Anda di halaman 1dari 17

Reformasi Kesehatan Utama

Dan Penilaian Sistem


Kesehatan
Oleh Kelompok 4

Alda Gloria Thalia Thia


Ananda Ayu Marchella
Fernanda Maranthia Engko
Iriana Ester Guhayambip
Yohanes Robby Swom
Rizyart Ibo
Rosalinda Chamelia Yoku
Lastria Sianturi
Yunita Evriyani Buan
Dhia Farah
Analisis Reformasi Baru
Reformasi baru-baru ini di sektor kesehatan Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok
besar. Kelompok pertama terdiri dari reformasi kebijakan publik umum yang juga berdampak pada
sistem kesehatan. Dalam kelompok ini terdapat dua reformasi, yaitu desentralisasi sistem politik yang
mempengaruhi sistem kesehatan, dan reformasi manajemen publik yang memberikan otonomi
tambahan dalam pengelolaan keuangan kepada organisasi yang mencapai status Badan Layanan
Umum. BLU). Kelompok kedua reformasi mencakup reformasi sektor kesehatan khusus yang
bertujuan untuk mengubah sistem kesehatan. Dalam kelompok ini adalah reformasi pembiayaan
kesehatan dan reformasi pendidikan kesehatan
• Reformasi Disektor Kesehatan:
Desentralisasi
Hasil penting yang tak terduga dari desentralisasi adalah terciptanya garis putus-putus antara
aktor pusat dan lokal. Sebelum desentralisasi, aktor lokal diminta untuk melaporkan semua
aspek sistem kesehatan kepada Depkes: penggunaan sumber daya, status kesehatan,
pemberian layanan, dll. Meskipun mungkin ada ketidakakuratan dan keterlambatan dalam
pelaporan, pemerintah pusat masih memperoleh jumlah informasi. Namun, setelah
desentralisasi, dinas kesehatan kabupaten/kota tidak lagi berkewajiban memelihara sistem
pelaporan ini. Akibatnya, banyak informasi yang belum tersampaikan ke Kemenkes. Direktur
dinas kesehatan kota/kabupaten dapat dilakukan berdasarkan dukungan politik dari
bupati/walikota terpilih dan bukan berdasarkan kompetensi. Diduga calon yang terkait
dengan pemimpin politik lokal memiliki keunggulan dibandingkan pemimpin yang kompeten
secara teknis dan manajerial. Terakhir, pengambilan keputusan di pemerintah daerah dan
DPRD tentang masalah kesehatan sangat dipengaruhi oleh pertimbangan politik dan lobi
untuk kepentingan khusus, terutama yang berkaitan dengan anggaran dan program.
• Reformasi Diluar Sektor Kesehatan :
Reformasi Manajemen Publik
Ada beberapa tantangan dan kendala yang menghambat atau memperlambat pelaksanaan BLU/BLUD.
Beberapa dari hambatan ini khusus untuk bidang tertentu, sementara yang lain adalah tantangan umum.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan BLUD di Jawa lebih baik daripada di luar Jawa
(Kementerian Dalam Negeri, 2007c). Selain itu, BLU telah memperoleh landasan hukum yang kuat
dengan secara resmi masuk ke dalam undang-undang sektor kesehatan. Pada tahun 2009, Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44/2009 yang menyatakan bahwa
BLU/BLUD adalah formulir pilihan untuk rumah sakit umum. Jelas bahwa Undang-Undang Rumah
Sakit yang baru telah menyeimbangkan layanan berorientasi bisnis dan tanggung jawab sosial organisasi
layanan kesehatan dengan cara baru, dan BLU/BLUD akan tetap ada. Rumah sakit sebagai institusi
pelayanan kesehatan juga dibingkai dalam kerangka hukum yang jelas, bukan kerancuan sebelumnya
dalam berbagai bentuk.Dengan demikian BLU/BLUD telah memberikan arah yang lebih jelas menuju
tata kelola lembaga pelayanan publik yang lebih baik. Ini adalah contoh lain bagaimana reformasi sektor
non-kesehatan, ketika itu dilakukan dengan benar, berpotensi untuk mengubah secara positif cara
pelayanan kesehatan diberikan, meskipun dampaknya terhadap kinerja sistem kesehatan secara
keseluruhan masih harus dilihat.
• Reformasi Pendidikan Kedokteran
Sebagai UU baru, reformasi Pendidikan Kedokteran masih dalam tahap awal implementasi. Dengan
demikian, mungkin terlalu dini untuk menilai seberapa jauh tujuan telah tercapai. Hal ini membutuhkan
reformasi lebih lanjut dalam institusi profesional medis itu sendiri. Hal ini juga memerlukan penyesuaian
di tingkat lokal, yaitu pemerintah daerah, dinas kesehatan setempat, fasilitas kesehatan setempat, sektor
swasta dan masyarakat, untuk memahami perubahan yang diprakarsai oleh reformasi dan bertindak atas
perubahan tersebut.
Perkembangan Di Masa Depan
• Reformasi Manajemen Umum
Sebagai organsasi sektor publik Indonesia dikembangkan, sudah jelas
bahwa manajemen umum tradisional tidak memberikan cukup ruang
untuk menjalankan organisasi berkembangan, terutama dalam hal-hal
rendah dan rendah kualitas layanan. Ini juga berlaku untuk rumah sakit
umum.

• Distribusi tenaga kesehatan


Sebagai organsasi sektor publik Indonesia dikembangkan, sudah
jelas bahwa manajemen umum tradisional tidak memberikan cukup
ruang untuk menjalankan organisasi berkembangan, terutama dalam
hal-hal rendah dan rendah kualitas layanan. Ini juga berlaku untuk
rumah sakit umum.
Undang-undang Lainnya
Itu ada beberapa barupa undang-undang tentang kesehatan yang sedang dalam proses. Salah
satunya adalah UU Keperawatan. Rancangan Undang- Undang tersebut diajukan pada tahun
1994 dan telah mengalami beberapa kali perubahan tetapi masih belum disahkan menjadi
undang-undang (DPR, 2013a). UU tersebut karena ketakutan profesi keperawatan yang menuntut
beberapa tugas medis/klinis (Jaringan Nasional Jawa Pos, 2013). Rancangan Undang- Undang
tersebut mengatur tentang pendidikan keperawatan, proses registrasi dan perizinan, praktik
keperawatan, serta asosiasi
. profesi dan kolegium keperawatan. UU Keperawatan yang diusulkan
mengakui perbedaan tingkat perawat profesional, yaitu perawat, perawat spesialis dan konsultan
perawat. Rancangan tersebut juga mencakup pembentukan Dewan Keperawatan yang akan
mengatur praktik keperawatan, menghasilkan sertifikat kompetensi dan diberi mandat untuk
memproses pendaftaran keperawatan, termasuk perawat asing. Ketika rancangan undang-undang
tersebut disahkan, maka pelayanan keperawatan di Indonesia akan memiliki kerangka aturan dan
regulasi yang lebih jelas mengenai kompetensi dan kewenangan yang dibutuhkan.
Menyatakan tujuan sistem Kesehatan
Sementara itu MOH, pada tahun 2010 meluncurkan Rencana Strategis Nasional Bidang
Kesehatan 2010–2014 yang menyebutkan enam tujuan sistem kesehatan, yaitu: (1)
Meningkatkan keterlibatan masyarakat, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam pembangunan
kesehatan melalui kerjasama nasional dan global; (2) peningkatan aksesibilitas, pemerataan,
keterjangkauan, kualitas dan keadilan pelayanan kesehatan, serta pelayanan kesehatan berbasis
bukti, terutama untuk upaya promotif dan preventif; (3) meningkatkan pembiayaan kesehatan,
khususnya untuk membangun
. jaminan kesehatan sosial secara nasional; (4) meningkatkan
pembangunan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan yang merata dan berkualitas;
(5) meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan, serta
menjamin keamanan/efektivitas, khasiat dan mutu produk farmasi, peralatan medis dan makanan;
dan (6) meningkatkan pengelolaan sistem kesehatan yang akuntabel, transparan, efisien dan
efektif untuk memperkuat desentralisasi sistem kesehatan (Menkes, 2010k).
Tujuan Yang Dinyatakan Dari Sistem Kesehatan
TUJUAN SISTEM KEBIJAKAN YANG UNTUK DIKEMBANGKAN
KESEHATAN DIKEMBANGKAN

1. Meningkatkan komunitas • Desa Siaga (Waspada • Penguatan posyandu sistem


dan keterlibatan sektor swasta • Pos kesehatan desa • Perluasan publik-swasta
dalam perkembangan • UKBM (berbasis kemitraan dalam kesehatan
kesehatan melalui nasional dan komunitas upaya pembiayaan
global kesehatan)
kolaborasi.
2. Meningkatkan aksesibilitas, • Akreditasi rumah sakit • Akreditasi puskesmas
keterjangkauan, kualitas, • Mengembangkan rencana
ekuitas dan kesehatan berbasis terintegrasi untuk kualitas
bukti layanan, khususnya dalam perawatan
promosi dan preventif strategi kesehatan.
kesehatan.
3. Meningkatkan pembiayaan • JKN dan terkait • Ekspansi ke informal sektor
kesehatan, membangun secara peraturan;BoK didirikan
nasional kesehatan sosial untuk mendanai operasi
universal asuransi. puskesmas

4. Meningkatkan perkembangan • Pendirian KKI dan • Meningkatkan kualitas dan


dan pemberdayaan adil dan pendaftaran kinerja kesehatan pekerja
sangat sumber daya manusia
yang berkualitas untuk
kesehatan.

5. Meningkatkan • Pengesahan • Bimbingan dan regulasi


ketersediaan,aksesibilitas dan formularium nasional untuk tentang HTA
keterjangkauan obat-obatan dan JKN. • Sertifikasi GMP
peralatan kesehatan; dan
meningkatkan keamanan,
kegunaan dan kualitas obat-
obatan, peralatan kesehatan dan
makanan.
6. Meningkatkan akuntabilitas, • Undang-Undang • Revisi UU 32/2004
transparansi, efisiensi dan Kesehatan 2009 tentang desentralisasi
efektivitas kesehatan • Hukum Rumah Sakit 2009 • Revisi Menteri Kesehatan
manajemen sistem untuk • Status BLUD untuk Peraturan no.741/2008
memperkuat desentralisasi kesehatan pada standar minimum
sistem kesehatan. layanan

Baru-baru ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah merilis


rencana strategis jangka menengah nasional 2015-2019 (RPJMN) 2015-2019). Sejalan dengan
itu, Kementerian Kesehatan juga telah memproduksi rencana strategis nasional 2015-2019
(Kemenkes, 2015c). Di dalam yang baru rencana strategis nasional kesehatan, sebagai
kelanjutan dari enam sektor kesehatan tujuan untuk 2010-2014 ada dua belas tujuan sektor
kesehatan baru untuk 2015-2019.
Perlindungan Finansial Dan
Pemerataan Dalam Pembiayaan
Konsep cakupan dan keadilan dalam pembiayaan perawatan kesehatan adalah bahwa rumah tangga
tanpa cakupan asuransi kesehatan (penuh) menghadapi risiko pengeluaran perawatan medis yang
besar dan mengurangi tingkat kesejahteraan mereka (WHO, 2000).
Asuransi kesehatan memberikan perlindungan finansial sehingga dapat mencegah pemiskinan.
Indikator utama adalah tingkat pengeluaran OOP untuk biaya pengobatan. Pengeluaran OOP yang
signifikan untuk kesehatan dapat menyebabkan bencana pembayaran kesehatan bagi rumah tangga
dan menyebabkan pemiskinan. Dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, tingkat
pengeluaran OOP untuk kesehatan di Indonesia berada di atas rata- rata. Namun, seiring dengan
meningkatnya jumlah orang yang ditanggung oleh JKN di Indonesia, tingkat biaya kesehatan OOP
bagi mereka yang diasuransikan menurun. Beberapa bukti menunjukkan lebih banyak upaya akan
diperlukan.
Pengalaman Pengguna Dan Kesetaraan
Akses ke Perawatan Kesehatan
Evaluasi pengalaman pasien dilakukan secara tidak konsisten. Penyedia individu terutama
secara pribadi Sektor terkadang melakukan survei kepuasan pasien. Penyedia pribadi
Pertahankan register keluhan kelembagaan dan mekanisme pujian. Beberapa kabupaten juga
mempertahankan register keluhan tentang layanan publik. Studi lain tentang mekanisme
pembelian perawatan kesehatan di Indonesia menunjukkan bahwa kebijakan saat ini pada
JKN belum cukup untuk memungkinkan Pemantauan kualitas layanan kesehatan. Untuk
mempromosikan kesadaran dan membantu lembaga menjadi lebih responsif terhadap
panduan, bimbingan nasional dari MOH diperlukan. Selebaran penerbitan, alat survei pasien
dan saran kepada lembaga tentang memberikan informasi dan melindungi martabat dan
privasi adalah beberapa cara untuk melaksanakannya promosi. Informasi lebih lanjut tentang
hak -hak pasien, pilihan pasien, dan keluhan dapat dilihat dalam Peraturan Akreditasi Rumah
Sakit di Indonesia termasuk pasien survei kepuasan sebagai salah satu persyaratan untuk
manajemen Aspek rumah sakit.
Efisiensi Sistem Kesehatan
a. Efisiensi Alokasi
Dua ukuran efisiensi alokatif dalam kesehatan adalah jumlah masyarakat
pengeluaran untuk program dan layanan kesehatan dibandingkan dengan
pengeluaran lainnya,dan bagaimana sumber daya sektor kesehatan
dialokasikan di seluruh sistem diproduksi kesehatan dan perawatan kesehatan.
b. Efisiensi Teknis
Data yang terbatas mencegah penilaian yang komprehensif dan sistematis dari efisiensi teknis
dalam sistem kesehatan Indonesia, atau apakah sistem memperoleh nilai yang baik untuk
uang yang diinvestasikan. Secara khusus, dapat diandalkan data layanan kesehatan belum
secara rutin dihasilkan di publik sektor, apalagi di swasta, dan hampir tidak ada efisiensi yang
representatif studi telah dilakukan dari sektor rumah sakit Namun demikian, ada beragam
bukti yang menunjukkan tingkat yang cukup besar inefisiensi teknis, menyiratkan potensi
besar untuk meningkatkan kinerja bahkan pada tingkat pengeluaran saat ini. Bukti seperti itu
menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan sering beroperasi pada tingkat efisiensi yang rendah;
kesehatan itu personel sering tidak hadir; dan obat-obatan tidak digunakan secara efisien atau
dibeli. Faktor-faktor ini dan lainnya mungkin berkontribusi pada variasi dalam kinerja
masing-masing kabupaten, bahkan ketika disediakan tingkat input yang sama
Transparansi dan Akuntabilitas
Transparansi dan akuntabilitas dalam sistem kesehatan Indonesia berkembang
dengan lemah, meskipun pergeseran ke demokratisasi dan desentralisasi bekerja
untuk meningkatkan akuntabilitas layanan sektor publik kepada rakyat.
Pengembangan kebijakan kesehatan telah melibatkan LSM, organisasi profesi,
organisasi internasional dan mitra lainnya. Ada peraturan (dari tahun 2010) yang
mendefinisikan akuntabilitas kinerja bagi lembaga pemerintah, termasuk
persyaratan untuk menerbitkan laporan tahunan. Namun, informasi ini sulit
dipahami dan seringkali hasilnya tidak disebarluaskan secara luas.
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai