Anda di halaman 1dari 31

KELOMPOK 6

DRS MIMID SANTIKA


OLIS KHOLISOH. S,Pd.
DRA. KENCANASARI
TEMA YANG AKAN DISAMPIKAN
ADALAH

FILOSOFI, KEBIJAKAN DAN STRATEGI


PENDIDIKAN NASIONAL
PENDAHULUAN

Pengertian Pendidikan:
Pendidikan adalah ; usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan, bimbingan, pengakaran dan atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang. (UU Negara Republik
Indonesia No 2 Bab I ayat 1).
Menurut UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikemukakan
bahwa: “Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
setiap peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakaat, bangsa dan negara”.
Menurut Dr.Hari Suderajar,Drs.,
M.Pd.
Pendidikan adalah :
“Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan terjadinya pembelajaran
sebagai suatu proses aktualisasi potensi
peserta didik menjadi kompetensi yang
dapat dimanfaatkan atau digunakan dalam
kehidupan, dengan akhlak mulia yang
berdampak Rohmatan lil alamin”.
Prinsip pengembangan Pendidikan
Nasional
 Kesetaraan perlakuan sektor pendidikan
dengan sektor lain.
 Pendidikan berorientasi rekontruksi sosial.
 Pendidikan dalam rangka pemberdayaan
bangsa.
 Pemberdayaan infrastruktur sosial untuk
kemajuan pendidikan nasional.
 Pembentukan kemandirian dan
keberdayaan untuk mencapai keunggulan.
lanjutan

 Penciptaan iklim yang kondusif untuk


tumbuhnya toleransi dan konsensus dalam
kemajemukan.
 Perencanaan terpadu secara horizontal
(antar sektor) dan vertikal (antar jenjang-
bottom up dan top down planing).
 Pendidikan berorientasi peserta didik.
 Pendidikan multikultural;dan
 Pendidikan dengan perspektif global.
ACUAN DASAR PENGEMBANGAN

1. Acuan Filosofis.
Pendidikan harus memiliki karakteristik sebagai
berikut :
 Mampu mengembangkan kreatifitas,
kebudayaan dan peradaban.
 Mendukung desiminasi nilai keunggulann.
 Mengembangkan nilai-nilai demokrasi,
kemanusiaan, keadilan dan keagamaan.
 Mengembangkan secara berkelanjutan kinerja
kreatif dan produktif.
2. Acuan Nilai kultural. Yang perlu dikembangkan
melalui pendidikan yakni nilai dasar kemandirian
dan keunggulan dengan berbagai potensi yang
ada dalam setiap lingkungan (wilayah)
3. Acuan Lingkungan Strategis, pendidikan harus
menerapkan berbagai prinsip-prinsip seperti:
a. Mutu dengan standar global supaya bangsa
Indonesia dapat bersaing secara global.
b. Penggunaan berbagai cara belajar dengan
mendayagunakan beragam sumber belajar.
PENDIDIKAN UNTUK MASYARAKAT
INDONESIA BARU
a.Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara yang aman, bersatu, rukun, dan damai;
b.Terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara
yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan, dan
hak asasi manusia; dan
c.Terwujudnya perekonomian yang mampu
menyediakan kesempatan kerja dan
penghidupan yang layak serta memberikan
fondasi yang kokoh bagi pembangunan
berkelanjutan, yang dilandasi keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
Pendidikan harus memiliki
karakteristik sebagai berikut :
 Mampu mengembangkan kreatifitas,
kebudayaan dan peradaban.
 Mendukung desiminasi nilai keunggulann.
 Mengembangkan nilai-nilai demokrasi,
kemanusiaan, keadilan dan keagamaan.
 Mengembangkan secara berkelanjutan
kinerja kreatif dan produktif.
KEADAAN PENDIDIKAN INDONESIA SAAT
INI
 Kurikulum yang terus mengalami perubahan
sesuai dengan tuntutan zaman. Akan tetapi
dalam kenyataannya kurikulum mengalami
kesulitan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan permasalahan yang
sangat komplek.
 Pembaharuan kurikulum dilakukan secara
terus menerus dengan :
Melakukan perampingan materi pelajaran.
Manata kembali lingkup dan tata urutan
materi.
Guru bisa berimprovisasi sesuai dengan
lingkungan.
Memperbaiki pelaksanaan dilapangan,
Menyesuaikan dengan kemampuan
individu sesuai dengan bakat dan minat.
Menhambangkan standar kompetensi
siswa.
TENAGA KEPENDIDIKAN
 Profesional guru
 Kesejahteraan Guru
 Upaya peningkatan mutu guru (program
penyetaraan D II bagi guru SD hampir
500.000 telah mngikuti).
 Serifikasi guru salah satu program yang
sedang dilakukan.
Rendahnya mutu guru dan tenaga kependidikan,
disebabkan anatara lain :
 Berkurangnya minat lulusan SLTA, terutama yang
berprestasi untuk memilih bidang kependidikan.
 Profesi guru tidak menarik karena adanya penghargaan
(terutama penggajian)
 Kesejateraan guru umumnya masih dibawah standar
minimal untuk memenuhi hidup sebagai tenaga
profesional.
 Pembinaan karier bagi guru dan tenaga kependidikan
belum tertera dengan baik.
 Belum adanya pemerataan guru dengan baik antara
kota dengan kota dan desa juga antar bidang study.
KUALIFIKASI PENDIDIK
TAHUN 2002/2003
Ijazah Tertinggi
Jenjang Jumlah
No
Pendidikan Guru Sarjana S2/S3
< D1 (%) D2 (%) D3 (%)
(%) (%)
1 TK 137.069 90,57 5,55 - 3,88 -
2 SLB 8.304 47,58 - 5,62 46,35 0,45
3 SD 1.234.927 49,33 40,14 2,17 8,30 0,05
4 SMP 466.748 11,23 21,33 25,10 42,03 0,31
5 SM 452.255 2,06 1,86 26,37 69,39 0,33
6 SMA 230.114 1,10 1,89 23,92 72,75 0,33
7 SMK 147.559 3,54 1,79 30,18 64,16 0,33
8 PT 236.286 - - - 56,54 43,46
GURU DAN KEPALA SEKOLAH
MENURUT KELAYAKAN MENGAJAR
TAHUN 2002/2003
No. Kelayakan Negeri % Swasta % Jumlah %

SD 1,143,070 92.6 91,857 7.4 1,234,927 100.0

1 a. Layak 584,395 47.3 41,315 3.3 625,710 50.7

b. Tidak Layak 558,675 45.2 50,542 4.1 609,217 49.3

SMP 311,531 66.7 155,217 33.3 466,748 100.0

2 a. Layak 202,720 43.4 96,385 20.7 299,105 64.1

b. Tidak Layak 108,811 23.3 58,832 12.6 167,643 35.9

SMA 122,803 53.4 107,311 46.6 230,114 100.0

3 a. Layak 87,379 38.0 67,051 29.1 154,430 67.1

b. Tidak Layak 35,424 15.4 40,260 17.5 75,684 32.9

SMK 48,645 33.0 98,914 67.0 147,559 100.0

4 a. Layak 27,967 19.0 55,631 37.7 83,598 56.7

b. Tidak Layak 20,678 14.0 43,283 29.3 63,961 43.3


Perubahan Paradigma Sistem
Pendidikan
 Sentralistik; Desentralistik;
 Kebijakan yang bottom up.
Kebijakan yang top down
Orientasi pengembangan holistik;
 Orientasi pengembangan pendidikan untuk pengembangan
persial: pendidikan untuk kesadaran untuk bersatu dalam
pertumbuhan ekonomi, kemajemukan budaya, menjunjung
stabilitas politik, dan tinggi nilai moral, kemanusian dan
agama, kesadaran kreatif, produktif,
teknologi perakitan;
kesadaran hukum;
 Peran pemerintah sangat Meningkatkan peran serta
dominan; masyarakat secara kuantitatif dan
 Lemahnya peran isntitusi kualitatif;
nonsekolah Pemberdayaan institusi masyarakat,
keluarga,LSM, pesantren, dan dunia
usaha.
KEBIJAKAN DESENTRALISASI
PENDIDIKAN
 ARTI DESENTRALISASI
Menurut Rondinelli (1998) Desentralisasi
adalah penyerahan otoritas pusat ke
daerah-daerah.
ALASAN DESENTRALISASI

 Menghindari beban pemerintah pusat


 Penyantunan demokrasi
 Karena besarnya cakupan wilayah
 Kesadaran atas penderitaan dibawah
otoriter
 Mengefesienkan desentralisasi
 Memuluskan desentralisasi
 Relevansi untuk Indonesia
DESENTRALISASI PENDIDIKAN
 PENGATURAN PERIMBANGAN
KEWENANGAN PUSAT & DAERAH
 MANAJEMEN PARTISIFASI
MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN
 PENGUATAN MANAJEMEN
PEMERINTAH DAERAH
 PENDAYAGUNAAN BERSAMA
SUMBER DAYA PENDIDIKAN
 HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA
STAKE HOLDERS PENDIDIKAN
 PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR SOSIAL
Dampak positif & negatif
1. Sejumlah provinsi dan kabupaten/kota mengambil inisiatif
sendiri dalam melaksanakan perubahan organisasi untuk
merespon peran dan fungsi yang berubah.
2. Tumbuhnya inisiatif dalam mengelola perubahan yang
didorong oleh kekuatan internal pada tingkat satuan
pendidikan dan masyarakat.
3. Pada tingkat pusat, reformasi struktur organisasi
Depdiknas lebih diarahkan pada semakin besarnya fungsi
manajemen mutu sebagai respon positif terhadap
tuntutan perkembangan global dan kebijakan
desentralisasi.
Dampak yang kurang positif
Perencanaan dan pelaksanaan program belum didukung
oleh data dan informasi yang akurat pada berbagai
tingkatan pemerintahan. Di masa lalu, arus data dan
informasi secara langsung dikendalikan oleh pusat,
sementara itu provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan
hanya bertindak sebagai saluran informasi, bukan sebagai
pengguna akhir. Sampai saat ini, setiap direktorat atau unit
utama masih mengembangkan sistem informasi sendiri-
sendiri yang dilakukan secara terpusat. Oleh karena itu,
perlu dibangun single database dan dikembangkan sistem
informasi yang terpadu dan terintegrasi. Peran dan fungsi
masing-masing unit jelas, disertai dengan penguatan
daerah dalam penyediaan data dan informasi.
STRATEGI PENDIDIKAN
NASIONAL
STRATEGI UMUM
 Demokratisasi pendidikan
 Pemerataan pendidikan
 Pendidikan untuk semua (education far all)
 Pemberdayaan dan pendayagunaan institusi
kemasyarakatan
 Pengakuan hak-hak masyarakat temasuk
hak pendidikan
 Kerja sama dengan dunia usaha dan industri
KEBIJAKAN POKOK PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN NASIONAL
A. Pemerataan dan Perluasan Akses
B. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya
Saing
C. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan
Citra Publik
KEBIJAKAN DALAM PEMERATAAN DAN
PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN
1.9 1.1 1.4
Pendidikan Pendanaan Biaya Perluasan akses
Kecakapan Hidup Operasional Wajar pendidikan Wajar
Dikdas 9 Tahun pada jalur nonformal
1.10
Perluasan Akses 1.5
SMA/SMK dan SM Perluasan akses
Terpadu pendidikan keaksaraan
bagi penduduk usia
1.11 >15 tahun
PEMERATAAN &
Perluasan Akses PERLUASAN AKSES 1.6
Perguruan Tinggi PENDIDIKAN
Perluasan Akses
Sekolah Luar Biasa
1.12 dan Sekolah Inklusif
Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan 1.7
Komunikasi sebagai Pengembangan
Sarana Pembelajaran 1.2 1.3 Pendidikan Layanan
Jarak Jauh Khusus bagi Anak Usia
Penyediaan Sarana Rekruitmen Pendidik Wajar Dikdas di
dan Prasarna dan Tenaga Daerah Bermasalah
1.13
Pendidikan Wajar Kependidikan
Peningkatan peran 1.8
serta Masyarakat
dalam Perluasan Akses Perluasan akses
SMA, SMK/SM Terpadu, Pendidikan Anak
SLB, dan PT Usia Dini (PAUD)
KEBIJAKAN DALAM PENINGKATAN MUTU, RELEVANSI,
DAN DAYA SAING
2.13 2.3 2.5
Pemanfaatan Teknologi Perluasan dan Peningkatan Mutu Pengembangan
Informasi dan Akreditasi oleh BAN-SM, BAN-PNf dan Kompetensi Pendidikan
Komunikasi dalam BAN-PT dan Tenaga
Pendidikan 2.4a 2.4b Kependidikan
Pembinaan dan
Pengembangan Guru Pengembangan Pendidik
2.12 sebagai Profesi 2.6
dan Tenaga Kependidikan
Peningkatan Jumlah dan Nonformal Perbaikan dan
Mutu Publikasi Ilmiah Pengembangan Sarana
dan HAKI dan Prasarana

2.11 2.7a
PENINGKATAN
Akselerasi Jumlah
MUTU, RELEVANSI & Perluasan Pendidikan
Program studi Kejuruan, Kecakapan Hidup
vokasi, dan Profesi DAYA SAING

2.10 2.7b
Mendorong Jumlah Peningkatan Kreativitas,
Jurusan di PT yang Masuk 2.2a 2.2.b Entrepreneurship, dan
dalam 100 Besar Asia atau Pengawasan dan Kepemimpinan
Survai Benchmarking
500 BesarDunia Penjaminan Mutu secara Mahasiswa
Mutu Pendidikan
Terprogram dengan Terhadap Standar
Mengacu pada SNP Internasional
2.9 2.8
Pembangunan Sekolah 2.1 Pengembangan Sekolah
Bertaraf Internasional di Implementasi dan Penyempurnaan Berbasis Keunggulan
Setiap Provinsi/ SNP dan Penguatan Peran Badan Lokal di Setiap
Kabupaten/Kota Standar Nasional Pendidikan Kabupaten/Kota
KEBIJAKAN DALAM PENGUATAN TATA KELOLA, AKUNTABILITAS,

DAN PENCITRAAN PUBLIK


3.9 3.4
Pelaksanan Inpres
Peningkatan Kapasitas
Nomor 5 Tahun 2004
3.1 dan Kompetensi
tentang Percepatan
Manajerial Aparat
Pemberantasan KKN Peningkatan Sistem
Pengendalian Internal
3.10 Berkoordinasi dengan 3.5
Intensifikasi Tindakan- BPKP dan BPK Penataan Ketaatan
tindakan Preventif oleh pada Peraturan
Inspektorat Jenderal Perundang-undangan

3.11 3.6
Intensifikasi dan PENGUATAN TATA Penataan Regulasi
Ekstensifikasi KELOLA, Pengelolaan Pendidikan
Pemeriksaan oleh Itjen, AKUNTABILITAS dan Penegakkan Hukum
BPKP, dan BPK DAN CITRA PUBLIK di Bidang Pendidikan

3.7
3.12
Penyelesaian Tindak Peningkatan Citra
Lanjut Temuan-temuan Publik
Pemeriksaan Itjen, 3.2 3.3
BPKP, dan BPK Peningkatan Kapasitas
Peningkatan Kapasitas 3.8
dan Kompetensi Aparat
dan Kompetensi Aparat
3.13 Perencanaan dan
Inspektorat Jenderal
Pengembangan Aplikasi Penganggaran Peningkatan Kapasitas
SIM secara Terintegrasi dan Kompetensi
(Keuangan, Aset, Pengelola Pendidikan
Kepegawaian, dan Data
Lainnya)
BERSATU KITA TEGUH BERCERAI
KITA RUNTUH

SAMPAI JUMPA LAGI

Anda mungkin juga menyukai