Journal Reading - Rani Salsabilla (H1A3210721) Dan Nurmujahida (H1A321083)
Journal Reading - Rani Salsabilla (H1A3210721) Dan Nurmujahida (H1A321083)
Oleh
Rani Salsabilla (H1A321072)
Nurmujahida (H1A321083)
Pembimbing
dr. Arfi Syamsun, Sp.KF., M.Si.Med.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Journal Reading pada waktunya.
Journal Reading yang berjudul “Sexual assault examination and COVID-19: risk
reduction strategies in conducting forensic medical examinations of a suspected or
confirmed COVID-19 positive patient in Melbourne hospital hot zones” ini disusun
dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Ilmu Forensik dan
Medikolegal RSUD Provinsi NTB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis. Serta terima kasih kepada dr. Arfi Syamsun, Sp.KF, M.Si.Med selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan masukan sehingga tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa journal reading ini jauh dari kata sempurna sehingga
sebagai penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan pada
journal reading ini. Penulis mengharapkan agar para pembaca memberikan kritikan
dan saran yang membangun serta mengambil manfaat dari journal reading ini.
Semoga journal reading ini dapat berguna dan membantu untuk memahami terkait
“Sexual assault examination and COVID-19: risk reduction strategies in conducting
forensic medical examinations of a suspected or confirmed COVID-19 positive patient
in Melbourne hospital hot zones”. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
IDENTITAS JURNAL
Judul : Sexual assault examination and COVID-19: risk reduction strategies
in conducting forensic medical examinations of a suspected or
confirmed COVID-19 positive patient in Melbourne hospital hot
zones
Penulis : Rowse,J., Cunningham, M., dan Parkin, J. A.
Penerbit : Forensic Science, Medicine and Pathology
Tahun Terbit : 2020
Jumlah Halaman : 7 Halaman
ABSTRAK
Konteks pandemi COVID-19 yang berkembang pesat mengharuskan adanya
modifikasi mendalam terhadap penyediaan layanan perawatan kesehatan dengan skala
global. Persyaratan karantina wilayah (lockdown) dan isolasi sosial yang bersamaan
memiliki konsekuensi yang nyata bagi individu yang berisiko mengalami kekerasan.
Efek riak pandemi ini telah diamati secara global. Sangat penting bahwa unit medis
forensik klinis terus memberikan pelayanan yang berkualitas dan tepat waktu kepada
mereka yang terkena dampak kekerasan interpersonal. Oleh karena itu, prosedur di
bidang ini harus diubah seiring dengan adanya kasus COVID-19 dan pengetahuan
tentang penyakitnya yang berubah setiap waktu. Pengalaman melakukan pemeriksaan
forensik penyerangan seksual terhadap pasien yang diduga dan dikonfirmasi positif
COVID-19 (S/COVID-19) di hot zone rumah sakit ditampilkan, dan masalah forensik
tambahan khusus untuk konteks COVID-19 yang muncul juga dibahas.
Kata Kunci : S/COVID-19, penyerangan seksual, kekerasan interpersonal,
kedokteran forensik, pemeriksaan medis forensik, hot zone.
Layanan forensik klinis dan tanggapan COVID-19
Di Australia, struktur layanan medis forensik klinis bervariasi tergantung pada
yurisdiksi lokal. Di Victoria, layanan medis forensik dewasa di seluruh negara bagian
dilakukan oleh Departemen Kedokteran Forensik Klinis di Institut Kedokteran
Forensik Victoria, yang beroperasi di bawah Departemen Kehakiman dan Keamanan
Masyarakat. Polisi merujuk kasus medis forensik akut (serangan fisik, kekerasan
seksual dan menilai kompetensi seseorang untuk diadili (fitness for interview) ke
praktisi forensik klinis on-call (clinical forensic practitioner/CFP). CFP melakukan
pemeriksaan penyerangan seksual di wilayah metropolitan dan regional Victoria di
unit perawatan krisis rumah sakit yang ditunjuk dan pusat multidisiplin
(multidisciplinary centers/MDC) dan, bila diperlukan, di unit gawat darurat, unit
perawatan intensif, fasilitas rawat inap psikiatri, dan panti jompo.
Di Melbourne, tim kecil CFP melakukan pemeriksaan medis forensik di lima
unit perawatan krisis berbasis rumah sakit yang tersebar secara geografis (semuanya
terkait erat dengan departemen darurat) dan di pusat multidisiplin di melbourne
tenggara. Pemeriksaan dilakukan bekerja sama dengan advokat Center Against Sexual
Assault (CASA), yang memberikan dukungan kepada pasien selama pemeriksaan
forensik, serta konseling dan perawatan setelahnya. Akibatnya, ada pergerakan CFP
yang cukup besar antara enam lokasi pemeriksaan medis forensik Melbourne.
Pergerakan CFP semakin diperumit dengan seringnya perjalanan antar kantor
polisi untuk memeriksa tersangka pelaku dan pengadu serangan fisik, menjamin
pemeriksaan medis forensik, fotografi, dan/atau pengumpulan sampel biologis. CFP
juga secara rutin diminta untuk ke unit gawat darurat rumah sakit, bangsal rawat inap
atau unit perawatan intensif untuk memeriksa pasien dengan cedera.
Pada tahap awal pandemi COVID-19, secara inisiatif diperkenalkan oleh tim
klinis untuk mengurangi jumlah tempat yang dikunjungi oleh CFP untuk pemeriksaan
kekerasan seksual menjadi hanya tiga lokasi yang sesuai secara geografis (dua rumah
sakit dan pusat multidisiplin). Tujuan pengurangan lokasi adalah untuk
meminimalkan potensi penyebaran COVID-19 ke lokasi rumah sakit akibat
pergerakan CFP. Ini juga memungkinkan tim klinis untuk memusatkan perhatian
mereka pada protokol lokal yang berkembang pesat dari sejumlah kecil tempat
pemeriksaan ketika departemen darurat direstrukturisasi untuk membuat zona
COVID-19 yang ditentukan.
COVID-19 dan pengalaman kekerasan: Efek riak
Secara global, kekhawatiran telah dikemukakan tentang efek compounding
dari pandemi, pada mereka yang rentan terhadap kekerasan, khususnya perempuan
dan anak-anak, yang hidup dalam kondisi lockdown; UN Women menggambarkan
fenomena ini sebagai "pandemi bayangan". Ada ketakutan mengenai kemampuan
pelapor untuk melaporkan kekerasan karena mereka mengasingkan diri di dalam
rumah mereka, seringkali di hadapan pelaku. Survei online Institut Kriminologi
Australia baru-baru ini terhadap 15.000 wanita Australia menunjukkan fase awal
pandemi COVID-19 bertepatan dengan timbulnya kekerasan dalam rumah tangga
bagi banyak wanita. Pada sepertiga responden yang melaporkan mengalami kekerasan
fisik atau seksual selama waktu itu, ini adalah pertama kalinya pasangan mereka
melakukan kekerasan terhadap mereka.
Dikarenakan situasi COVID-19 bervariasi antar yurisdiksi dan berkembang
pesat tergantung pada jumlah kasus dan pembatasan pemerintah, tidak mungkin untuk
memprediksi efek berkelanjutan pada beban kasus pemeriksaan medis forensik. Pada
16 Maret 2020, keadaan darurat diumumkan di Victoria. Pada saat ini, turis luar
negeri yang kembali mewakili sebagian besar kasus COVID-19 dan tindakan
karantina wajib diperkenalkan. Australia menutup perbatasannya untuk yang bukan
warga negara pada 20 Maret 2020. Pembatasan lebih lanjut diberlakukan dan pada 31
Maret 2020 ada tren penurunan jumlah kasus baru COVID-19. Pada saat ini, turis luar
negeri yang kembali mewakili 58,5% (536 kasus) dari total 917 kasus COVID-19
yang dikonfirmasi di Victoria. Selama fase ini unit kami mengalami penurunan awal
rujukan kasus kekerasan seksual akut. Seiring berjalannya waktu dan pembatasan
dicabut, beban kasus pemeriksaan medis forensik mulai meningkat.
Menyusul pencabutan pembatasan di Victoria, pada akhir Juni jumlah kasus
COVID-19 yang didapat dari komunitas meningkat, dan dari 8.700 kasus baru antara
1 Juli dan 1 Agustus, hanya 21 yang didapat pada turis luar negeri yang kembali.
Pembatasan tahap 3 diperkenalkan kembali di metropolitan Melbourne dan salah satu
wilayah regional pada awal Juli 2020, dan perbatasan antar negara bagian ditutup ke
Victoria. Pada awal Agustus, pembatasan Tahap 4 diterapkan, termasuk perintah
untuk tinggal di rumah dan jam malam.
Peningkatan jumlah kasus COVID-19 di Melbourne mengharuskan
pengembangan protokol oleh tim klinis untuk mengantisipasi pemeriksaan pasien
yang diduga atau dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 (pasien S/COVID-19) di hot
zone rumah sakit.
Diskusi
Bahkan di area hot zone COVID-19, prinsip minimalisasi kontaminasi DNA
sangat penting untuk mencegah transfer materi DNA yang tidak disengaja. Prinsip
pemeriksaan penyerangan seksual standar, di mana sumber kontaminasi DNA
diminimalkan dari pemeriksa, permukaan pemeriksaan, dan orang lain di dalam
ruangan, harus dipatuhi pada setiap langkahnya. Demikian pula, langkah-langkah
yang biasanya diambil untuk menjaga integritas lacak balak juga harus diikuti
(Gambar 1).
Tabel 1.1 Pertimbangan untuk pemeriksaan medis forensik di hot zone COVID-19
Tabel 1.2 Pertimbangan untuk pemeriksaan medis forensik di hot zone COVID-19
Semua alat pemeriksaan forensik di kota metropolitan Melbourne dan
kawasan Victoria kini ditandai dengan stiker 'risiko COVID-19' berwarna cerah,
untuk ditampilkan dengan jelas pada alat pengumpulan sampel forensik atau tas
pakaian pasien saat pemeriksaan suspek COVID-19 atau kasus positif (Gambar 2).
Hal ini mengingatkan polisi dan staf ilmu forensik tentang potensi risiko penanganan
bukti dan kebutuhan penyimpanan dingin spesimen untuk mencegah degradasi DNA
agar tidak disegel dalam plastik.
Gambar 2. Kit pemeriksaan medis forensik, termasuk kotak karton luar (yang
terkontaminasi dan dibuang di bagian doffing), kotak karton kecil bagian dalam (wadah untuk
sampel forensik, tetap terlindung dari permukaan di zona panas), kantong plastik bening besar
untuk menempatkan kotak yang lebih kecil di akhir pemeriksaan, dan stiker kasus COVID-
19. Satu bungkus sachet pengering, spekulum, penyeka forensik dan segel keamanan bukti
kerusakan juga digambarkan.
Poin-poin penting
1. Bahkan dalam konteks pandemi COVID-19, sangat penting bagi praktisi medis
forensik untuk terus memberikan layanan yang berkualitas dan tepat waktu kepada
mereka yang terkena dampak penyerangan seksual dan interpersonal.
2. Sangat penting bahwa layanan medis forensik memodifikasi prosedur untuk
mencapai keseimbangan antara pemeliharaan integritas sampel forensik,
pencegahan kontaminasi virus pada spesimen, dan menjaga keselamatan praktisi.
3. Protokol yang dimodifikasi untuk pemeriksaan penyerangan seksual di hot zone
COVID-19 disajikan.
Analisis Jurnal
Kelebihan
1. Penambahan tabel dan gambar pada jurnal ini mudah dimengerti dan sangat
membantu memahami isi jurnal dengan baik
2. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini sangat variatif dan memiliki tahun
terbit kurang dari 2 tahun dari pustaka ini diterbitkan
Kekurangan
1. Abstrak dari jurnal ini kurang menggambarkan isi jurnal dengan baik
2. Terdapat tata bahasa yang digunakan dalam jurnal cukup sulit untuk dipahami
oleh pembaca dan terdapat beberapa istilah-istilah yang tidak umum
3. Pembahasan dalam jurnal ini terkait pengurangan jumlah tempat yang dikunjungi
oleh praktis klinis forensik untuk pemeriksaan kekerasan seksual menjadi hanya
tiga lokasi yang sesuai secara geografis sulit diterapkan di Indonesia karena
keterbatasan khususnya tenaga spesialis kedokteran forensik
DAFTAR PUSTAKA
Rowse,J., Cunningham, M., Parkin, J. A. 2020. Sexual assault examination and COVID-19:
risk reduction strategies in conducting forensic medical examinations of a suspected
or confirmed COVID-19 positive patient in Melbourne hospital hot zones. Forensic
Science, Medicine and Pathology. Available at : https://doi.org/10.1007/s12024-020-
00319-z