jalan nafas harus
Dengan ahli bedah berbagi dengan ahli
bedah
OPERASI THT

Berpotensi untuk
terjadinya sulit
intubasi dan sulit
ventilasi
Tujuan Utama Selama Anestesi Untuk
Operasi THT

Kondisi lapangan
Keselamatan pasien Keseimbangan
operasi yang ideal
Sering dilakukan

Operasi THT
pada pediatrik Pasien sehat pada ambulatory

Beberapa dengan kelainan kongenital


Bibir sumbing, papiloma dan laringomalasia

Pierre Robin Syndrome


Treacher Collins Syndrome (Mandibulofacial dystosis)
Kelainan Kongenital
Goldenhar Syndrome (Hemifacial microsomia)

Syndrom kongenital
pada pediatrik yang
berhubungan dengan
kesulitan untuk
dilakukan ventilasi
dan intubasi
• Tonsilektomi dan Adenoidektomi

Pemeriksaan prabedah

Tidak ada gigi(ompong) Riwayat Gangguan Perdarahan

Obstruktive sleep
apnoe
Obes/gemuk dan
mungkin ventilasi
dan intubasi sulit
Operasi THT

- Ajak orang tua masuk


- Induksi inhalasi, diikuti pemasangan iv line
- Intubasi → relaksan + / -
- Anestesi Volatile + OPIOID
- Manipulasi kepala + pasang mouth gag

Pipa endotrakheal
obstruksi, tercabut,
diskoneksi
Pipa RAE (Right-angle endotrakheal) Oral

1. Memberikan oral akses yang lebih baik untuk ahli


bedah
2. Kurang kinking dengan adanya retraktor
3. Difiksasi pada garis tengah mandibula
Tonsilektomi dan Adenoidektomi

• Pada akhir pembedahan, tampon harus diangkat


• Ektubasi dapat dilakukan saat anestesi “dalam” atau
setelah pasien bangun dan reflek proteksi jalan nafas
telah pulih
• Pasien yang sudah dilakukan ekstubasi, langsung di
posisikan miring dengan posisi sedikit Trendelenburg
untuk mencegah masuknya darah ke faring dan
diberikan O2 100%
• Operasi Telinga

Ambulatory

Miringotomi Anestesi Facemask

Tidak diperlukan pelumpuh otot


• Perbaikan celah bibir dan langit-langit

Sulit untuk dilakukan ventilasi & intubasi

Induksi anestesi dilakukan dengan inhalasi


kemudian
Dipasang jalur intravena dan pelemas otot
setelah ventilasi dapat dikuasai

Pipa RAE oral sering digunakan

Ekstubasi dilakukan setelah pasien sadar penuh


• Prosedur operasi THT pada pasien dewasa

Operasi Telinga

Telinga tengah berhubungan dengan


orofaring melalui Tuba Eusthachii

Lubang angin (venting) normal dari tekanan telinga tengah tidak terjadi

Konsentrasi N2O yang tinggi dapat meningkatkan


tekanan telinga tengah sampai 300 – 400 mmHg
dalam waktu 30menit. Sebaliknya, pemberhentian
tiba-tiba dari N2O dapat menimbulkan resorpsi
yang cepat dan menimbulkan tekanan negatif
Ruptur membran tympani
dalam telinga tengah.
Operasi Telinga

Induksi dengan hipnotik (pentotal,propofol, atau etomidate)


dan pelumpuh otot yang mempunyai lama kerja singkat atau
dengan induksi inhalsi

Pemeliharaan anestesi dengan anestetika volatil

N2O harus dihentikan 30 menit sebelum


pemasangan graft membran timpani

Harus diberikan antiemetik karena


kejadian PONV sangat sering terjadi pada
operasi telinga.
Operasi Parotis
Tumor yang besar

Mobilitas rahang dan buka mulut terbatas

Sulit Intubasi

Periksa nervus fasialis periode post operasi


Thyroidektomi
Intubasi → sulit visualisasi pita suara

Pertimbangkan untuk awake intubasi bila ada obstruksi

Perhatikan perdarahan post operatif


karena dapat mengakibatkan obstruksi
jalan nafas yang dapat mengancam jiwa

Sebelum operasi harus dicapai keadaan euthyroid


• Operasi Tumor Kepala dan Leher
Penyakit penyerta lainnya
Preoperatif

Pemeriksaan jalan nafas Riwayat merokok dan konsumsi


alkohol yang kronik

Awake intubasi / Trakeostomi sebelum


Penyakit koroner dan penyakit
dilakukan operasi dilakukan apabila sudah
paru
terdapat obstruksi jalan

Sedasi perioperatif pada pasien ini sebaiknya dihindari

Operasi tumor ini biasanya menimbulkan perdarahan yang cukup banyak

Dilakukannya radioterapi sebelum operasi akan membuat


keterbatasan dari pergerakan leher
• Operasi Nasal
Anestesi lokal atau Anestesi Umum

Epistaksis berat yang dilakukan ligasi arteri maksilaris interna sering


mengalami cemas, lelah, hipertensi, takikardi, dan hipovolemi

Hipertensi harus dikontrol untuk mengurangi kehilangan darah

Sebabkan edema
dan hipoventilasi
Hentikan perdarahan + Tampon nasal posterior -
Penarikan tampon →
perdarahan banyak
Triple Endoscopy

Bronchoscopy Esofagoscopy Direk laringoscopy

Diagnostik (biopsi) atau terapi (mengambil polip pita suara)


yang mempunyai kemungkinan membahayakan jalan nafas.

Edema Jalan Nafas Pasca Bedah

Dexametason 4-10 mg intravena


Operasi Emergency Pasien THT

Rekonstruksi Maksilofasial

Aspirasi benda asing

Tonsil Bleeding
• Rekonstruksi Maksilofasial

Fraktur LeFort II dan III sering berhubungan


fraktur basis kranii dan fraktur nasal, sehingga
sebaiknya tidak dilakukan intubasi nasal.
Aspirasi Benda Asing
Sering terjadi pada anak-anak Trakhea,esofagus
atau bronkhus
Urgensi operasi tergantung dari obstruksi yang
disebabkannya
Induksi dengan intravena

Digunakan relaksan atau tidak

Kontroversi
Pasien bernafas spontan atau dengan kontrol pernafasan
Aspirasi Benda Asing
• Monitoring yang ketat terhadap saturasi
oksigen
• Pemberian terapi steroid dan bronkhodilator
sangat membantu dalam mengatasi wheezing
dan edema jalan nafas setelah dilakukan
pengangkatan benda asing.
Tonsil Bleeding
• 24 jam setelah operasi tapi bisa juga lebih lambat sampai 5
– 10 hari
• Banyaknya kehilangan darah sering tidak dapat diperkirakan
karena darahnya ditelan
• Diperlukan akses intravena yang adekuat dan pasien harus
diresusitasi dengan adekuat
(bila diperlukan dengan produk darah)sebelum dilakukan
tindakan pembedahan
Tonsil Bleeding

• Hematokrit, pemeriksaan koagulasi, dan


tersedianya produk darah harus dipastikan
• Lambung penuh dengan darah, idealnya rapid
sequence induction
• Ekstubasi paling aman setelah pasien bangun
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai