ALINYEMEN VERTIKAL

ALINYEMEN VERTIKAL ADALAH PERPOTONGAN BIDANG VERTIKAL JALAN DENGAN

SUMBU JALAN.

DALAM PERENCANAAN GEOMETRI JALAN HARUS DI USAHAKAN AGAR ALINYEMEN

VERTIKAL MENDEKATI PERMUKAAN TANAH ASLI, SEHINGGA PEKERJAAN TANAH
DAPAT DI KURANGI (GALIAN/ TIMBUNAN).

KELANDAIAN MAKSIMUM
JALAN DENGAN KELANDAIAN MULAI 3% SUDAH MULAI TERASA TERUTAMA
TERHADAP MOBIL ANGKUTAN. WALAUPUN MOBIL PENUMPANG MAMPU
MENGATASI KELANDAIAN 8-9 % TANPA KEHILANGAN KECEPATAN YANG BERARTI.
 KELANDAIAN MAXIMUM
KECEPATAN RENCANA Km/ jam 80 60 50 40 30 20
KELANDAIAN MAX STANDAR (%) 4 5 6 7 8 9
KELANDAIAN MAX MUTLAK ( %) 8 9 10 11 12 13

KELANDAIAN MAXIMUM MUTLAK DI TETAPKAN SEBESAR

4 %LEBIH TINGGI DARI KELANDAIAN
MAXIMUM STANDAR.

KELANDAIAN MINIMUM
JALAN DENGAN KELANDAIAN 0 % BERARTI DATAR. JALAN
TERSEBUT MEMILIKI KELANDAIAN MINIMUM. JALAN YANG DATAR
TERLALU PANJANG AKAN MEMILIKI PERMASALAHAN DRAINASE.
UNTUK ITU JALAN HARUS DI LANDAIKAN. JALAN DENGAN
KELANDAIAN 0,15 % SUDAH DI ANGGAP CUKUP MENGALIRKAN AIR
 PANJANG KELANDAIAN KRITIS

GUNA MENINGKATKAN KAPASITAS MUATAN KENDARAAN, MAKA

PADA JALAN YANG MENDEKATI TAK BERUJUNG HARUS DI BATASI
PANJANG TANJAKAN MUTLAKNYA.

ITIS
G KR
JA N ANDART
PA N i ≤ MAX ST

i ≤ MAX STANDART MAKS STANDART ≤ I ≤ MAKS MUTLAK

GAMBAR PANJANG KRITIS KELANDAIAN MELEBIHI MAX STANDART

 KECEPATAN RENCANA (KM/JAM)
80 60 50 40 30 20

5% 500m 6% 500m 7% 500m 8% 420m 9% 340m 10% 250m

6% 500m 7% 500m 8% 420m 9% 340m 10% 250m 11% 250m

7% 500m 8% 420m 9% 340m 10% 250m 11% 250m 12% 250m

8% 420m 9% 340m 10% 250m 11% 250m 12% 250m 13% 250m

TABEL PANJANG KRITIS UNTUK KELANDAIAN YANG

MELEBIHI MAX STANDART
JALUR PENDAKIAN

JALUR PENDAKIAN BERTUJUAN UNTUK MENAMPUNG TRUCK/

KENDARAAN BERAT YANG LEBIH LAMBAT, SUPAYA KENDARAAN DI
BELAKANGNYA YANG MELAJU DENGAN KECEPATAN LEBIH TINGGI
DAPAT MENDAHULUI, MELALUI JALUR PENDAKIAN.

≥ 200 m 45 m INTERVAL 1,5 Km

JALUR PENDAKIAN JALUR PENDAKIAN

GAMBAR JALUR PENDAKIAN PADA

JALAN YANG MENANJAK
 Layout Jalur Pendakian o NC
Janabadra

Pendakia
Pendaki

Akhir
Lajur
Tanjakan

Lajur
Awal

n
an
Awal

30 m 45 m >200 m 50 m 45 m

Jalur Pendakian
KRITERIA JALAN YANG DI USULKAN UNTUK MENYEDIAKN JALUR PENDAKIAN ANTARA
LAIN :
1. JALAN ARTERI/ JALAN KOLEKTOR/jalan tol
2. KELANDAIAN RATA-RATA LEBIH DARI 5% DENGAN PANJANG MENERUS >

1 Km.
3. VOLUME LL RENCANA LEBIH 30.000 SMP PER HARI.
 PERANCANGAN LENGKUNG/ ALINYEMEN VERTIKAL

PERALIHAN DARI SATU KELANDAIAN KE KELANDAIAN BERIKUTNYA DALAM

ALINYEMEN VERTIKAL DI PERHALUS DENGAN LENGKUNG VERTIKAL.
BENTUK LENGKUNG VERTIKAL ADA BEBERAPA MACAM ANTARA LAIN;
1. LINGKARAN
2. PARABOLA SEDERHANA
3. PARABOLA TINGKAT 3
4. SPIRAL (CLOTHOIDE)

PERTEMUAN ANTAR KELANDAIAN DI BUAT LENGKUNG BERTUJUAN;

1.MENINGKATKAN KEAMANAN
2.MENINGKATKAN KENYAMANAN
3.MENGALIRKAN AIR/ DRAINASE
PERTEMUAN 2 TRASE YANG BERBEDA DI KENAL ADA 2 MACAM
LENGKUNG, YAITU;
a). LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG.
b). LENGKUNG VERTIKAL CEKUNG
EV = -
g1 = + g2 =
-
a).

EV = -
g2 = +

b)
+
g1 = g1
EV = -
=-
c)

g2
GAMBAR: MACAM-MACAM LENGKUNG

=
VERTIKAL CEMBUNG

-
d)
g1 +
=-
G2 =

e) EV = + A = g1 – g2
g1 EV A= perbedaan kelandaian
= =+
-

g2 = -

EV = + +
=
G2
f)
+
g1 =

GAMBAR: MACAM-MACAM LENGKUNG

VERTIKAL CEKUNG
Kresnanto NC
Janabadra
 Ketentuananto NC
• Alinemen horizontal sebaiknya
alinemen vertikal, dan secara ideal alinemen horizontal
adra
berJ
• lebih imapitsedikit
panjang ndemelingkupi
angabnalinemen vertikal;
Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung
• vertikal cekung atau pada bagian atas lengkung vertikal
cembung harus dihindarkan;
• Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang
• lurus dan panjang harus dihindarkan; dua atau lebih
lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus
dihindarkan; dan
Tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus
dan panjang harus dihindarkan.
 Idialial esnanto NC
Janabadra

Koordinasi yang ideal antara alinyemen horisontal dan vertikal yang berimpit
 HindKarri!e! NC
snanto Janabadra

Alinyement vertikal menghalangi pandangan pengemudi saat masuk tikungan pertama

 Hindari…!!!! NC
Janabadra

Pada bagian lurus pandangan pengemudi terhalang oleh puncak alinyement vertikal
sehingga sulit memperkirakan arah alinyement dibalik puncak
View publication stats
 o
Lengkung vertikal cembung NC
Jh
Janabadra
PVI
Line of Sight
G2
G1 PVC PVT
L
h1 h2

Untuk Jh < L Untuk Jh >L

L= A ( Jh )2
L = 2J h − 399
399 A
A = Perbedaan Grade (%) = |G1 – G2|
 Lengkung Cekungo NC
Janabadra
Jh
G1
G2

PVC PVT
h1 PVI
h2=0
L

Untuk Jh < L Untuk Jh >L

A(J h ) 2
L= L = 2J h120 + 3,5J h
120 + 3,5J h − A
(%) = |G1 – G2|
A = Perbedaan Grade
 C VPI
y EV
y‘n y
C
VP VPT
X y
X g2
A =
+ B -
g 1=
IK TU
NA RU
LV N

LV = PANJANG LENGKUNG

PERHATIKAN GAMBAR DI ATAS;

TITIK AWAL LENGKUNG = TITIK A = VPC

TITIK B = PERALIHAN DARI LENGKUGaN KE BAGIAN LURUS = TITIK AKHIR
LENGKUNG = VPT
TITIK C, PERPOTONGAN ANTAR KEDUA KELANDAIAN = VPI.

TITIK-TITIK DI SEPANJANG LENGKUNG VERTIKAL TELETAK PADA SISTEM SUMBU

KOORDINAT X DAN Y YANG BERPUSAT PADA TITIK AWAL LENGKUNG (TITIK A)
DAN AKHIR LEMGKUNG (TITIK B)
APABILA = A = (± g1) – (± g2)
= PERBEDAAAN KELANDAIAN, MAKA TITIK-TITIK
PADA LENGKUNG VERTIKAL DAPAT DI CARI SEBAGAI BERIKUT;
Y = (g2 – g1) X² + g1. X

Lv 2
Y = A . X² + g1 . X
Lv 2

Yn‘ = A X²
200 Lv
UNTUK X = ½ L DAN Y‘ = EV, MAKA DI DAPAT;
EV = A .(½ LV)²
200 Lv

→ EV = A. LV
800

PERSAMAAN TERSEBUT BERLAKU UNTUK LENGKUNG

VERTIKAL CEMBUNG DAN CEKUNG.
SEHINGGA BERLAKU;
EV = ± A. L
800

(UNTUK TITIK DI TENGAH LENGKUNG)

PANJANG LENGKUNG VERTIKAL (LV)

UNTUK MENYERAP GUNCANGAN DAN UNTUK MENJAMIN JARAK PANDANG,

MAKA LENGKUNG VERTIKAL HARUS MEMILIKI PANJANG TERTENTU.

•
• C • A• C •
B
A B •

PANJANG LENGKUNG VERTIKAL PANJANG LENGKUNG VERTIKAL

CEMBUNG CEKUNG

PANJANG LENGKUNG DAPAT DI CARI MELALUI 3 CARA, YAITU;

1. BERDASARKAN JARAK PANDANG HENTI.
2. BERDASARKAN PENYERAPAN GUNCANGAN.
3. MELALUI GRAFIK.
a). BERDASARKAN JARAK PANDANG HENTI;
→ LV = D². A → A = g2 – g1
398

→ D = (V/ 3,6). 2,5 + (V/ 3,6)² / 2 . g. f

g = 9,8 (GRAFITASI)
f = KOEFISIEN FRIKSI MENGEREM (LIHAT TABEL 2.5 )

b). BERDASARKAN PENYERAPAN GUNCANGAN

LVS = V² . A DENGAN V = KECEPATAN RENCANA
360
c). BERDASARKAN GRAFIK
DAPAT DI LIHAT PADA GRAFIK 1 (LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG)
DAN GRAFIK 2 (UNTUK LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG).
BATAS PALING RENDAH PANJANG MINIMUM LENGKUNG VERTIKAL
DAPAT DI LIHAT TABEL DIBAWAH INI

KECEPATAN RENCANA 80 60 50 40 30 20
(KM/J)
L (PANJANG LENGKUNG)=M 70 50 40 35 25 20
img20191224_20550058.pdf
CONTOH
DI KETAHUI PENAMPANG MEMANJANG JALAN DENGAN
KELANDAIAN BERTURUT-TURUT SEBAGAI BERIKUT; g1= 2%, g2= -3%.
KECEPATAN RENCANA JALAN= 80KM/JAM. KETINGGIAN TITIK AWAL
LENGKUNG=ELEVASI (PPV)= +150 M.A.L, DAN PADA STA/
STASIONING= 0+50.
JARAK STA DI LENGKUNG TERSEBUT= 25 m, MAKA HITUNGLAH;
a). PANJANG TIAP LEKUK (Y‘) PADA TIAP TITIK DI SETIAP STA.
b). GAMBAR DAN HITUNG ELEFASI AS JALAN BARU.

PENYELESAIAN
a).

+2% g2 =
g1 = -3%
+150 m
PPU
GAMBAR KONDISI JALAN ASLI
b). MENCARI PERBEDAAN KELANDAIAN: (A)
A = g2 – g1
A = -3% - (2%) = -5% =5%
V = 80 Km/JAM

c). MENCARI PANJANG LENGKUNG

DARI GRAFIK LENGKUNG DI DAPATKAN PANJANG KELANDAIAN
LV = 170 m
→ BERDASARKAN PENYERAPAN GUNCANGAN DAN
JARAK PANDANG HENTI CARI SENDIRI
 d). MENCARI PANJANG LEKUK TIAP-TIAP STA (y‘)

EV
+ 2% g2=
g1= - 3%
y‘3 y‘4
± 150 M.A.L 0 + 220
y‘2 y‘5
y‘1 y‘6

STA 0+50 0+75 0+100 0+125 0+135 0+150 0+175 0+200 0+220

LV = 170 M
X1 = 25 M X6 = 25 M

X2 = 50 M X5 = 50 M

X3 = 75 M X4 = 75 M

½ LV = 85 M
PANJANG TIAP-TIAP LEKUK
PANJANG LEKUK DI RUMUSKAN = y‘ = A . (x) ²
200 . LV
(-) STA 0+75 (x1 = 25 m) → y1‘ = 5 . (25)²
200 . 170

= 0,092 m

(-) STA 0+100 (x2) = 50 m) → y2‘ = 5 . (50)²

200 . 170
= 0,368 m

(-) STA 0+125 (x3) = 75 m) → y3‘ = 5 . (75)²

200 . 170
= 0,827 m
(-) STA 0+135 (DI TENGAH-TENGAH LENGKUNG) = EV
EV = L . A
800

EV = 170 . 5
800
= 1,062 m

(-) STA 0+150 (x4 = 75 m) → y4‘ = 5 (75)²

200 . 170

= 0,827 m
- STA 0+175 (x5 = 50 m) → y‘5 = 5 . (50)²
200 . 170

= 0,368 m
STA 0+200 (x6 = 25 m) → y‘6 = 5(25)²
.
200 . 170

= 0,092 m

e). MENCARI ELEVASI DI SETIAP TITIK UNTUK MASING-MASING STA

- STA 0+75
KETINGGIAN TANAH ASLI DI STA 0+75
= (150 + 2% . 25) m = 150,5 m
KETINGGIAN PERMUKAAN AS JALAN BARU
= 150,5 – y‘1
150,5 – 0,092 = +150,41 m
- STA 0+100
KETINGGIAN TANAH ASLI DI STA 0+100
= (150 + 2% . 50) m = 151 m
KETINGGIAN PERMUKAAN AS JALAN BARU
= 151 – y‘2
= (151 – 0,368) m = 150,637 m

- STA 0+125
KETINGGIAN TANAH ASLI DI STA 0+125
= (150 + 2% . 75) m = 151,5 m
KETINGGIAN PERMUKAAN AS JALAN BARU
= 151,5 – y‘3
= (151,5 – 0,827) m = 150,673 m
- TITIK TERTINGGI (STA 0+135)
KETINGGIAN TANAH ASLI
= 150 + 2% . 85 = 151,2 m
KETINGGIAN PERMUKAAN AS JALAN BARU
= 151,2 – EV → EV = L . A
800
= 151,2 – 170 . 5
800
= 150,138 m

UNTUK STA SELANJUTNYA (STA 0+150, STA 0+175, STA 0+200, DAN
STA 0+220)
DARI TITIK TERTINGGI (DARI STA 0+220) DENGAN i=
-3%
 - STA 0+200
KETINGGIAN TANAH ASLI
= 151,2 – 3% . 70 = 149,1 m
KETINGGIAN PERMUKAAN AS JALAN BARU
= 149,1 - y‘6
= 149,1 – 0,092 = 149,0 m
SELANJUTNYA DATA KETINGGIAN TANAH PADA MASING-MASING
TITIK DI SETIAP STA DI GAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT;

y‘6= 0,092
y‘1= 0,092

± 150 M y‘3= 0,827 y‘4= 0,827 0 + 220

y‘2= 0,368 y‘5= 0,368

PPV = 0+50 0+75 0+100 0+125 0+135 0+150 0+175 0+200 0+220

LV = 170 M
- TITIK STA 0+150 m
KETINGGIAN TANAH ASLI
= 151,2 – 3% . 15 = 150,75 m
Catatan; 15 M asalnya dari (0+150 – 0+135)
KETINGGIAN PERMUKAAN JALAN BARU
= 150,75 - y‘4
= 150,75 – 0,827 = 149,925 m

- TITIK STA 0+175 m

KETINGGIAN TANAH ASLI
= 151,2 – 3% . 45 = 149,85 m
KETINGGIAN PERMUKAAN AS JALAN BARU
= 149,85 - y‘5
= 149,85 – 0,368 = 149,482 m
CONTOH SOAL

POTONGAN MEMANJANG JALAN DARI KOTA S KE KOTA J SEPERTI DI

PERLIHATKAN PADA GAMBAR BERIKUT;
g1
=-
7% 8%
= +
A g2
• •
B
•
C

KECEPATAN RENCANA JALAN= 60 KM/JAM. KETINGGIAN TITIK AWAL

LENGKUNG (TITIK A)= ±100m. TITIK AWAL TERSEBUT MEMILIKI STA=
0+200 JARAK ANTAR STA DI TIKUNGAN TERSEBUT DI TETAPKAN= 25
M. HITUNGLAH;
a). PANJANG LEKUK TIAP STA DI TITIK TERSEBUT
b). GAMBAR DAN HITUNG ELEVASI DI TITIK TERENDAH, DAN
STA 0+300.
PENYELESAIAN

A = g2 – g1
= 8 – (-7) = +15%
V = 60 KM/JAM
DARI GRAFIK 2 (LENGKUNG CEKUNG) DI PEROLEH PANJANG
LENGKUNG MINIMUM= 150 M

a). MENCARI PANJANG LEKUK TIAP STA → y‘ = A (x²)

200 . L
(-) STA 0+200 → x = 0 → y0‘ = 0
(-) STA 0+225 → x = 25 → y1‘ = 15 (25)² = 0,35 m
200 . 150

(-) STA 0+250 → x = 50 → y2‘ = 15 (50)² = 1,25 m

200 . 150
(-) STA 0+275 (x=75 m) → (y‘3) = 15 (75)²
200 . 150
= 2,813 m
(-) STA 0+300 (x=50 m) → (y‘4) = 15 (50)²
200 . 150
= 1,25 m
(-) STA 0+325 (x=25 m) → (y‘5) = 15 (25)²
200 . 150
= 0,3125 m
b). MENENTUKAN ELEVASI TITIK PALING RENDAH (PADA STA -
0+275).
= 100 m – 7% . 75 m
= 97,563 m

KETINGGIAN AS JALAN PADA STA 0+275

= 97,563 + y‘3
= (97,563 + 2,813) m
= 100,033 m

c). MENENTUKAN ELEVASI DI SETIAP STA

(STA 0+225, 0+250, 0+300 DAN STA 0+325)
(-) KETINGGIAN TANAH ASLI DI STA 0+225 →(X= 25 m)
= (100 – 7% . 25) m
= 98,25 m
KETINGGIAN AS JALAN = 98,25 + y‘1
= 98,25 + 0,315
= 98,56 m

(-) KETINGGIAN TANAH ASLI DI STA 0+250

= (100 – 7% . 50) m
= 96,5 m
KETINGGIAN AS JALAN = 96,5 + y‘2
= 96,5 + 1,25
= 97,75 m

(-) KETINGGIAN TANAH ASLI DI STA 0+300

(TERLETAK DI SEBELAH KANAN TITIK TERENDAH, DI CARI DARI TITIK
TERENDAH).
KETINGGIAN TANAH ASLI = 97,563 + 8% . 25
= 99,563 m
KETINGGIAN AS JALAN = 99,563 + y‘4
= 99,563 + 1,25
= 100,813 m

(-) KETINGGIAN TANAH ASLI DI STA 0+325

= 99,563 + 8% . 50
= 103,563 m
KETINGGIAN AS JALAN = 103,563 + y‘5
= 103,563 + 0,316
= 103,875 m