Journal Reading - Rani Salsabilla (H1A321072) Dan Nurmujahida (H1A321083)
Journal Reading - Rani Salsabilla (H1A321072) Dan Nurmujahida (H1A321083)
Abstrak
Abstrak
01
Konteks pandemi COVID-19 yang berkembang pesat mengharuskan adanya modifikasi mendalam terhadap
penyediaan layanan perawatan kesehatan dengan skala global. Persyaratan karantina wilayah (lockdown) dan
isolasi sosial yang bersamaan memiliki konsekuensi yang nyata bagi individu yang berisiko mengalami
kekerasan. Efek riak pandemi ini telah diamati secara global. Sangat penting bahwa unit medis forensik
klinis terus memberikan pelayanan yang berkualitas dan tepat waktu kepada mereka yang terkena dampak
kekerasan interpersonal. Oleh karena itu, prosedur di bidang ini harus diubah seiring dengan adanya kasus
COVID-19 dan pengetahuan tentang penyakitnya yang berubah setiap waktu. Pengalaman melakukan
pemeriksaan forensik penyerangan seksual terhadap pasien yang diduga dan dikonfirmasi positif COVID-19
(S/COVID-19) di hot zone rumah sakit ditampilkan, dan masalah forensik tambahan khusus untuk konteks
COVID-19 yang muncul juga dibahas..
Kata Kunci : S/COVID-19, penyerangan seksual, kekerasan interpersonal, kedokteran forensik, pemeriksaan
medis forensik, hot zone.
02
02
Pendahulua
n
Layanan forensik klinis dan tanggapan COVID‑19
Di Victoria, layanan medis forensik dewasa di seluruh negara bagian dilakukan oleh Departemen
Kedokteran Forensik Klinis di Institut Kedokteran Forensik yang beroperasi di bawah Departemen 02
Kehakiman dan Keamanan Masyarakat. Polisi merujuk kasus medis forensik akut (serangan fisik,
kekerasan seksual dan menilai kompetensi seseorang untuk diadili (fitness for interview) ke
praktisi forensik klinis on-call (clinical forensic practitioner/CFP) untuk melakukan pemeriksaan
penyerangan seksual di wilayah metropolitan dan regional Victoria di unit perawatan krisis rumah
sakit yang ditunjuk dan pusat multidisiplin (multidisciplinary centers/MDC)
Di Melbourne, tim kecil CFP melakukan pemeriksaan medis forensik yang bekerja sama dengan
advokat Center Against Sexual Assault (CASA), yang memberikan dukungan kepada pasien selama
pemeriksaan forensik, serta konseling dan perawatan setelahnya.
Layanan forensik klinis dan tanggapan COVID‑19
02
Pada tahap awal pandemi COVID-19, secara inisiatif diperkenalkan oleh tim klinis untuk mengurangi
jumlah tempat yang dikunjungi oleh CFP untuk pemeriksaan kekerasan seksual menjadi hanya tiga
lokasi yang sesuai secara geografis (dua rumah sakit dan pusat multidisiplin).
Tujuan pengurangan lokasi adalah untuk meminimalkan potensi penyebaran COVID-19 ke lokasi
rumah sakit akibat pergerakan CFP. Ini juga memungkinkan tim klinis untuk memusatkan perhatian
mereka pada protokol lokal yang berkembang pesat dari sejumlah kecil tempat pemeriksaan ketika
departemen darurat direstrukturisasi untuk membuat zona COVID-19 yang ditentukan.
COVID‑19 dan Pengalaman kekerasan: The Ripple Effect
Secara global, kekhawatiran telah dikemukakan Dikarenakan situasi COVID-19 pada 20 Maret 2020,
tentang efek compounding dari pandemi, pada mereka keadaan darurat diumumkan di Australia, dimana turis
yang rentan terhadap kekerasan, khususnya perempuan luar negeri wajib melakukan karantina wajib terjadi 02
dan anak-anak, yang hidup dalam kondisi lockdown; penurunan jumlah kasus baru COVID-19 dan penurunan
UN Women menggambarkan fenomena ini sebagai awal rujukan kasus kekerasan seksual akut.
"pandemi bayangan".
Mereka Ketakutan untuk melaporkan kekerasan karena Seiring bertambahnya waktu dan pembatasan dicabut
mereka mengasingkan diri di dalam rumah mereka, beban kasus pemeriksaan medis forensic pun mulai
seringkali di hadapan pelaku. meningkat
Diskusi
Diskusi
Hot zone COVID-19 departemen darurat yang ditunjuk merupakan lingkungan yang asing dan bising.
Semua petugas kesehatan akan menggunakan alat pelindung diri termasuk masker dan pelindung wajah,
serta mematuhi jarak fisik jika memungkinkan. Semua tindakan ini dapat dianggap sebagai pengalaman
yang tidak manusiawi. 03
Pasien mungkin tidak memiliki kesempatan untuk bertemu tatap muka dengan polisi dan penasihat konselor
penyerangan seksual yang biasanya disediakan. Mereka mungkin menganggap permintaan untuk
mengungkapkan rincian dugaan penyerangan seksual mereka melalui telepon atau konferensi video sebagai
konfrontasi. Pasien mungkin telah diisolasi sebelum, atau setelah insiden, dan mungkin tidak memiliki
sarana untuk mencari koneksi dengan jaringan pendukung mereka yang biasa. Selain itu, mereka mungkin
berada di lingkungan bersama, dengan batasan privasi. Tantangan-tantangan ini dapat ditambah untuk pasien
dengan kebutuhan khusus yaitu gangguan pendengaran, kondisi kejiwaan, gangguan kognitif dan orang-
orang yang membutuhkan juru bahasa.
Pengalaman pasien selama COVID‑19:
Pertimbangan tambahan
Dalam skenario ini, CFP harus lebih berempati dan berusaha membangun hubungan 03
baik dan hubungan manusiawi yang otentik dalam batasan interaksi mereka dalam
konteks hot zone COVID-19. Menyadari masalah ini, unit kami telah memperkenalkan
penggunaan stiker sekali pakai (10 × 7 cm) dengan nama dokter dan pas foto, untuk
dikenakan di bagian luar gaun APD.
Menetapkan modifikasi protokol yang relevan secara lokal: Pendekatan
kolaboratif
Sangat penting bahwa penyimpangan terkait pandemi COVID-19 dari protokol forensik rutin
didokumentasikan dengan jelas. Ini penting untuk proses pengadilan di masa depan, untuk memastikan bukti
forensik yang diperoleh dalam konteks COVID-19 dipegang dengan standar kualitas yang diterima untuk
menjamin diterimanya sistem peradilan pidana. Pedoman yang diterbitkan sebagian besar menyediakan
situasi ideal yang terkendali di mana pasien positif COVID-19 dapat menghadiri suite pemeriksaan
penyerangan seksual yang ditunjuk atau diisolasi di kamar pribadi. Protokol yang dimodifikasi saat ini 03
mendukung konsultasi telehealth atau telepon dengan pasien sebelum pemeriksaan fisik dan pengumpulan
sampel forensik untuk meminimalkan waktu tatap muka praktisi.
Demikian pula, dalam pemeriksaan yang dilakukan, seorang praktisi menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah proses prosedur forensik, memperoleh persetujuan lisan, dan melakukan anamnesis melalui telepon.
Konsultasi telepon, meskipun praktis dalam hal mengurangi waktu praktisi di hot zone dan paparan virus,
membatasi isyarat visual dan pengembangan hubungan tatap muka. Langkah pengembangan hubungan ini
biasanya dianggap mendasar ketika melakukan pemeriksaan intrusif pada pasien trauma dan keterbatasan ini
memerlukan pengakuan dan penyesuaian oleh praktisi.
Menetapkan modifikasi protokol yang relevan secara lokal: Pendekatan
kolaboratif
Keterbatasan untuk melalukan anamnesis melalui telepon yang telah ditemui dalam kasus tersebut meliputi:
1. hot zone sering merupakan pengaturan bangsal terbuka dengan penghalang dinding di setiap sisi
pasien dengan hanya tirai yang memisahkan mereka dari lorong-lorong yang sibuk; kebisingan
dan aktivitas latar belakang yang konstan; 03
2. penerimaan telepon yang buruk;
3. volume bicara pasien yang buruk karena sakit tenggorokan dan suara serak.
Semua keterbatasan ini membutuhkan dokumentasi kontemporer. Bahkan jika suite pemeriksaan
penyerangan seksual forensik khusus tersedia untuk digunakan dengan APD yang memadai dan tindakan
pencegahan lingkungan di tempat, pasien mungkin terlalu tidak sehat untuk dipindahkan ke pengaturan itu,
atau pemindahan mungkin tidak dianggap layak atau aman dalam kasus positif COVID-19 pasien
simptomatik.
Menetapkan modifikasi protokol yang relevan secara lokal: Pendekatan
kolaboratif
03
Tabel 1.1 Pertimbangan untuk pemeriksaan medis forensik di hot zone COVID-19
Menetapkan modifikasi protokol yang relevan secara lokal: Pendekatan
kolaboratif
03
Tabel 1.2 Pertimbangan untuk pemeriksaan medis forensik di hot zone COVID-19
Menetapkan modifikasi protokol yang relevan secara lokal: Pendekatan
kolaboratif
Semua alat pemeriksaan forensik di kota metropolitan Melbourne dan kawasan Victoria kini ditandai dengan
stiker 'risiko COVID-19' berwarna cerah, untuk ditampilkan dengan jelas pada alat pengumpulan sampel
forensik atau tas pakaian pasien saat pemeriksaan suspek COVID-19 atau kasus positif (Gambar 2). Hal ini
mengingatkan polisi dan staf ilmu forensik tentang potensi risiko penanganan bukti dan kebutuhan
penyimpanan dingin spesimen untuk mencegah degradasi DNA agar tidak disegel dalam plastik.
03
Kesejahteraan Praktisi Forensik
Meningkatnya kompleksitas modifikasi praktik biasa dalam perawatan kesehatan ada di mana-mana di
semua bidang layanan yang dihadapi pasien dalam konteks pandemi COVID-19. Modifikasi ini termasuk 03
penilaian risiko tambahan pada triase, peningkatan keterampilan APD yang cepat, dan protokol modifikasi
yang dilatih dengan baik. Nilai dari pembekalan praktisi setelah pemeriksaan dalam konteks ini mungkin
lebih penting dari sebelumnya.
Selain itu, harus ada pertimbangan terkait potensi pengurangan tingkat staf perawatan kesehatan. Untuk
alasan ini, layanan kami telah membatasi pemeriksaan forensik positif COVID-19 pada shift siang dan
malam dan tanya jawab formal antara dokter dilakukan pada hari berikutnya pada pertemuan serah terima
video.
04
Kesimpulan 04
Kesimpulan
Bahkan dalam situasi pandemi global, penyerangan seksual dan
kekerasan interpersonal masih terjadi dan kemungkinan akan meningkat
dalam konteks “pandemi bayangan”. Sangat penting bahwa layanan
medis forensik dengan cepat mengembangkan proses standar mereka
dalam konteks pandemi COVID-19.
Point
Penting 05
Point Penting
1 Bahkan dalam konteks pandemi COVID-19, sangat penting bagi praktisi medis forensik untuk
terus memberikan layanan yang berkualitas dan tepat waktu kepada mereka yang terkena
dampak penyerangan seksual dan interpersonal.
2 Sangat penting bahwa layanan medis forensik memodifikasi prosedur untuk mencapai
keseimbangan antara pemeliharaan integritas sampel forensik, pencegahan kontaminasi virus 05
pada spesimen, dan menjaga keselamatan praktisi.
3 Protokol yang dimodifikasi untuk pemeriksaan penyerangan seksual di hot zone COVID-19
disajikan.
06
Kelebihan
&
Kekuranga
n
06
Kelebihan & Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
1. Penambahan tabel dan gambar pada jurnal 1. Abstrak dari jurnal ini kurang
ini mudah dimengerti dan sangat menggambarkan isi jurnal dengan baik
membantu memahami isi jurnal dengan 2. Terdapat tata bahasa yang digunakan dalam
baik jurnal cukup sulit untuk dipahami oleh
2. Sumber yang digunakan dalam penelitian pembaca dan terdapat beberapa istilah-istilah
ini sangat variatif dan memiliki tahun yang tidak umum
terbit kurang dari 2 tahun dari pustaka ini 3. Pembahasan dalam jurnal ini terkait
diterbitkan pengurangan jumlah tempat yang dikunjungi
oleh praktis klinis forensik untuk
pemeriksaan kekerasan seksual menjadi
hanya tiga lokasi yang sesuai secara geografis
sulit diterapkan di Indonesia karena
06
keterbatasan khususnya tenaga spesialis
kedokteran forensik
Terima
Kasih
Daftar Pustaka
Rowse,J., Cunningham, M., Parkin, J. A. 2020. Sexual assault examination and COVID‑19: risk
reduction strategies in conducting forensic medical examinations of a suspected or confirmed
COVID‑19 positive patient in Melbourne hospital hot zones . Forensic Science, Medicine and
Pathology. Available at : https://doi.org/10.1007/s12024-020-00319-z