Anda di halaman 1dari 214

PENGANTAR TEKNIK

RESERVOIR
Definisi reservoir:
Reservoir adalah merupakan suatu tempat
terakumulasinya fluida hidrokarbon (minyak dan
atau gas) dan air di bawah permukaan tanah
Unsur Penyusun Reservoir

1. Wadah:
Batuan reservoir
Lapisan penutup (cap rock)
Perangkap reservoir (reservoir trap)
2. Isi : Minyak dan atau gas, air
3. Kondisi reservoir: tekanan, temperatur
Petroleum Reservoirs

• Over time stresses in


the earth’s crust
compacted the
sediments and bent,
twisted and broke the
beds that were
originally horizontal
• Loose sediments were
cemented into rock
Traps – Dome or Anticline
Trap - Faulting
Trap - Unconformity
Piercement Salt Dome
Sand Lenses
Porous Zones in Limestone
3.1. Batuan Reservoir
Syarat: Porous dan Permeabel

1. Jenis Batuan Reservoir

A. Batu pasir B. Batuan Karbonat


Orthoquartzites Limestone
Graywacke Dolomite
Arkose

C. Batuan Shale
2. Sifat Fisik Batuan Reservoir

A. Porositas 
B. Saturasi Fluida 
C. Permeabilitas

D. Wettabilitas

E. Tekanan Kapiler

F. 
Kompresibilitas
dibahas
tidak dibahas
A. Porositas

• Perbandingan antara volume ruang pori


terhadap volume total batuan (bulk)

Vb  Vs Vp
 
Vb Vb
Vb : volume batuan total (bulk)
Vs : volume padatan batuan total (grain)
Vp : volume ruang pori total batuan
Porosity
• Consider a rock sample of
any shape.
• Vt or Vb denotes the total
or bulk volume of sample,
(L3).
• Vp denotes volume of
hollow space (pore
volume) between the
solid grains of rock, (L3).
• Vg denotes the total
volume of the solid rock
grains, (L3).
Porosity
Packing
Packing – non-uniform grains
Pori Saling Berhubungan
(Porositas Efektif)

Fluida Terjebak
pd Pori yang Tak
Berhubungan
Klasifikasi porositas

• Porositas Absolut
Perbandingan antara volume pori total terhadap
volume pori batuan total

• Porositas Efektif
Perbandingan antara volume pori yang saling
berhubungan terhadap volume pori batuan total
Skema Perbandingan Porositas

Connected or
Effective
Porosity

Total
Porosity

Isolated or
Non-Effective
Porosity
Contoh Soal Porositas

• Diketahui:
Sebuah inti batuan (core) dengan data sebagai
berikut:
volume batuan total (Vb), cc = 100
volume padatan batuan total (Vs), cc = 75
volume pori berhubungan Vpef = 50% Vp
• Hitunglah:
1. Volume ruang pori-pori total batuan (Vp)
2. Volume ruang pori yang berhubungan (Vpef)
3. Porositas total ()
4. Porositas efektif (ef)
Jawaban Contoh Soal Porositas

1. Vp = Vb – Vs
= (100 – 75) cc
= 25 cc
2. Vpef = 50 % x 25 cc
= 12,5 cc
3. 25 4. 12.5
  100%  eff   100%
100 100
 eff  12.5%
  25%
Tugas: Soal Porositas
Diketahui:
Sebuah inti batuan (core) dengan data sebagai
berikut:
volume batuan total (Vb), cc = 1250
volume padatan batuan total (Vs), cc = 983
volume pori berhubungan Vpef = 43% Vp
Hitunglah:
1. Volume ruang pori-pori total batuan (Vp)
2. Volume ruang pori yang berhubungan (Vpef)
3. Porositas total ()
4. Porositas efektif (ef)
Jawaban Tugas: Soal Porositas
1. Vp = Vb – Vs
= (1250 – 983) cc
= 267 cc
2. Vpef = 0,43 x 267 cc
= 114,81 cc
3. 267 4. 114 ,81
  100%  eff   100%
1250 1250
  21,36%  eff  9 ,1848%

PTP III-11
B. Saturasi Fluida

• Perbandingan antara volume pori batuan yang


ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori
total pada suatu batuan berpori.

volume pori  pori yang diisi oleh min yak


So 
volume pori  pori total
volume pori  pori yang diisi oleh air
Sw 
volume pori  pori total
volume pori  pori yang diisi oleh gas
Sg 
volume pori  pori total

PTP III-12
Hal Penting Saturasi

• Sg + So + Sw = 1
• So  V + Sg  V = (1 – Sw )  V
• Bervariasi terhadap posisi dalam reservoir
• Bervariasi dengan komulatif produksi
reservoir

PTP III-13
Contoh Soal Saturasi

• Diketahui volume pori-pori batuan yang


terisi minyak 400 cm3, volume pori-pori
yang terisi gas sebanyak 75 cm3,
sedangkan volume total pori-pori adalah
500 cm3.
• Pertanyaan :
Hitung saturasi masing-masing fluida

PTP III-14
Jawaban Contoh Soal Saturasi
400
So   0 ,8
500
75
Sg   0 ,15
500
• Sg + So + Sw = 1
Jadi 1 – So – Sg = Sw
1 – 0,8 – 0,15 = 0,05
• Jadi So = 0,8
Sg = 0,15
Sw = 0,05
PTP III-15
Tugas: Soal Saturasi

• Diketahui volume pori-pori batuan yang


terisi minyak 176 cm3, volume pori-pori
yang terisi air sebanyak 57 cm3,
sedangkan volume total pori-pori adalah
250 cm3.
• Pertanyaan :
Hitung saturasi masing-masing fluida

PTP III-16
Jawaban Tugas: Soal Saturasi
176
So   0 ,704
250
57
Sw   0 ,228
250
• Sg + So + Sw = 1
Jadi 1 – So – Sw = Sg
1 – 0,704 – 0,228 = 0,068
• Jadi So = 0,704
Sg = 0,068
Sw = 0,228

PTP III-17
C. Permeabilitas

• Kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan


fluida

Q ( cm 3 / sec) .  ( centipoise ) . L ( cm )
k ( darcy ) 
A ( sq.cm ) . ( P1  P2 ) ( atm )

PTP III-18
Permeability depends on direction
Permeability – Grain Size
Klasifikasi Permeabilitas

• Permeabilitas absolut
fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut
hanya satu fasa
• Permeabilitas efektif
fluida yang mengalir melalui media berpori
tersebut lebih dari satu fasa
• Permeabilitas relatif
perbandingan antara permeabilitas efekyif
dengan permeabilitas absolut

PTP III-19
Hubungan Saturasi dengan
Permeabilitas

PTP III-20
Contoh Soal Permeabilitas

• Sebuah core dengan panjang (L) 1 cm, luas


penampang (A) 1 cm2, dijenuhi air (Sw) 100%,
beda tekanan (P1 – P2) 1 atm, menghasilkan
laju produksi air (Qw) sebesar 1 cc/det, dengan
viskositas air (w) 1 cp.
• Pertanyaan:
Berapakah permeabilitas absolut core tersebut?

PTP III-21
Jawaban Contoh Soal
Permeabilitas
Qw .  w . L
kw 
A . ( P1  P2 )
1 cc/det x 1 cp x 1 cm
kw 
1 cm 2 x1 psi
k w  1 Darcy

• Karena core dijenuhi 100% air, maka kw = K.


Jadi harga permeabilitas absolut-nya = 1 darcy.

PTP III-22
Tugas: Soal Permeabilitas

• Sebuah core dengan panjang (L) 2,3 cm,


diameter (d) 3,75 cm2, dijenuhi air (Sw) 100%,
beda tekanan (P1 – P2) 0,5 atm, menghasilkan
laju produksi air (Qw) sebesar 52 cc/det, dengan
viskositas air (w) 0,01845 cp.
• Pertanyaan:
Berapakah permeabilitas absolut core tersebut?

PTP III-23
Jawaban Tugas: Soal
Permeabilitas
• A = 1/4 x  x d2
• = 1/4 x 3,14 x 3,752
• = 11,04 cm2
Qw .  w . L
kw 
A . ( P1  P2 )
52 x 0,01845 x 2,3
kw 
11,04 x 0,5
k w  0,39975 Darcy

PTP III-24
2. FLUIDA RESERVOIR
A. Jenis Fluida Reservoir:
1. Minyak: minyak berat & minyak ringan
2. Gas: gas kondensate, gas basah & gas kering
3. Air
B. Sifat Fisik Fluida Reservoir
 • Densitas
 • Viskositas
 • Faktor Volume Formasi
 • Kelarutan Gas dalam Minyak
 • Kompressibilitas
dibahas tidak dibahas
Faktor Volume Formasi Minyak
(Bo)

Definisi :
Perbandingan volume minyak dan gas terlarut
pada kondisi reservoir dengan volume minyak
pada kondisi standard (14,7 psi, 60oF)
Perumusan FVF Minyak (Bo)
Di bawah Pb :
1 ,2
  g 
0,5

Bo  0 ,9759  0 ,000120 Rs   1,25 (T - 460)
   o  
Di atas Pb :
  p 
Bo  Bob EXP  A ln 
  Pb 
dimana :

A  10 5  1433  5 Rs  17 ,2( T  460 )  1180 gs  12 ,61o API 
  Psep 
 gs   g 1  5 ,912( 10 )(  o )( Tsep  460 )Log 
5

  114 ,7 
Hubungan FVF dengan Tekanan
Contoh Soal FVF Minyak

• Diperoleh data lapangan sebagai berikut :


P = 14,70 psi
T = 716,67 oR
g = 0,65
o = 0,867475
Rs = 3,5245921
Pb = 764,1893 psi
• Pertanyaan :
Berapakan Faktor Volume Formasinya ?
Jawaban Contoh Soal FVF Minyak
1 ,2
  g 
0,5

Bo  0 ,9759  0 ,000120 Rs   1,25 (T - 460)
   o  
1 ,2
  0 ,65 
0,5

Bo  0 ,9759  0 ,0001203 ,524591   1,25 (716,67 - 460)
  0 ,867475  

= 1,099 scf/stb
Tugas: Soal FVF Minyak

• Diperoleh data lapangan sebagai berikut :


P = 967 psi
T = 703,2 oR
g = 0,87
o = 0,83
Rs = 225,04
Pb = 1901 psi
• Pertanyaan :
Berapakan Faktor Volume Formasinya ?
Jawaban Tugas: Soal FVF Minyak
1 ,2
  g  0,5

Bo  0 ,9759  0 ,000120 Rs   1,25 (T - 460)
   o  
1 ,2
  0 ,87 
0,5

Bo  0 ,9759  0 ,000120 225 ,04   1,25 (703,2 - 460)
  0 ,83  

= 1,201 scf/stb
Kelarutan Gas dalam Minyak

Definisi :
Banyaknya SCF gas yang terlarut dalam satu STB minyak
pada kondisi standar 14,7 psi dan 60 oF

Dipengaruhi :
Tekanan, Temperatur dan Komposisi Migas

PTP III-38
Perumusan Rs Minyak
1 ,2048
 P  
Rs   g   1,4  x 10 0 ,0125 API 0 ,00091( T - 460)

 18 ,2  

Rs = kelarutan gas dalam minyak , scf/stb


P = pressure, psi
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF
Hubungan Rs dengan Tekanan
Contoh Soal Rs

• Diketahui data lapangan sebagai berikut :


P = 14,70 psi
T = 716,67 oR
g = 0,65
o = 0,867475
o
API = 44,5998
Pb = 764,1893 psi
• Pertanyaan :
Berapakan Kelarutan gas dalam minyak (Rs)
Jawaban Contoh Soal Rs
1 ,2048
 P  0 ,0125 API 0 ,00091( T - 460) 
Rs   g   1,4  x 10 
 18 ,2  
1 ,2048
 14 ,70  0 ,0125 o44.59980 ,00091(716.67 - 460) 
Rs  0 ,65   1,4  x 10 
 18 ,2  

= 3,52439 scf/stb
Tugas: Soal Rs

• Diketahui data lapangan sebagai berikut :


P = 967 psi
T = 703,2 oR
g = 0,87
o = 0,83
o
API = 38,98
Pb = 1901 psi
• Pertanyaan :
Berapakan Kelarutan gas dalam minyak (Rs)
Jawaban Tugas: Soal Rs

1 ,2048
 P  
Rs   g   1,4  x 10 0 ,0125 API 0 ,00091( T - 460)

 18 ,2  
1 ,2048
 967  0 ,0125 o38 ,98 0 ,00091 (703,2- 460) 
Rs  0 ,87   1,4  x 10 
 18 ,2  

= 225,04 scf/stb
FVF Gas

• Definisi :
Perbandingan volume gas pada kondisi tekanan
dan temperatur reservoir dengan volume gas
dengan kondisi standar (60 oF, 14,7 psia)
Perumusan FVF Gas

Z r Tr
B g  0.00504 bbl / scf
Pr

Bg = faktor volume formasi , bbl/scf


Zr = faktor Z
Pr = pressure, psi
Tr = temperatur, oR
Contoh Soal FVF Gas

• Diketahui data sebagai berikut :


Z = 0,9
T = 716,67 oR
P = 14,7
• Pertanyaan :
Hitung Faktor Volume Formasi Gas
Jawaban Contoh Soal FVF Gas

• Perhitungan Bg dengan persamaan :

ZT
B g  0 ,00504
p
0 ,9  716 ,67
B g  0 ,00504
14 ,7
= 0,22097 bbl/scf
Tugas: Soal FVF Gas

• Diketahui data sebagai berikut :


Z = 0,748
T = 716,67 oR
P = 214,56 psi
• Pertanyaan :
Hitung Faktor Volume Formasi Gas
Jawaban Tugas: Soal FVF Gas

• Perhitungan Bg dengan persamaan :

ZT
B g  0 ,00504
p
0 ,748  716 ,67
B g  0 ,00504
214 ,56

= 0,0126 bbl/scf
DASAR DASAR TEKNIK
PRODUKSI

1. Aliran Fluida di Media Berpori.


2. Aliran Fluida Di Media Pipa.
3. Metode Produksi
 Sembur Alam
 Perencanaan Ukuran Tubing
 Perencanaan Perforasi
 Perencanaan Interval Perforasi.
 Artificial Lift
4. Optimasi Produksi
3.1. PENDAHULUAN

• Apabila pemboran telah mencapai formasi yang


merupakan terget terakhir dan pemboran telah
selesai, maka sumur perlu dipersiapkan untuk
diproduksikan. Persiapan atau penyempurnaan
sumur untuk diproduksikan ini disebut dengan
well completion.
• Pada well completion dilakukan pemasangan
alat-alat bawah permukaan dalam usahanya
untuk mengalirkan hidrokarbon ke permukaan..
Sistim Produksi

• Peralatan Bawah permukaan


• Kepala Sumur
• Pipa Salur
• Peralatan Penampungan dan Pemrosesan
– Manifold
– Separator dan Peralatan Proses Lain
– Peralatan Pengukuran
– Tempat Pengumpulan
Komponen Sistem Produksi
Keterangan :
1. Formasi Produktif
10
9 11 12 2. Dasar Sumur /Perforasi
13 14 3. Packer
8
7 4. Production Casing
5. Safety Valve
6. Tubing
6 7. Anulus Valve
8. Master Valve
9. Wing Valve
5
10.Swab Valve
11.Choke
4
12.Pipa Salur
13.Pengukur Tekanan
3
14.Separator
2 1
Komponen Bawah Permukaan
• Lubang Perforasi
Lubang perforasi adalah penghubung antara dasar sumur
dengan batuan reservoar. Lubang tersebut berdiameter
maksimum 0.5 inc dengan panjang maksimum 12 ft
• Tubing
Fluida formasi setelah melewati Lubang perforasi akan mengalir
ke permukaan melewati Tubing, secara tegak maupun miring,
pada umumnya ukuran tubing berkisar antara 2.375 – 3.5 inc
• Subsurface Savety Valve
Katub ini dipasang pada kedalaman tertentu ,bertujuan sebagai
pengaman apabila terjadi senburan dari dalam sumur
Kepala Sumur
Peralatan di kepala sumur tergabung dalam satu unit yang disebut Christmas Tree,
yang pada dasarnya merupakan penghubung antara casing, tubing dan pipa salur
(flowline)

Peralatan Pengukur Tekanan


Pengukur tekanan ini akan selalu terpasang dan penting untuk menganalisa
produktifitas sumur.
• Valve-valve
Untuk mengalihkan aliran fluida reservoar untuk tujuan uji sumur atau
penutupan/pembukaan sumur, seperti :
• Swab Valve, untuk melakukan swabing apabila potensi sumur tidak mampu
mendorong fluida sampai ke permukaan
• Master Valve, merupakan katub utama yang dapat membuka atau menutup
sumur
• Wing Valve, merupakan katub samping yang mengarahakan fluida reservoar
menuju pipa salur.
Kepala Sumur
• Choke/Jepitan
Berfungsi sebagai pengatur laju produksi dan
menghalangi terjadinya back pressure dari pipa
salur.

• Anulus Valve
Umumnya dipasang pada sumur sumur
pengangkatan buatan yang berfungsi untuk
mempertahankan tekanan di anulus
3.1.Aliran Fluida dalam Media
Berpori
Henry Darcy mengemukakan hubungan empiris
dalam bentuk differential
q k P
v 
A  L

q = Laju aliran fluida, cc/sec


A = Luas media penampang media berpori, cm2
v = Kecepatan aliran fluida, cm/sec
k = Permeabilitas, Darcy
P/L = Gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm


Aliran Fluida Satu Fasa dalam
Media Berpori


Asumsi Darcy

•Aliran mantap (steady state)


•Fluida yang mengalir satu fasa dan
incompressible
•Viskositas fluida yang mengalir
konstan
•Kondisi aliran isothermal
•Formasi homogen dan arah alirannya
horisontal


Untuk aliran radial satu phasa, homogen , Isotropic ,steady state persamaan
Darcy menggambarkan aliran dari formasi produktif menuju dasar sumur menjadi

0.00708khPr  Pwf 
qo 
 re 
μ o Bo  ln 
 rw 
Faktor yang mempengaruhi kelakuan aliran
fluida dari reservoar dari formasi produktif
masuk ke dasar lubang sumur meliputi :
1. Jumlah fasa yang mengalir.
2. Sifat fisik fluida reservoar.
3. Sifat fisik batuan reservoar.
4. Konfigurasi disekitar lubang sumur , seperti halnya
:
 Lubang Perforasi
 Adanya Skin/kerusakan formasi
 Gravel Packing
 Rekahan hasil perekahan hidraulik
5. Kemiringan lubang sumur
6. Bentuk daerah pengurasan.
Jumlah Fasa Yang Mengalir

• Persamaan Darcy untuk aliran radial tersebut


diatas berlaku untuk aliran satu phasa dimana
aliran minyak terjadi apabila aliran di sepanjang
lapisan produkstif lebih besar dari pada Tekanan
Saturasi (Bubble Point Pressure).
• Apabila Tekanan aliran disepanjang lapisan
produktif telah turun dibawah tekanan saturasi ,
maka gas akan terbentuk dan mengalir bersama
minyak menuju ke dasar lubang sumur.
Sifat Fisik Fluida Reservoar
• Sifat fisik Fluida reservoar dipengaruhi
oleh perubahan Phasa pada komponen
penyusun Hidrokarbon
2-Phas e boundary Critical
60.000 volum e % 70.000 volum e %
80.000 volum e % 90.000 volum e %
2000
Reservoar

Reservoir
P re s s u re (p s ia )

1500

1000

500
Separator

Separator
0
0 200 400 600 800 1000
Temperature (deg F)

Gambar Diagram Phasa


Sifat Fisik Batuan Reservoar
Aliran di Media Pori sangat dipengaruhi oleh
permebilitas efektif dari media pori tersebut
• Pengaruh jumlah phasa thd Permeabilitas
Effektif
•Pengaruh Geometri Aliran Terhadap Permeabilitas
Geometri Aliran Lapisan Paralel


j 1
k j hj
k  n

 j 1
hj

Geometri Aliran Lapisan Seri


L
k  n Lj
K
j 1 j
Hambatan Aliran di Sekitar Lubang sumur
• Kerusakan formasi dapat terjadi di daerah sekitar Lubang
sumur, yang dapat menyebabkan hambatan terhadap
aliran fluida reservoar. Daerah yang mengalami kerusakan
tersebut hanya terjadi beberapa inchi di sekitar lubang.
Secara Kuantitas hambatan di sekitar lubang sumur
tersebut dinyatakan dalam faktor Skin, yang dapat
diperoleh dari analisa Uji tekanan.

k   rs 
S   1 ln
r 

k
 s   w 
Produktifitas Formasi
• Produktivitas formasi adalah kemampuan suatu
formasi untuk memproduksikan fluida yang
dikandungnya pada kondisi tekanan tertentu

• Parameter yang menyatakan produktivitas formasi


adalah Index Produktivitas (PI) dan Inflow
Performance Relationship (IPR).
Pengelompokan metoda IPR untuk
saat sekarang :
• 1. Aliran satu fasa ( minyak )

Dengan atau tanpa pengaruh skin (S) adalah persamaan Darcy

• 2. Aliran dua fasa ( minyak dan gas)

a) Tanpa pengaruh skin adalah


- Pers DARCY dalam bentuk Pseudo Pressure Function
- Persamaan VOGEL

b) Dengan pengaruh skin


- Memakai pers. Standing
- Memakai pers. COUTO
- Memakai pers. Harrison
- Memakai pers. Pudjo Sukarno

c) Pengaruh faktor turbulensi dan skin


- Memakai pers. Fetkovich
• 3. Aliran tiga fasa ( gas, minyak dan air )
- Tanpa pengaruh skin
a) Pers. PETROBRAS
B) Pers. PUDJO SUKARNO

• 4. Aliran dalam perforasi dan Gravel pack


- Aliran satu fasa
a) Pers, JONES, BLOUNT dan
GLAZO
b) Pers. KELKAR
Peramalan kelakuan aliran flluida
(IPR) dari formasi ke dasar sumur.

• 1. Dengan anggapan faktor skin (S) = 0


- Memakai pers. Standing
- Memakai pers. PIVOT POINT

• 2. Dengan anggapan faktor skin (S) ‡ 0


- Memakai pers. COUTO
- Memakai pers. PUDJO SUKARNO
- Memakai pers. FETKOVICH
Aliran fluida satu fasa
• Anggapan anggapan :
1. Reservoir adalah homogen untuk setiap
sifat fisik batuan
2. Reservoir bersifat isotropis yaitu permeabilitas
batuan sama besar di segala arah
3. Formasi produktif dibuka seluruhnya sesuai
tebal lapisan spy terjadi aliran radial murni
4. Fluida satu fasa ( dlm hal ini minyak )
menjenuhi formasi produktif
• Ada 3 kondisi untuk solusi analitis aliran 1 fasa yaitu :

1. Kondisi transien yi kondisi yg terjadi dlm periode waktu yg singkat ,


dimana perubahan tekanan belum mencapai batas reservoir,
seteleh terjadi perubahan tekanan sebagai akibat fluida diproduksi.
Solusi sangat rumit tapi perlu untuk res, dengan K sanagt rendah.

2. Kodisi Semi Steady State, ditemui di reservoir yg berproduksi setelah


beberapa saat di mana perubahan tekanan telah mencapai batas res.
Syarat batas yg diberlakukan adalah :
- Res dibatasi lapisan yang kedap aliran
- Penurunan tekanan sebagai fungsi waktu dan jarak konstan
- Tekanan di batas reservoir ( re ) sebesar Pe
- Tek. di permukaan pasir berjarak rw dari pusat sumur sebesar Pwf

Didapatkan pers. : 2 kh ( Pe – Pwf )


q=
μ (ln(re/rw) – 0.5 + S)
Dalam satuan lapangan didapatkan pers. sbb :

0.00708 koh (Pe-Pwf)


q=
μo Bo (ln(re/rw) – 0.5 + S

Apabila dalam aliran 1 fasa : PI = q / (Pe – Pwf ), dengan menggabungkan


pers.di atas, di dapatkan :

0.00708 ko h
PI =
μo Bo (ln(re/rw) – 0.5 + S

Karena mencari tek. di batas res. sangat sulit maka dipakai tek rata rata
( Pavg) sehingga rumus nya menjadi :

2 kh ( Pavg – Pwf )
q=
μ (ln(re/rw) – 0.75 + S)
• Untuk aliran radial maka pers menjadi :
0.00708 ko h (Pavg – Pwf)
q =
μo Bo (ln(re/rw) – 0.75 + S

• Untuk aliran tidak radial maka pers. menjadi :

0.00708 ko h (Pavg – Pwf)


q =
μo Bo (ln(X) – 0.75 + S

Di mana : X adalah “shape factor” yang harganya tergatung dari bentuk


daerah pengurasan.( tidak berbentuk lingkaran ).

• Untuk tekanan rata rata ini maka :

0.00708 ko h
P.I = , utk daerah pengurasan ber
μo Bo (ln(re/rw) – 0.75 + S bentuk lingkaran
0.00708 ko h
P.I = , utk daerah pengurasan
μo Bo (ln (X) – 0.75 + S tidak berbentuk lingkaran

3. Kondisi Steady state, sama spt kondisi semi steady state dan
dengan berbagai solusi didapatkan :

0.00708 koh (Pe-Pwf)


q= , dalam bentuk Pe & satuan
μo Bo (ln(re/rw) + S lapangan ( harga Pe sulit
didpt)

0.00708 koh (Pavg-Pwf)


q= , dalam bentuk Pavg & satuan
μo Bo (ln(re/rw) – 0.5 + S lapangan

0.00708 koh (Pavg-Pwf)


q= , untuk daerah pengurasan
tidak μo Bo (ln(X) – 0.5 + S berbentuk lingkaran
• Harga P.I untuk kondisi Steady State dan daerah pengurasan
berbentuk lingkaran adalah :
0.00708 koh
P.I = , dalam bentuk Pavg & satuan
μo Bo (ln(re/rw) – 0.5 + S lapangan

• Harga P.I untuk kondisi Steady State dan daerah pengurasan tidak
berbentuk lingkaran adalah :
0.00708 koh
P.I = , dalam bentuk Pavg & satuan
μo Bo (ln(X) – 0.5 + S lapangan
Indeks Produktifitas
• Index Produktifitas (PI) merupakan index yang
digunakan untuk menyatakan kemampuan suatu formasi
untuk berproduksi pada suatu beda tekanan tertentu
atau merupakan perbandingan antara laju produksi yang
dihasilkan formasi produktif pada drawdown pressure

q
PI 
Ps  Pwf
Indeks Produktifitas
ko .h
PI  0,00708
3
o .Bo ln(re / rw)   S
4
qo = laju aliran minyak dipermukaan, STB/D
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
h = ketebalan lapisan, ft
o = viscositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, Bbl/STB
Pe = Tekanan reservoir pada jari-jari re, psi
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft

Inflow Performance Relationship (IPR)
• Harga Index Produktivitas (PI) dari
Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam
grafik berbentuk kurva IPR, berupa garis linier
Grafik Inflow Performance Relationship
2000

1500
Pwf, psi

1000

500

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

q, bbl
Produktivity Index (PI)

• Kemampuan suatu akumulasi hidrokarbon


dalam batuan porus untuk
memproduksikan fluida yang
dikandungnya tergantung dari
produktivitas reservoir. Ukuran
keproduktifan reservoir ini dikenal dengan
Productivity Index (PI).
q
PI  J  STB/hari/psi
( Ps  Pwf )

•q = gross liquid rate, STB/hari


• Ps = tekanan static reservoir, psi
• Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
• Ps-Pwf = draw-down pressure, psi
Batasan PI

Kermitz E. Brown (1967) telah mencoba


memberikan batasan terhadap besarnya
produktivitas sumur, yaitu :
•PI rendah jika kurang dari 0.5
•PI sedang jika antara 0.5 sampai 1.5
•PI tinggi jika lebih dari 1.5
Inflow Performance Relantionship
(IPR)

• Untuk lebih memahami konsep


Produktivity Index, maka harga PI
dianggap konstans, tidak tergantung
pada rate produksi sesaat

q
Pwf  Ps 
PI
Kurva IPR Fluida Satu Fasa
Contoh Soal Productivity Index

•Diketahui data lapangan sebagai berikut :


Ps = 2000 psi
Pwf= 1400 psi
qo = 65 bpd
•Pertanyaan :
Berapakah Productivity Index-nya ?


Jawaban Contoh Soal
Productivity Index

65
PI 
2000 - 1400

= 0.108


Soal Productivity Index

•Diketahui data lapangan sebagai berikut :


Ps = 2200 psi
Pwf = 1560 psi
qo = 97 bpd
•Pertanyaan :
Berapakah Productivity Index-nya ?


Jawaban Soal Productivity Index

97
PI 
2200 - 1560 
= 0.1516


IPR Fluida Satu Fasa

Suatu studi tentang perilaku aliran fluida dari


reservoir menuju sumur, dimana perilaku ini
akan tergantung PI secara grafis.
Persamaan yang digunakan :

qo = PI (Ps - Pwf)


Contoh Soal IPR Fluida Satu Fasa

• Diketahui data lapangan sebagai berikut :


Ps = 2000 psi
Pwf = 1400 psi
qo = 65 bpd
• Pertanyaan :
Bagaimanakah IPRnya ?


Jawaban Contoh Soal IPR Fluida
Satu Fasa
Mencari PI :
q
PI  J 
(Ps - Pwf)
65
PI 
2000 - 1400 = 0,108333
Mencari qo pada Pwf = 250 psi :
qo = PI (Ps - Pwf)
qo = 0,108333(2000-250)
= 189,58 bpd


Jawaban Contoh Soal IPR Fluida
Satu Fasa

Kemudian diambil beberapa harga Pwf


asumsi sehingga didapatkan :

Pwf qo
0 260,0
250 227,5
500 195,0
1000 130,0
1500 65,0
2000 0


Jawaban Contoh Soal IPR Satu Fasa
Plot Pwf vs qo :


Aliran Fluida Dua Phasa
• Aliran Fluida dua phasa (Minyak dan Gas), maka persamaan Darcy
menjadi :

Pr
7.08kh k ro
qo 
 re 3
  o Bo
dP
 ln   Pwf

 rw 4 
Kurva IPR di Atas dan di Bawah Bubble Point Pressure
IPR Fluida Dua Phasa
• Vogel mengembangkan persamaan hasil regresi yang sederhana dan mudah pemakaiannya, dengan anggapan :
- Reservoar Berpendorong Gas Terlarut
- Tekanan Reservoar berada di Bawah Tekanan Bubble Point.
- Faktor Skin sama dengan 0

2
Qo  Pwf   Pwf 
 1  0.2    0.8  
Qmax  Ps   Ps 
Kurva IPR Dua Fasa dalam
bentuk (Pwf/Pr) vs (qo/qomax)
Persamaan VOGEL
2
qO  Pwf   Pwf 
 1.0  0.2    0.8  
qO max  Ps   Ps 

Persamaan diatas hanya dapat digunakan


bila Pwf lebih kecil dari Pb (tekanan
gelembung). Sedangkan bila Ps di atas Pb
dan Pwf lebih kecil dari Pb maka sebagian
dari kurva IPR merupakan garis linier dan
selanjutnya melengkung
Pengembangan Vogel Untuk Tekanan
Reservoar Diatas Bubble Point (Ps>Pb)
Qmax Vogel
JPB
qmax 
(Vogel ) 1.8

 Productivity Index
1.8qmax
J 
Pb

 Penentuan Qmax
JPb
qmax  qb 
1.8
IPR Dua Fasa
Ps < Pb
Persamaan yang digunakan
qo
q max  2
 Pwf   Pwf 
1  0,2   0 ,8 
 Ps   Ps 

2
  Pwf   Pwf  

q o  q max 1  0 ,2   0 ,8  
  Ps   Ps  
 


Contoh Soal IPR Dua Fasa
Ps < Pb

Diketahui data lapangan sebagai berikut :


Ps = 2000 psi
Pwf= 1500 psi
Pb = 2100 psi
qo = 65 bpd
Pertanyaan :
Bagaimanakah IPRnya ?


Jawaban Contoh Soal IPR Dua Fasa
Ps < Pb
Mencari qmax :

qo
q max  2
 Pwf   Pwf 
1  0 ,2   0,8 
 Ps   Ps 
65
q max  2 = 162,5 bpd
 1500   1500 
1  0 ,2   0 ,8 
 2000   2000 


Jawaban Contoh Soal IPR Dua Fasa
Ps < Pb
Mencari qo pada Pwf = 500 :

  Pwf   Pwf 
2


q o  q max 1  0 ,2   0 ,8  
  Ps   Ps  
 
  500   500 
2

q o  162,51  0 ,2   0 ,8  
  2000   2000  

= 146,25 bpd


Jawaban Contoh Soal IPR Dua Fasa
Ps < Pb
Dari beberapa harga Pwf asumsi didapat :

Pwf qo
0 162,50
500 146,25
1000 113,75
1500 65
2000 0


Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps < Pb
Plot Pwf vs qo :


IPR Dua Fasa
Ps > Pb dan Pwf > Pb
Persamaan yang digunakan
qb  PI (Ps - Pb)

 q P 
q max  qb   o b 
 1,8P  P 
 s wf

   Pwf   Pwf 
2

 
q o  q b  q max  q b  1  0 ,2   0 ,8  
  Pb   P  
     b  


Contoh Soal IPR Dua Fasa
Ps > Pb dan Pwf > Pb

Diketahui data lapangan sebagai berikut :


Ps = 2350 psi
Pwf = 1900 psi
Pb = 1700 psi
qo = 600 bpd
Pertanyaan :
Bagaimanakah IPRnya ?


Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf > Pb
Mencari PI : PI  J  q
(Ps - Pwf)
600
PI 
2350 - 1900  = 1,333
Mencari qb :
qb  PI (Ps - Pb)
qb  1,33333 (2350 - 1700)
= 866,667


Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf > Pb
Mencari qmax :

PI  Pb
q max  qb 
1,8
1,33333  1700
q max  866,6667 
1,8
= 2125,923 bpd


Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf > Pb
Mencari qo pada Pwf = 400 :

   P   P 
2


q o  qb  q max  qb 1  0 ,2
wf
  0 ,8 wf
  
  Pb  Pb   
    
   400   400 
2

q o  866,6667   2125,923  866,66671  0 ,2   0 ,8  
   1700   1700  
  

= 2010,893 bpd


Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf > Pb
Dari beberapa harga Pwf asumsi didapat :

Pwf qo
0 2125,926
400 2010,893
800 1784,314
1200 1446,187
1600 996,514
1700 866,667
1900 600,000
2350 0 
Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf > Pb
Plot Pwf vs qo :


IPR Dua Fasa
Ps > Pb dan Pwf < Pb
Persamaan yang digunakan
A  1 - 0,2 (Pwf/Pb) - 0,8 (Pwf/Pb)2
qo
PI 
Ps - Pb  (Pb/1,8)A
qb  PI (Ps - Pb) PI Pb  q max  q b  qx
qx 
1,8
   Pwf   Pwf 
2

 
q o  q b  q max  q x  1  0 ,2   0 ,8  
  Pb   P  
     b  

Contoh Soal IPR Dua Fasa
Ps > Pb dan Pwf < Pb

Diketahui data lapangan sebagai berikut :


Ps = 1750 psi
Pwf= 900 psi
Pb = 1200 psi
qo = 600 bpd
Pertanyaan :
Bagaimanakah IPRnya ?


Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf < Pb
2
Mencari A : A  1  0 ,2 Pwf   0,8 Pwf 
 Pb   Pb  2
 900   900 
A  1  0 ,2   0 ,8 
 1200   1200  = 0,4

Mencari PI : qo
PI 
Ps - Pb  (Pb/1,8)A
600
PI 
1750 - 1200  (1200/1,8)0,4

= 0,73469


Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf < Pb
Mencari qb : qb  PI (Ps - Pb)
qb  0,734694 (1750 - 1200)
= 404,0816 bpd
Mencari qx : PI Pb 

qx 
1,8
0 ,7346941200 
qx  = 489,7959 bpd
1,8
Mencari qmax : q max  qb  qx
q max  404,0816  489,7959
= 893,8776 bpd


Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf < Pb
Mencari qo pada Pwf = 300 :

   P   P 
2


q o  qb  q max  q x 1  0,2
wf
  0,8 wf
  
  Pb  Pb   
    
   900   900 
2

q o  404,0816   893,8776  489,79591  0 ,2   0 ,8  
   1200   1200  
  

= 767,7551 bpd


Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf < Pb
Dari beberapa harga Pwf asumsi didapat :

Pwf qo
0 882,352
300 835,294
600 741,176
900 600,000
1200 411,765
1750 0

Jawaban Contoh Soal IPR Dua
Fasa
Ps > Pb dan Pwf < Pb
Plot Pwf vs qo :


Aliran Fluida Tiga Phasa

• Apabila fluida yang mengalir dari


formasi ke lubang sumur terdiri dari
tiga fasa, yaitu minyak, air dan gas,
maka digunakan Metode Pudjo
Sukarno.
qo
 Ao  A1 Pwf Pr   A2 Pwf Pr 
2

qt ,max
• An =konstanta persamaan (n = 0, 1 dan 2), yang harganya
berbeda untuk water cut yang berbeda. Hubungan antara
konstanta tersebut dengan water-cut ditentukan pula dengan
analisis regresi, dan diperoleh persamaan berikut :

An  C0  C1 WC   C2 WC 
2

 Cn = konstanta untuk masing-masing harga An


ditunjukkan dalam Tabel dibawah
Tabel Konstanta Cn Untuk Masing-
Masing An

An C0 C1 C2

A0 0.980321 0.115661 10-1 0.179050 10


-4

-2 -5
A1 0.414360 0.392799 10 0.237075 10
-2
A2 0.564870 
0.762080 10 0.202079 10-4
• Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur
terhadap water-cut dapat dinyatakan sebagai Pwf/Pr
terhadap WC/(WC @ Pwf Pr), dimana (WC @ Pwf Pr)
telah ditentukan dengan analisis regresi dan
menghasilkan persamaan berikut :

WC
WC @ Pwf  Pr

 P1  Exp P2 Pwf / Pr 
• dimana harga P1 dan P2 tergantung dari harga water-
cut. Dari hasil analisis regresi telah dihasilkan
persamaan berikut :

P1  1.606207  0.130447  Ln (WC )

P2  0.517792  0.110604  Ln (WC )

dimana : water-cut dinyatakan dalam persen (%) dan


merupakan data uji produksi
Aliran Fluida Di Lubang Sumur
Aliran Fluida di Media Pipa
• Kemampuan reservoir dapat diproduksikan ke
permukaan tergantung tekanan sumur (Pwf).
• Besarnya Pwf tergantung pada tekanan dan
konfigurasi sistem perpipaan, sehingga dapat
ditulis
Pwf  Psep  Pfl  Pch  Ptb  Prts

• Untuk mementukan kemampuan sistem secara


total perlu menghitung kehilangan tekanan
masing-masing komponen
Sembur Alam
• jika tenaga alamiah dari reservoar masih mampu untuk
mengalirkan fluida dari formasi Sumur berproduksi secara
sembur alam , terjadi produktif ke dasar sumur dan mengangkat
fluida dari dasar sumur ke permukaan.
Untuk mempertahankan agar sumur berproduksi secara natural ,
maka diperlukan Tekanan di dasar sumur (Pwf) cukup untuk :
o Menopang aliran vertikal dari kolom fluida.
o Mempertahankan tekanan kepala sumur agar mampu
mengalirkan sepannjang Cristmas tree sampai flow line
dan surface facility.
• Berdasarkan hal tersebut agar fluida reservoar dapat mengalir ke
permukaan, maka tekanan dasar sumur (Pwf) harus lebih besar
dari kolom fluida vertikal ditambah Tekanan kepala sumur.
Pwf > Pkolom + Pwh
Gradient Tekanan
• Jika tekanan yang diakibatkan kolom fluida pada
pipa vertikal (tubing) dibagi dalam beberapa
segmen pada setiap feet, maka disebut gradien
tekanan.

• Gradient tekanan secara umum disebabkan oleh tiga


komponen meliputi :
• Densitas
• Friksi
• Slippage.
Kurva Gradient Tekanan Fluida
Faktor faktor yang mempengaruhi Aliran
Vertikal.

1. Efek Ukuran Tubing


2. Pengaruh Laju alir.

Gambar samping memperlihatkan


pressure gradien pada ukuran
tubing 2 inch untuk berbagai laju
alir.
Berdasarkan gambar tersebut
dapat disimpulkan makin besar laju
alir maka makin besar harga
tekanan alir dasar sumur.
3.Pengaruh Perubahan densitas.

Perubahan densitas pada


viskositas konstan, akan
menyebabkan perubahan
tekanan alir dasar sumur.
Makin besar harga API Gravity
minyak makin kecil harga
tekanan alir dasar sumur
4. Pengaruh Gas Liquid Ratio

Kenaikan Gas liquid ratio


akan menyebabkan
penurunan tekanan alir di
dasar sumur.
5. Pengaruh Laju Produksi Air

Kenaikan laju produksi air


akan menyebabkan
kenaikan tekanan alir dasar
sumur
Sehingga produksi air akan
menyebabkan berkurangnya
laju produksi fluida .
6. Pengaruh Viskositas.

Kenaikan viskositas
pada kondisi sumur
yang sama akan
menaikkan tekanan
alir dasar sumur.
Penggunaan Kurva Pressure Travese
Pendahuluan
• Kemampuan reservoir dapat diproduksikan ke
permukaan tergantung tekanan sumur (Pwf).
• Gambar 1 memperlihatkan besarnya Pwf
tergantung pada tekanan dan konfigurasi sistem
perpipaan, sehingga dapat ditulis

Pwf  Psep  Pfl  Pch  Ptb Prts


• Untuk mementukan kemampuan sistem secara
total perlu menghitung kehilangan tekanan
masing-masing komponen
Persamaan dasar aliran
• Dasar persamaan aliran: kesetimbangan energy
antara dua titik dalam suatu sistem
• Dengan menggunakan prinsip termodinamika,
persamaan tsb dapat ditulis dalam bentuk
persamaan gradien tekanan
• Kesetimbangan energi: energi dari fluida yang
masuk ke dalam sistem + kerja yang dilakukan
oleh fluida + energi panas yang ditambahkan =
energi yang meninggalkan sistem tersebut
Persamaan dasar aliran
• Gambar 2 memjelaskan prinsip kesetimbangan
energi di dalam suatu sistem
• Persamaan kesetimbangan energi dapat ditulis:
2
mv mgh1
U1  p1V1   1
 q  Ws 
2 gc gc
kerja
2
mv mgh2
U 2  p2V2   2
Energi panas
2 gc gc
Energi dalam
Energi ekspansi/kompresi Energi kenetik Energi potensial
Persamaan dasar aliran

• Gambar 2-System aliran


Persamaan dasar aliran
• Dengan membagi persamaan diatas dengan m
dan diubah dalam bentuk pers. differensial:
p vdv g
dU  d ( )   dh  dq  dWs  0
 gc gc

• Dalam bentuk U, sulit diaplikasikan. Untuk


mempermudah diubah ke dalam persamaan
energi mekanik
• Hubungan termodinamika:
p dp
dU  dh  d ( ) dh  TdS 
 
Persamaan dasar aliran
dp p
dU  TdS   d( )
• Sehingga:  

• Didapat: TdS  dp  vdv  g dh  dq  dW  0


s
 gc gc

• Untuk irreversible, digunakan inequality


Clausius states:
dS 
 dq TdS   dq  dLw
Gesekan atau friksi
T
Persamaan dasar aliran
• Dianggap W=0, maka:
dp vdv g
  dh  dLw  0
 gc gc
• Jika digunakan pipa dengan kemiringan 
terhadap horizontal, maka dh=dL sin 
dp vdv g
  dL sin   dLw  0
 gc gc
• Dengam mengalikan persamaan dengan /dL,
dp vdv g dLw
   sin    0
dL g c dL g c dL
Persamaan dasar aliran
Persamaan dasar aliran

• Persamaan dpt untuk menentukan gradien


tekanan, jika penurunan tekanan berharga (+)
pada
dparahaliran:
vdv g dp
   sin   ( )f
dL g c dL gc dL

• Dalam bentuk Darcy-Weisbach,


2
f = faktor
gesekan :dp fv
( )f 
dL 2 gc D
Persamaan dasar aliran
• Moody friction factor chart
Friction Loss
Willian-Hazen membuat suatu persamaan
empiris untuk friction loss (hf), yaitu :

100 
1,85
 Q / 34.31,85 
hf  2,0830   4 ,8655 
 C   ID 
dimana:
hf = feet friction loss per 1000 feet.
C = konstanta dari bahan yang digunakan dalam
pembuatan pipa.
Q = laju produksi, bpd
ID = diameter dalam pipa, inchi
Grafik Friction Loss William-
Hazen.
Bilangan Reynolds (NRe)

• Bilangan Reynolds adalah bilangan tanpa dimensi:

D[ ft ]v[ ft / sec] [lbm / cuft ]


N Re  1488
• Rasio gaya momentum dan gayaviscous
[lbm / ft sec]
• Digunakan untuk menentukan apakah suatu aliran laminer atau turbulen
• Turbulen >2100
Kekasaran Relatif Pipa

• Dalam dinding pipa biasanya halus


• Kekasaran pipa berdasarkan
– Kekasaran pipa
– Metoda pembuatanya
– Lingkungan
• Kekasaran relatif (e/D) adalah perbandingan
kekasaran pipa absolut thd diameter dalam pipa:
e[in]
Relatif roughness 
D[in]
Kekasaran Relatif Pipa

• Beberapa kekasran absolut pipa


e [in]
Drawn tubing 0.00006
Well tubing 0.0006
Line pipe 0.0007
Galvanized pipe 0.006
Cement-lined pipe 0.01 – 0.1
Kekasaran Relatif Pipa
• Kekasaran pipa untuk berbagai pipa
Aliran Laminer Satu Fasa

• Faktor gesekan untuk aliran laminer dtentukan


secara analitik
• Persamaan Hagen-Poiseuille untuk laminer:
dp 32 v
( )f 
dL gc D 2

• Substitusi ke persamaan Darcy-Weisbach,


fv 2
32 v
sehingga: 
2 gc D gc D 2
64  64
f  
vD N Re
Aliran Turbulen Satu Fasa
• Ditentukan berdasarkan hasil percobaan
• Sangat tergantung pada karakteristik permukaan pipa
• Persamaan empiris untuk menentukan faktor gesekan
(f)
• Smooth-wall pipe
– Untuk 3000  Nre  3 106
– Persamaan Drew, Koo & McAdams:

– Untuk Nre < 105, dipakai persamaan


0.32 Blasius
f  0.0056  0.5 N Re

0.25
f  0.316 N Re
Aliran Turbulen Satu Fasa
• Rough-wall pipe
• Nikuradse telah membuat percobaan untuk menentukan faktor
gesekan pipa kasar

1  2 
 1.74  2 log  
• f
Colebrook dan White (1939)  D 
untuk menyusun persamaan
sebagai berikut:

 2 langsung,
1 bisa ditentukan secara
• Tidak 7  dengan
18.dihitung
 1.74  2 log   
f
coba-coba D N Re f 
Aliran Turbulen Satu Fasa
• Korelasi faktor gesekan secara explisit dikemukakan oleh Jain

1   21.25 
 1.14  2 log   0.9 
f  D N Re 
• Persamaan ini memberikan kesalahan sebesar 1%
dibandingkan dengan persamaan Colebrook dan White untuk
5000 < NRe < 108 dan 10-6 <e/D< 10-2.
• Kesalahan maksimum sebesar 3% terjadi untuk NRe < 2000
Total kehilangan tekanan

• Persamaan gradien tekanan 2


dp vdv g f v
   sin  
dL g c dL gc 2 gc D

• Gradien
dp dptekanandp dp komponen:
untuk tiga
( ) acc  ( ) el  ( )f
dL dL dL dL
Aliran Dalam Sumur

• Banyak metoda untuk menghitung tekanan


statik dan alir pada sumur gas
• Metoda paling sering dipakai adalah
Cullender & Smith
• Gradien acceleration diabaikan
• Akan dibahas:
– Tekanan statik
– Tekanan alir
Aliran gas melalui hambatan

• Hambatan: perforasi, subsurface safety


valve, surface chokes
2/ k k 1 / k
k  p2  
2
Cn p1 d  p2 
qsc      
 gT1Z1 k  1  p1   p1  
Penggunaan kurva pressure
travese
• Untuk mendapatkan solusi persamaan
diatas perlu iterasi
• Tanpa komputer perlu waktu lama untuk
mendapatkan solusi
• Perkiraan dilapangan dapat dilakukan
dengan pressure traverse
Penggunaan kurva pressure
travese
V. OPTIMASI PRODUKSI

Persoalan di dalam operasi produksi sumur


adalah mengalirkan fluida dari reservoar ke
permukaan. Dalam prosess ini akan meliputi
terjadinya penurunan tekanan selama fluida
mengalir dari dasar sumur ke permukaan.
Faktor faktor yang mempengaruhi penurunan
tekanan selama fluida mengalir dari reservoar
menuju ke permukaan diperlihatkan pada
Gambar 5.1.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi kehilangan
tekanan Pada Sistem Produksi
Analisa Nodal
Penyelesaian analisa ini didasarkan dengan
membagi sistem tersebut menjadi dua sub
sistem yaitu sistem inflow dan outflow.
Pemilihan titik penyelesaian atau nodal
tergantung dari tujuan analisa. Ilustrasi titik titik
yang sering menjadi tempat untuk penyelesaian
digambarkan pada Gambar 5.2
Ilustrasi titik titik yang sering menjadi
tempat untuk penyelesaian
5.1 Penyelesaian di Dasar Sumur
• Kasus sederhana yang akan dibicarakan adalah tekanan
kepala sumur konstan.
• Kasus ini mungkin terjadi jika jarak antara kepala sumur dan
separator cukup dekat. Untuk kejadiaan ini , pembagiaan
dilakukan di dasar sumur yaitu di node 6 (lihat gambar 4-2).
• Persamaan untuk inflow dan outflow adalah :

• Inflow :

• Outflow :
pr  pres  pwf

ptf  ptub  pwf


Plot Analisa Nodal Pada titik Penyelesaian Di
Dasar Sumur
PERAMALAN KINERJA ALIRAN
FLUIDA DARI RESERVOIR KE
LUBANG SUMUR ( IPR )

Dibagi 2 kelompok yaitu :


1.Faktor skin (S) = 0
2.Faktor skin (S) ≠ 0

Syarat : tek. Reservoir < tek. saturasi


PERAMALAN IPR UNTUK S = 0
Dibagi menjadi 2 yaitu :
1.Metoda Standing
2.Metoda PIVOT POINT

Ke 2 nya dikembangkan dari pers.


VOGEL shg semua persyaratan VOGEL
harus dipenuhi.
METODA STANDING

Anggapan anggapan :
1.P.I mengikuti definisi aliran 1 fasa
2.Saturasi fluida di reservoir sama di setiap
titik.

Persamaan yang dihasilkan :


1. PI (J) untuk masa sekarang ( Jp )*
(Jp)* = 1.8 Qomax
Pr
2. PI untuk masa yang akan datang, (Jf)*

3. Tentukan Qo max untuk masa yang


akan datang
(Qo max)f = (Jf)* (Pr)f
1.8
Langkah langkah perhitungan :
1. Siapkan data pendukung meliputi :
a) Data tek dan produksi saat sekarang
b) Hub So vs P serta grafik Kro, dari ke 2 hubungan
ini dapat dibuat hub antara Kro vs tekanan
c) Hub antara visc minyak dan faktor vol. Formasi
terhadap tekanan
2. Dari data P dan Q, hitung Qo max dg pers. Vogel
3. Hitung harga (Jp)*
4. Hiung harga Kro,µo dan Bo pada tek res sekg (Pr)p
dan y.a.d (Pr)f pada tabel di langkah 1.
5. Hitung harga (Jf)*
6. Hitung harga (Qo max)f ,yang akan datang
7. Buat kurva IPR untuk masa y.a.d berdasarkan harga
(Qo max)f dg gunakan pers. Vogel
Diketahui : spacing = 40 acre
Saturasi minyak tersisa = 15%
Interstitial Sw = 20%
P.I (J) = 0.92
Rate (Q) = 400 bpd
1. Hitung harga (Qomax)p =
400
1-0.2(1815/2250) – 0.8 (1815/2250)2

= 1257.5 bpd
2. Hitung harga (Jp)* = 1.8 x (1257.5/2250) = 1.01
3. Ambil harga Bo, Kro dan µo pada data atau dihitung
4. Hitung (Jf)* = 1.01 (0.685)/{(3.59)(1.150)}
(0.815)/{(3.11)(1.173)}
= 0.750 bpd/psi
5. Hitung harga (Qomax)f = (0.7590)(1800)/ (1.8)
= 750 bpd/psi
6. Hitung harga qo untuk berbagai harga Pwf dan
ditabulasikan. (qo=(Qomax)f(1-0.2(Pwf/Pr)-
Dibuat tabulasi antara Pwf vs qo lalu diplot
pada kertas grafik

Pwf (psi) qo ( BPD )


1800 0
1600 143
1400 270
1200 383

diplot
METODA PIVOT POINT
Dkembangkan oleh UHRI & BLOUNT dg dasar
pers. Vogel.
Diperlukan 2 uji tekanan dan produksi pada satu
sumur pada saat yang berbeda.
Hasilnya dapat dibuat kurva IPR untuk waktu yang
akan datang.
Langkah perhitungan
Metoda perhitungan bisa dilakukan secara grafis atau
numerik, tapi yang akan diterangkan adalah secara
numerik.

1.Hitung harga PI.


Pers. Yg dipakai :

Bila Pwf = 0, maka harga P.I adalah


Bila Pwf = Pr maka harga P.I adalah :

Dari ke 2 pers. Diatas maka harga PI pada Pwf = Pr


adalah 9 kali harga P.I pada Pwf = 0.
Berdasarkan pers. Di atas utk 2 uji tek dan prod yg dilakukan pada
saat yg berbeda dapat dibuat hubungan antara dqo/dPwf
terhadap tekanan reservoir (Pr).

Untuk setiap uji tek dan produksi, garis yang menghubungkan


antara titik (Pr,dqo/dPwf@Pwf=0) dan (Pr,dqo/dPwf@Pwf=Pr)
akan bertemu di satu titik yg disebut “PIVOT POINT”

Dg PIVOT POINT ini dapat dibuat garis yang menghubungkan


(Pr,dqo/dPwf@Pwf=0) dan Pr,dqo/dPwf@Pwf=Pr) pada harga
harga Pwf = 0 dan Pwf=Pr yang lain dg pers. Di atas.

Apabila titik titik yg menunjukkan harga (Pr,dqo/dpwf@pwf=Pr)


dihubungkan akan diperoleh tempat kedudukan titik yg
menunjukkan harga P.I pada satu harga Pr, dan ini dinamakan
“ Pr-envelope “.
Garis ini akan digunakan untuk meramalkan kurva IPR
Grafik plot antara dqo/dPwf terhadap tekanan
reservoir (Pr) dapat dilihat pada gambar berikut :
Uhri dan Blount menyederhanakan Pr-envelope
secara numerik sbb :

Qomax/Pr = (A Pr)/(Pr + n), di mana :

A = ( Pr1 – Pr2) / B
Pr1 = P res pada waktu t1
Pr2 = Pres pada waktu t2
(Pr1)2 (Pr2)2
B= -
Qomax1 Qomax2

n = Pr1 { ( A Pr1 / Qo max1 ) – 1 }


PROSEDUR PERAMALAN UHRI
DAN BLOUNT
1. Siapkan 2 data uji tek dan prod pada saat yg
berbeda ( bisa ke 2 nya pada saat yg lampau atau
1 uji saat skg dan 1 uji pada saat lampau.
2. Hitung Qomax dg pers. Vogel untuk masing
masing uji.
3. Hitung kontanta A dan n dg pers. Diatas
4. Hitung Qomaxf pada tek. Prf dg pers.
Qomax/Pr = (A Pr)/(Pr + n)
5. Buat kurva IPR untuk tek. Res sama dengan Prf
dari pers. Vogel dan Qomaxf dari langkah 4
CONTOH SOAL :
Diketahui data uji sumur sbb :

Uji 1 Uji 2
qo., bpd 50 50
Pwf,psi 1765 1578
Ps, psi 2090 1960

Buatlah kurva IPR pada Prf = 1260 psi


Jawaban :
1.Tentukan Qomax 1 :
= (50)/ 1-0.2(1765/2090)-0.8(1765/2090)2
= 191.89
Tentukan Qomax 2 :
= (50)/ 1-0.2(1578/1960)-0.8(1578/1960)2
2.Hitung A = 2090 – 1960
(2090)2 /191.89 –(1960)2 /156.04
= - 0.070052
3.Hitung n = 2090 (-0.070052)(2090)
-1
191.89
= -3684.6317
4. Buat tabulasi antara Pwf ass dan qo
Pwf qo
1260 0
1200 3,825
1000 15,381
800 25.099
600 32,979
400 39,021
200 43,225
0 45.59

5. Buat kurva IPR masa yang akan datang


dengan memplot Pwf vs qo
PERAMALAN IPR DENGAN S ≠ 0
Ada 4 metoda yaitu :

1.Metoda COUTO : pengembangan pers. Vogel

2.Metoda FETKOVICH : pengembangan empiris

3.Metoda EICKMIER : gabungan Vogel dan


Fetkovich

4.Metoda PUJO SUKARNO : berdasarkan hasil


METODA COUTO :
Rumus COUTO adalah :

Di mana :
a = faktor konversi yg besarnya
0.0012 sehingga
3.49x0.0012=0.00419
R = Pwf/Pr
Anggapan pers. COUTO adalah :

Apabila hubungan antara tek.res dengan


permeabilitas relatif minyak serta hubungan
antara visc minyak dan Bo diketahui maka dg
anggapan F.E konstan dapat diramalkan kurva
IPR pada harga tek. Res yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai