Anda di halaman 1dari 10

BEDAH TELINGA

Bedah telinga yang sering dilakukan berupa stapedektomi atau stapedotomi, timpanoplasti, dan
mastoidektomi.

Miringotomi dengan pemasangan tabung timpanostomi adalah prosedur bedah pada pediatrik yang
paling umum dilakukan
Anatomi Telinga
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan
liang telinga

Telinga tengah terdiri dari gendang


telinga, tiga tulang pendengaran (maleus,
incus dan stapes)

Telinga dalam terdiri dari rumah siput


(koklea) dan kanalis semi sirkularis yang
berfungsi sebagai organ keseimbangan.
Pertimbangan dan Tujuan Anestesi

• Mikroanatomi yang padat dan kompleks dari telinga tengah dan


tulang temporal menunjukan rapuhnya struktur tersebut  prosedur
dan operasi dan pembiusan berlangsung lama
• lapangan operasi yang kering dan bersih, pasien tidak bergerak, dan
pepreverasi fungsi saraf fasial /kranial, serta pulih sadar dari
pembiusan yang tenang.
Pertimbangan pra bedah

• Secara umum merupakan pembedahan elektif dan berfokus pada


perbaikan kualitas hidup sehingga perlu mengoptimalkan kondisi
praoperatif pasien sebaik mungkin
• Manajemen prabedah u/ pasien yang menjalani pembedahan telinga
sama dengan pasien pada umumnya
• Riwayat penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan ginjal kronis
haru digali dengan baik  pertimbangan hipotensi kendali
Intraoperatif
• Target anestesi  menjaga stabilitas hemodinamik, menjaga
kedalaman anestesi, mengontrol nyeri dengan baik

• Pulih sadar sebaiknya tanpa disertai batuk, mual dan muntah pasca
bedah juga harus dicegah karena dapat memperburuk pembedahan
telinga
• N2O  Lebih mudah berdifusi dibandingkan nitrogen, lebih cepat
mengisi ruangan kosong yang mengandung udara N2O Dengan
cepat mengisi ruang terlinga tengah
• N2O biasanya dapat ditoleransi dengan baik karena adanya aliran
pasif melalui pipa eustachius.
• Pada pasien dengan masalah telinga kronis ( OMSK, Sinusitis) dapat
terjadi sumbatan pada tuba eustachius  perubahan tekanan pada
telinga tengah dapat menyebabkan rupture membrane timpani
selama anestesi yang menggunakan N20
Manajemen Anestesi
• Hipotensi Kendali
Sering menjadi kontroversi karena tidak ada atasan terendah MAP yang
aman untuk pasien.

Digunakan u/ menurunkan tekanan darah intra operasi,, sehingga


mengurangi perdarahan ( oromaxillofacial, endoscopic sinus atau middle
ear micro surgery)
Biasanya dgn menurunkan tekanan 80-90 mmhg artau dgn
mempertahankan MAP 50-65mmhg pd pasien normotensi.
Dengan menurunkan SVR / Curah jantung pasien
• Obat yang digunakan
 anestesi inhalasi ( halotan, enflurane, isoflurane dan sevoflurane )
 Vasodilator ( nitrogliserin, hidralasin, sodium nitropusid)

Obat yang ideal u/ hipotensi kendali


- Cara pemberian mudah
- Efek berdasarkan dosis dapat diprediksi
- Awitan dan waktu pulih yang cepat
- Eliminasi obat cepat tanpa menghasilkan metabolit yang toksik
- Efek minimal terhadap aliran darah ke organ vital
- Tidak meningkatkan tekanan pada otak dan tidak mempengaruhi autoregulasi serebri selama
pembedahan
Pasca bedah
• Fase pulih sadar
- level kedalaman anestesi harus sama sehingga dapat menumpulkan
respon laringotrakeal pasien, mencegah batuk, dan mencegah
laringospasme akibat pergerakan kepala ( saat pembalutan kepala)
• Strategi saat ekstubasi
1. Ekstubasi dalam, kemudian Jalan nafas ditopang menggunakan sungkup
2. Manuver bailey  insersi alat bantu nafas supraglotik (LMA) dibelakang
ETT
3. Ramifentanil  penggunaan remifentanil dosis rendah u/ menumpulkan
respon trakeal serta membantu ekstubasi lebih halus
Ruang pemulihan
• Pencegahan mual, muntah dan vertigo pada pasien
 hidrasi, medikamentosa, elevasi bertahap, dan menjaga ruangan
agar sunyi agar pasien lebih tenang dalam pemulihan

• Analgetik yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai