Anda di halaman 1dari 51

DOSIS OBAT

MARIA ULFA
DOSIS
• jumlah obat yang diberikan kepada pasien yang
Dosis dapat menimbulkan efek

• jumlah minimum obat yang masih dapat


Dosis minimum memberikan efek.

• jumlah obat yang sering digunakan dan


Dosis lazim merupakan dosis terapi.

• jumlah obat yang diberikan yang dapat


Dosis toksik menimbulkan efek toksis

• jumlah obat yang bila diberikan dapat


Dosis letal menimbulkan kematian

Dosis • jumlah maksimum obat yang dapat diberikan


maksimum tanpa menimbulkan efek toksik
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DOSIS

Usia

Bobot badan

Luas permukaan badan

Jenis kelamin

Beratnya penyakit
(PEDIATRIK)

 Pada anak-anak atau bayi yang baru lahir, kepekaanya terhadap


obat sangatlah besar hal ini disebabkan karena fungsi hati dan
ginjalnya belum sempurna, begitu pula system enzim belum
berkembang dengan lengkap.

 Parameter-parameteryang membedakan respon tubuh terhadap


obat pada anak-anak adalah :
 Pola ADME (Absorpsi, Distribusi, metabolisme dan Ekskresi)
 Perbedaan absorpsi oleh karena perbedaan relative dari kepadatan sel.
 Perbedaan distribusi oleh karena persentase cairan ekstraseluler dan cairan tubuh total

relative lebih tinggi.


 Perbedaan ekskresi oleh karena glomerulus atau tubuli belum berkembang sempurna.

 Sensitifitas
intriksik yang berlainan terhadap bahan obat.
 Redistribusi dari zat-zat endogen.
Pertimbangan
Pengaturan Dosis
ORANG TUA (GERIATRIK)
 Usia lanjut atau orang tua dengan usia diatas 65 tahun, juga
memiliki kepekaan terhadap obat, hal ini disebabkan karena :
 Sirkulasidarah yang kurang lancar.
 Fungsi hati dan ginjal telah mengalami penurunan, sehingga eliminasi
obat menjadi sangat lambat.
 Kurangnya albumin darah sehingga pengikatan obat berkurang yang
menyebabkan banyaknya obat bebas dan akibatnya dapat
menimbulkan keracunan akibat over dosis.

Pertimbangan
Pengaturan Dosis
ORANG TUA (GERIATRIK)
 Karena besarnya kepekaan obat pada orang tua, beberapa literature
menganjurkan dosis untuk orang tua adalah sebagai berikut :
 65 -74 tahun dosis biasa – 10%
 75 – 84 tahun dosis biasa – 20%
 Diatas 85 tahun dosis biasa – 30%

 Dalam FI ed III, DM diatur untuk dewasa berumur 20 – 60 tahun


dengan bobot 58 – 60 kg.
 Untuk pasien geriatrik, dosis lebih kecil dengan aturan:

–60 – 70 tahun : 4/5


–70 – 80 tahun : ¾
–80 – 90 tahun : 2/3
–90 tahun ke atas : 1/2
PERSAMAAN UNTUK MENGHITUNG
DOSIS MAKSIMAL UNTUK ANAK
Dalam literature biasanya yang tercantum hanyalah DM
untuk orang dewasa sedangkan anak-anak tidak.

–Usia –Bobot

–Luas permukaan
tubuh
PERHITUNGAN DM
BERDASARKAN USIA

Maka perlu untuk menghitung DM. yang digunakan


biasanya adalah:
1. Rumus Fred untuk bayi hingga 1 thn dan
2. Rumus Dilling anak 8 thn hingga 12 thn serta
3. Rumus Young untuk diatas 1 tahun hingga 8 thn
4. Rumus Cowling
RUMUS FRED
Untuk Bayi dibawah 1 tahun dr. Afifah Amin
NSIP:
Rumah/Praktek : Jl. Somba opu perm.
Amaliah H1.35
DM
Gowa, 20 Maret 2014

R/ Phenobarbital 10 mg
 DM Phenobarbital = 300 Lactosum qs
mg /600 mg m.f pulv d.td No X
 300 mg adalah dosis maksimal t t d d pulv I
sekali minum
 600 mg adalah dosis maksimal
dalam sehari

Pro : Puji (9 bulan)


 Perhitungan Dosis untuk anak umur 9 bulan
 Dosis yang dibutuhkan adalah:

 Sekali 300 mg = 18 mg

 Sehari
600 mg = 36 mg

 Jadi pengujian rasionalnya


 Sekali 10 mg < 18 mg artinya tidak Over Dosis
 Sehari 3 x 10 mg = 30 mg < 36 mg artinya tidak Over Dosis
RUMUS YOUNG
Untuk Anak-anak di bawah 8 tahun dr. Afifah Amin
NSIP:
Rumah/Praktek : Jl. Somba opu perm.
DM Amaliah H1.35

Gowa, 20 Maret 2014

 DM Phenobarbital = 300 R/ Phenobarbital 60 mg


mg /600 mg Lactosum qs
 300 mg adalah dosis maksimal m.f pulv dtd No X
t t d d pulv I
sekali minum
 600 mg adalah dosis maksimal
dalam sehari

Pro : Airah ( 5 tahun)


 Perhitungan Dosis untuk anak umur 5 tahun
 Dosis yang dibutuhkan adalah:

 Sekali 300 mg = 88,2 mg

 Sehari
600 mg = 176,4 mg

 Jadi pengujian rasionalnya


 Sekali 60 mg < 88,2 mg artinya tidak Over Dosis
 Sehari 3 x 60 mg = 180 mg > 176,4 mg artinya Over Dosis
RUMUS DILLING
Untuk Anak-anak di atas 8 tahun dr. Afifah Amin
NSIP:
Rumah/Praktek : Jl. Somba opu perm.
DM Amaliah H1.35

Gowa, 20 Maret 2014

 DM Phenobarbital = 300 R/ Phenobarbital 100 mg


mg /600 mg Lactosum qs
 300 mg adalah dosis maksimal m.f pulv dtd No X
t t d d pulv I
sekali minum
 600 mg adalah dosis maksimal
dalam sehari

Pro : Susi ( 9 tahun)


 Perhitungan Dosis untuk anak umur 9 tahun
 Dosis yang dibutuhkan adalah:

 Sekali 300 mg = 135 mg

 Sehari
600 mg = 270 mg

 Jadi pengujian rasionalnya


 Sekali 100 mg < 135 mg artinya tidak Over Dosis
 Sehari 3 x 100 mg = 300 mg > 270 mg artinya Over Dosis
RUMUS COWLING
  N = umur dalam satuan tahun yang dr. Afifah Amin
NSIP:
digenapkan keatas.
Rumah/Praktek : Jl. Somba opu perm.
Amaliah H1.35

DM Gowa, 20 Maret 2014

 DM Phenobarbital = 300 R/ Phenobarbital 200 mg


mg /600 mg Lactosum qs
 300 mg adalah dosis maksimal m.f pulv dtd No X
t t d d pulv I
sekali minum
 600 mg adalah dosis maksimal
dalam sehari

Pro : Reza ( 12 tahun 5 bulan)


 Perhitungan Dosis untuk anak umur 13 tahun
 Dosis yang dibutuhkan adalah:

 Sekali 300 mg = 175 mg

 Sehari
600 mg = 350 mg

 Jadi pengujian rasionalnya


 Sekali 200 mg > 175 mg artinya Over Dosis
 Sehari 3 x 200 mg = 600 mg > 350 mg artinya Over Dosis
RUMUS GAUBIUS

•Rumus:
0 – 1 tahun : 1/12
1 – 2 tahun : 1/8
2 – 3 tahun : 1/6
3 – 4 tahun : ¼
4 – 7 tahun : 1/3
7 – 14 tahun : ½
14 – 21 tahun : 2/3
21 – 60 tahun : dosis dewasa
PERHITUNGAN DM
BERDASARKAN BOBOT
 Dosis lazim obat umumnya dianggap sesuai untuk
individu berbobot 70 kg (154 pon)
 Rasio antara jumlah obat yang diberikan dan ukuran
tubuh mempengaruhi konsentrasi obat di tempat
kerjanya
 Oleh karena itu, dosis obat mungkin perlu disesuaikan
dari dosis lazim untuk pasien kurus atau gemuk yang
tidak normal
 Persamaan: Rumus Clark (AS), Thremic-Fier(Jerman)
dan Black(Belanda)
RUMUS CLARK (AMERIKA)
Berdasarkan bobot badan dalam satuan dr. Afifah Amin
pon (1 kg = 2,2 pon) NSIP:
Rumah/Praktek : Jl. Somba opu perm.
Amaliah H1.35

DM Gowa, 20 Maret 2014

 DM Phenobarbital = 300 R/ Phenobarbital 150 mg


mg /600 mg Lactosum qs
 300 mg adalah dosis maksimal m.f pulv dtd No X
t t d d pulv I
sekali minum
 600 mg adalah dosis maksimal
dalam sehari

Pro : Pipit ( 40 kg)


 Perhitungan Dosis untuk anak bobot badan 40 kg
 Dosis yang dibutuhkan adalah:

 Sekali 300 mg = 176 mg

 Sehari
600 mg = 352 mg

 Jadi pengujian rasionalnya


 Sekali 150 mg < 176 mg artinya tidak Over Dosis
 Sehari 3 x 150 mg = 450 mg > 350 mg artinya Over Dosis
RUMUS THREMICH-FIER
(JERMAN)
Berdasarkan bobot badan dalam (dalam dr. Afifah Amin
kg) NSIP:
Rumah/Praktek : Jl. Somba opu perm.
Amaliah H1.35

DM Gowa, 20 Maret 2014

 DM Phenobarbital = 300 R/ Phenobarbital 150 mg


mg /600 mg Lactosum qs
 300 mg adalah dosis maksimal m.f pulv dtd No X
t t d d pulv I
sekali minum
 600 mg adalah dosis maksimal
dalam sehari

Pro : Pipit ( 40 kg)


 Perhitungan Dosis untuk anak bobot badan 40 kg
 Dosis yang dibutuhkan adalah:

 Sekali 300 mg = 171,4 mg

 Sehari
600 mg = 352,8 mg

 Jadi pengujian rasionalnya


 Sekali 150 mg < 171,4 mg artinya tidak Over Dosis
 Sehari 3 x 150 mg = 450 mg > 352,8 mg artinya Over Dosis
RUMUS BLACK (BELANDA)
Berdasarkan bobot badan dalam (dalam dr. Afifah Amin
kg) NSIP:
Rumah/Praktek : Jl. Somba opu perm.
Amaliah H1.35

DM Gowa, 20 Maret 2014

 DM Phenobarbital = 300 R/ Phenobarbital 150 mg


mg /600 mg Lactosum qs
 300 mg adalah dosis maksimal m.f pulv dtd No X
t t d d pulv I
sekali minum
 600 mg adalah dosis maksimal
dalam sehari

Pro : Pipit ( 40 kg)


 Perhitungan Dosis untuk anak bobot badan 40 kg
 Dosis yang dibutuhkan adalah:

 Sekali 300 mg = 193,5 mg

 Sehari
600 mg = 387 mg

 Jadi pengujian rasionalnya


 Sekali 150 mg < 193,5 mg artinya tidak Over Dosis
 Sehari 3 x 150 mg = 450 mg > 387 mg artinya Over Dosis
PERHITUNGAN DM BERDASARKAN
LUAS PERMUKAAN TUBUH
• Disebut juga dengan metode BSA (body surface area)
•Paling akurat karena mempertimbangkan tinggi dan
bobot pasien dengan menggunakan rumus Du Bois
•Terutama digunakan untuk :
–pasien kanker yang menerima kemoterapi
–pasien pediatrik untuk pada semua usia kanak-kanak,
kecuali bayi prematur dan bayi normal yang fungsi hati
dan ginjalnya belum sempurna sehingga memerlukan
penilaian tambahan dalam pengaturan dosis.
Bentuk konversi (dalam ):
 BSA () = {tinggi(cm) x bobot(kg)}/3600

BSA dewasa rata-rata = 1,73 . Beberapa literatur lain menyebut


sekitar 1,75 .
jadi
Dosis untuk anak: x DM
Hubungan Umur dan Bobot dengan %Dosis
Pemakaian
DOSIS BAYI – ANAK
UMUR BOBOT BADAN (kg)
TERHADAP DOSIS DEWASA (%)
Bayi prematur 1,13 2,5 – 5
  1,81 4–8
  2,27 5 – 10
Bayi baru lahir 3,18 12,5
2 bulan 4,54 15
4 bulan 6,35 20
12 bulan 9,98 25
2 tahun   29
3 tahun 14,97 33
4 tahun   37,25
5 tahun   41,5
6 tahun   45,75
7 tahun 22,68 50
8 tahun   53,3
9 tahun   56,6
10 tahun 29,94 60
11 tahun   67,5
12 tahun 35,52 75
14 tahun 45,36 80
16 tahun 54,43 90
BERDASARKAN JAM
FI ed III
–Satu hari dihitung 24 jam sehingga untuk pemakaian sehari
dihitung: 24/n kali pemakaian sehari semalam
–Misalkan, tiap 3 jam, maka pemakaian 24/3 = 8 kali sehari

Van Duin
–Pemakaian sehari dihitung untuk 16 jam, kecuali antibiotik
dihitung sehari semalam 24 jam
DOSIS
KOMBINASI
R/ Atropin sulfas 2,5 mg
Belladona Extractum100 mg
Lactosum qs
m.f pulv No X
s t d d pulv I
Pro : Tn Amir

DM Atropin sulfas = 1 mg / 3 mg
DM Belladona extract = 20 mg / 80 mg
Perhitungan dosis maksimal Atropin sulfas :

Sekali minum 1 / 10 x 2,5 mg = 0,25 mg < 1 mg tidak over


Seharinya 3 x 0,25 mg = 0,75 mg < 3 mg tidak over

Perhitungan dosis maksimal Extrak Belladona


Sekali minum 1 / 10 x 100 mg = 10 mg < 20 mg tidak over
Seharinya 3 x 10 mg = 30 mg < 80 mg tidak over

Karena Atropin sulfas dan Ektrak belladonna mempunyai


khasiat yang sama, sehingga DMnya merupakan kombinasi
yang searah, maka DMnya juga harus dihitung dosis
rangkapnya sehari, dengan rumus sebagai berikut :
DosisA DosisB
 1
DMA DMB

Jadi untuk sekali minum :


 
0.25 10
1

20
 0.25  0.5  0.75  1 tidak over

Untuk Sehari :
 
3 x0.25 3x10
3

80
 0.25  0.375  0.625  1 tidak over
KOMBINASI OBAT

Keberhasilan suatu pengobatan ditentukan bagaimana


dokter menulis resep yang baik dan rasional, ketepatan
apoteker memberikan obat dan kepatuhan penderita
meminum obatnya.

Terkadang dalam suatu pengobatan, khususnya pada


penyakit dengan gejala yang sangat kompleks, tidak dapat
ditangani hanya dengan pemberian satu jenis obat. Oleh
karena itu, dokter sering memberikan suatu pengobatan
dengan menggunakan beberapa obat atau dengan
kombinasi obat.
Suatu resep yang mengandung kombinasi obat maupun yang tidak,
haruslah berdasarkan pada pengobatan yang rasional. Hal ini berarti
langkah-langkah pengobatan haruslah berpedomen pada peresepan yang
rasional yang dikenal dengan istilah 5 T yaitu;
 Tepat indikasi
 Tepat Obat
 Tepat dosis dan cara pemberian
 Tepat bentuk sediaan yang dipilih
 Tepat penderita
PENGENCERAN
YANG PERLU DIPERHATIKAN

 Berat bahan obat yang boleh ditimbang


minimal 50 mg, bila beratnya kurang dari
50 mg maka harus dibuat pengenceran.
 Pengenceran juga berlaku untuk sediaan
tablet/kapsul yang jumlahnya dalam
bentuk pecahan misalnya 0,6 tablet, 1/4
tablet/kapsul juga harus dibuat
pengenceran
MACAM-MACAM BENTUK
PENGENCERAN
1. Pengenceran bahan baku obat dalam bentuk sediaan padat/puyer.
Sebagai contoh:
1. Di dalam resep dibutuhkan Chlorpheniramini maleas 30 mg, karena kadarnya
kurang dari 50 mg maka harus dibuat pengenceran.
Caranya adalah dengan menimbang :
Chlorpheniramini maleas 50 mg + pewarna qs + Lactosum sampai diperoleh
berat 500 mg
Ketiga bahan dicampur dan gerus halus aduk hingga homogen. Dari campuran
itu kita ambil sebanyak = 30 mg x 500 mg = 300 mg
50mg

Batasan jumlah pengenceran yang akan dibuat harus berpegang pada jumlah
pengenceran yang akan diambil. Prinsipnya adalah jumlah pengenceran yang
akan diambil harus merupakan bilangan bulat dan dapat ditimbang karena nilai
hasil pengenceran, bilangannya tidak boleh dibulatkan lagi.
CONTOH 2
2. Dalam suatu resep dibutuhkan 23 mg Chlorpheniramini maleas, bila
diambil tabletnya misalnya tablet yang mengandung 4 mg chlorpheniramini
maleas

sebanyak = x 1 tablet = 5 ¾ tablet. Tablet CTM yang


diambil 5 tablet + 1 tablet untuk pengenceran
 Pengenceran: 1 tablet CTM digerus halus ditambahkan Saccharum lactis
sampai 400 mg. Jumlah pengenceran yang diambil = ¾ tablet x 400 mg =
300 mg.
 Sisanya dibungkus dalam perkamen dan diberi identitas/keterangan yang
menyatakan kadar tablet dalam pengenceran.
 Bila tabletnya sudah berwarna pada pengenceran tidak perlu ditambahkan
pewarna.
 Sisa pengenceran dapat dituliskan sebagai berikut: pengeceran
mengandung CTM dengan kadar 1 tablet CTM dalam 400 mg pengenceran
atau 4 mg CTM/ chlorpheniramini maleas dalam 400 mg pengenceran
MACAM-MACAM BENTUK
PENGENCERAN
2. Pengenceran bahan obat padat dalam cairan.
Dalam pembuatan sediaan obat cair yang didalam komposisinya terdapat bahan obat
padat yang jumlahnya kecil (kurang dari 50 mg), maka obat ini harus diencerkan
dengan menggunakan pembawa/ pelarut yang terdapat dalam komposisi dalam resep
tersebut.
Contoh 1.
R/ Paraffin liq. 5 0 mL
Gummi Arabicum 12,5 mg
Sirup simplex 10 mL
Vanillinum 25 mg
Aethanolum 90% 6 m L
Aqua dest ad 100 mL

 Dalam komposisi resep diatas terdapat Vanillin sebagai corringent odoris yang
beratnya kurang dari 50 mg, sehingga harus dibuat pengenceran dengan pelarutnya
yang terdapat dalam komposisi resep tersebut yaitu etanol 90%. Jumlah volume
pengenceran harus disesuaikan dengan jumlah pelarut yang tersedia.
 Perhitungan pengenceran:
Vanillin ditimbang 50 mg, dilarutkan dalam etanol 90% hingga volume 12 mL.
Hasil pengenceran diambil sebanyak = x 12 mL = 6 mL
Hasil pengenceran 6 mL sudah termasuk etanol 90% yang berasal dari resep
standar.

Contoh 2: Cosylan Sirup dengan komposisi:


R/ Etilmorfin HCl 30 mg
Menthol 50 mg
Alkohol 2 ml
Sirop Thymi ad 100 ml

Karena berat Etilmorfin HCl kurang dari 50 mg, maka dibuat pengencerannya
dengan menggunakan pelarutnya dalam resep Cosylan Sirop Thymi.
Perhitungan :
 Etilmorfin ditimbang 50 mg kemudian dilarutkan dalam Sirop Thymi hingga
volume 10 ml. Larutan diambil sebanyak = 30 mg/ 50 mg x 10 ml = 6 ml.
3. Pengenceran bahan obat cair dalam sediaan cairan.
Larutan zat cair dalam cairan, sebagai contoh adalah etanol 70% yang
merupakan larutan alkoho 95% dalam air. Sebagai contoh akan dibuat
etanol 70% sebanyak 600 ml, dalam laboratorium tersedia etanol 95%,
berapa banyak volume etanol 95% yang harus diambil dan berapa aqua
destillata yang harus ditambahkan untuk membuat etanol 70% tersebut?
Untuk menyelesaikan resep tersebut kita menggunakan rumus :
P1. V1 = P2. V2
P1 = % etanol 70%
P2 = % etanol 95%
V1 = volume etanol 70%
V2 = volume etanol 95%
Penyelesaian :
70% x 500 ml = 95% x V2
V2 = ml -> volume etanol 95% yang harus diukur
Volume air yang ditambahkan = 500 ml - ml = ml
PENGENCERAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN

 Pengenceran zat padat dalam cairan, tetapi sifat zat padat


tersebut sukar larut tanpa bantuan bahan lain sehingga
perlu adanya senyawa lain yang dapat
membantukelarutannya.
 Sebagai contoh membuat larutan Iodium dalam air.
Iodium sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
larutan jenuh Kalium Iodida.
4. Pengenceran zat padat dalam bahan setengah padat
Pengenceran zat aktif dalam bentuk padat didalam bahan setengah padat,
contohnya adalah pengenceran Hydrocortison acetas di dalam sediaan
cream. Prinsipnya sama seperti pengenceran obat dalam puyer.
R/ Triamcinolone acetas 0,1%
Gentamycin sulfas 1%
Mf cream 30
Dibutuhkan:
Triamcinolone acetas = 0,1% x 30.000 mg = 30 mg (berat < 50 mg)
harus dibuat pengenceran dengan menggunakan basis cream.
Pengenceran Triamcinolon acetas: Triamcinolon ditimbang 50 mg + Basis
cream ad 500 mg, diaduk homogen. Kemudian diambil sebanyak = 30
mg/50 mg x 500 mg = 300 mg (mengadung basis cream = 300 mg – 30
mg = 270 mg).
Gentamycin sulfas = 1% x 30 = 300 mg.
Basis Cream = 30 – (300 mg + 30 mg + 270 mg) = 29,400 + 10% -> 32
gram
5. Pengenceran bertingkat ( dalam puyer )
Pengenceran bertingkat dilakukan bila jumlah bahan obatnya sangat kecil, dan akan dicampur
dengan bahan obat lain dan bahan tambahan lainnya. Agar bahan obat tersebut dapat terbagi
rata dalam campurannya, maka perlu dilakukan pengenceran bertingkat.
Saat ini pengenceran bertingkat banyak dilakukan di industri farmasi yang memproduksi
tablet dengan kadar zat aktif yang sangat kecil. Contoh Digoxin tablet yang mengandung
Digoxin 0,25 mg. Pengenceran bertingkat harus dilakukan agar kadar zat aktif yang
jumlahnya sangat kecil dapat terbagi rata dalam masa tablet yang jumlahnya besar. Sehingga
pasien yang menggunakan obat tersebut dapat memperoleh dosis obat yang tepat.
Contoh perhitungan pengenceran bertingkat : misalnya dibutuhkan Atropin Sulfat 0,5 mg.
Pengenceran I :
timbang atropin sulfat 50 mg + pewarna qs + Lactosum ad 500 mg
Pengenceran I diambil 50 mg (mengandung Atropin Sulfat = 50 mg x 50 mg = 5 mg)
500 mg
dan dilanjutkan ke pengenceran II.
Pengenceran II :
Lima puluh miligram pengenceran I (mengandung Atropin Sulfat 5 mg) dicampur dengan
Lactosum hingga diperoleh berat 500 mg, dicampur dan diaduk hingga homogen.
Hasil pengenceran II diambil sebanyak = 0,5 mg x 500 mg = 50 mg.
5 mg
6. Pengenceran sediaan obat jadi
Dalam pembuatan puyer obat yang digunakan pada umumnya
dalam bentuk obat jadi seperti tablet, capsul. Bila jumlah tablet
yang dibutuhkan tidak genap misal : 2,4 tablet/capsul, maka yang
0,4 tablet/capsul harus dibuat pengenceran, dan tabletnya sudah
berwarna tidak perlu lagi ditambah pewarna dalam membuat
pengencerannya. Ketentuan lainnya bila tablet yang akan
diencerkan ukurannya kecil < 500 mg (valium, CTM tablet), dibuat
pengenceran dengan Saccharum lactis hingga berat 500 mg dan
bila tablet yang akan diencerkan beratnya > 500 mg (Paracetamol,
Cotrimoxazol tablet) pengenceran dibuat hingga berat 1000 mg.
Sebagai contoh: dibutuhkan Prednison 28 mg, didalam
laboratorium tersedia tablet prednison 5 mg, sehingga dibutuhkan
tablet Prednison sebanyak = 28 mg x 1 tablet = 5,6 tablet 5 mg
(diambil 5 tablet, yang 0,6 tablet dibuat pengenceran )
BERAT PUYER YANG IDEAL
 Berat satu bungkus puyer yang ideal = 500 mg, bila berat puyer < 500 mg,
dapat ditambahkan bahan pembawa seperti Lactosum (Sacchrum lactis/
gula susu).
Sebagai contoh didalam resep berikut:
R/ Codein 1/2 tablet
CTM 1/2 tablet
Amoksisilin 1 cap
Lactosum qs
Mf pulv dtd no. XII
S t dd p1
Pro: Dea 8 tahun
Pada resep ini Codein tablet yang dimaksud harus ditanyakan kepada
pengawas, yang kadarnya berapa, karena codein tablet ada yang kadarnya 10
mg, 15 mg dan 20 mg, demikian pula dengan amoksisilin cap apakah yang
dimaksud amoksisilin caplet mengandung amoksisilin 500 mg atau
amoksisilin capsul yang mengandung amoksisilin 250 mg.
KANDUNGAN ZAT AKTIF DALAM SEDIAAN OBAT JADI

Didalam resep obat yang tertulis di dalamnya dapat berupa bahan baku (bahan
aktif) atau dalam bentuk sediaan jadinya misalkan berupa tablet, capsul.
Didalam sediaan jadi mengandung satu jenis bahan aktif atau lebih.
Contoh :
a. Tablet/capsul yang mengandung 1 jenis zat aktif dengan kadar tertentu.
Contoh: CTM tablet mengandung 4 mg Chlorpheniramini maleas; Prednison
tablet mengandung Prednisonum 5 mg; Novalgin/Antalgin tablet mengandung
Methampyron 500 mg; Panadol/paracetamol tablet mengandung
Acetaminophenum 500 mg; Dilantin capsul mengandung Phenytoinum
Natricum 100 mg, dll.
b. Sediaan obat jadi yang mengandung 1 jenis zat aktif dengan kadar
berbedabeda.
Contoh:
1) Sediaan obat jadi Valium /Diazepam tablet mengandung zat aktif Diazepam
dengan kadar 1 mg, 2 mg, 5 mg, 10 mg.
SEDIAAN ORAL YANG TIDAK BOLEH DI
GERUS
Mengapa?
Tidak semua tablet/kapsul dapat digerus (dibuat puyer),
sediaan oral yang diformulasikan secara khusus, dengan
tujuan tertentu seperti, tablet diformulasi khusus agar
absorsinya di usus bukan di lambung, atau pelepasan lainnya
di bawah lidah, atau zat aktif diharapkan lepas perlahan-
lahan untuk mengatur zat aktif bisa masuk ke dalam darah.
Oleh karena itu penggerusan akan mempercepat pelepasan
dan absorbsi ke dalam saluran sistemik/ darah karena akan
mempercepat habisnya obat dari dalam darah kerena
eliminasi atau bahkan dapat meningkatkan resiko efek
samping ataupun efek toksik
1. OBAT YANG DIFORMULASI KHUSUS
 Tablet/ kapsul di formulasi khusus dengan teknologi
mikroenkapsulasi ( teknik mengatur agar bahan aktif
terselaput/ terselubung oleh bahan tambahn sehingga
pelepasan dapat diatur atau diperlambat, membungkus
(coating) agar tidak rusak oleh asam lambung
 Tablet salut enteric coated
 Tablet sustained-release
 Extended-release
 Controlled release
 Retard
 Sublingual/bucal
2. OBAT DENGAN PEMAKAIAN
TERTENTU
( harus detelan utuh, tidak boleh dikunyah, digerus,
dipatahkan, atau dihancurkan)
 Tablet salut enterik (enterik-coated/EC)

 Tablet lepas lambat (SR= sustained-release/ XR=


extended release/ CR = Controlled release/ Retar, Depo)
 Tablet Sublingual atau bukal
ETIKET OBAT

 Etiket berisi aturan pakai, cara pemakian dan waktu


pemakaian.
 Pada etiket harus terdapat tanggal pembuatan obat atau
pemberian etiket pada kemasan obat, nama apotek,
alamat, SIA, Apoteker Pengelola Apotek (APA), tanda
tangan pembuat etiket.
 Terdapat 2 jenis etiket :

a. Etiket untuk pemakaian sistemik berwarna putih. Contoh


: obat-obat oral seperti puyer, capsul, potio (obat minum).
b. Etiket untuk pemakaian kegiatan praktikumal warna
biru. Contoh : injeksi, salep, cream, lotio, suppositoria ,
tetes telinga, tetes mata.

Anda mungkin juga menyukai