Anda di halaman 1dari 55

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

INFEKSI PUSKESMAS
PENGERTIAN PPI

Suatu upaya kegiatan untuk mencegah,


meminimalkan kejadian infeksi pada
pasien , petugas, pengunjung dan masyarakat
sekitar rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya yang meliputi pengkajian
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
INFEKSI

Infeksi merupakan suatu keadaan


yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen,
dengan/tanpa disertai gejala
klinik
SUMBER INFEKSI

dari masyarakat/komunitas (Community Acquired


Infection)
dari rumah sakit / Infeksi Nosokomial (Hospital
Acquired Infection) diubah menjadi Infeksi Terkait
Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-
Associated Infections) dengan pengertian yang lebih
luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari
rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya
HAIs (Health Care Associated Infections)

 infeksi yang terjadi pada pasien selama


perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk
infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah
pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada
petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait
proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Mencegah dan meminimalkan
terjadinya HAIs
(Healthcare Associated Infections) Agen

Host Reservoar

Memutus siklus penularan penyakit INFEKSI

Portal Portal
of entry of exit

Melindungi pasien, petugas kesehatan, Transmis


i
pengunjung, dan masyarakat yang
menerima pelayanan kesehatan
RANTAI INFEKSI
 Agen infeksi (infectious agent) adalah
mikroorganisme penyebab infeksi. Pada manusia,
agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur
dan parasit
 Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi
dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak dan siap
ditularkan kepada pejamu atau manusia
 Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat
agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan
reservoir melalui saluran napas, saluran cerna,
saluran kemih dll
 Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode
transport mikroorganisme dari wadah/reservoir ke
pejamu yang rentan
 Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen
infeksi memasuki pejamu yang rentan dapat
melalui saluran napas, saluran cerna, saluran
kemih dan kelamin atau melalui kulit yang tidak
utuh
 Susceptible host (Pejamu rentan) adalah
seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi
TUJUAN DAN SASARAN
 Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga
melindungi sumber daya manusia kesehatan,
pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan.
 SasaranPedoman PPI di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan disusun untuk digunakan oleh seluruh
pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan
yang meliputi tingkat pertama, kedua, dan ketiga
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup program PPI meliputi kewaspadaan
isolasi, penerapan PPI terkait pelayanan kesehatan
(Health Care Associated Infections/HAIs) berupa
langkah yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya HAIs (bundles), surveilans HAIs,
pendidikan dan pelatihan serta penggunaan anti
mikroba yang bijak. Disamping itu, dilakukan
monitoring melalui Infection Control Risk Assesment
(ICRA), audit dan monitoring lainya secara berkala.
Dalam pelaksanaan PPI, Rumah Sakit, Puskesmas,
Klinik, Praktik Mandiri wajib menerapkan seluruh
program PPI
HH
Mortalitas APD
Masalah Biaya
HAIs Morbiditas Tuntutan
hukum
Limbah
Lingkungan
Peralatan Perawatan Ps
PPRA Penanganan Linen
Kes. Karyawan
Penempatan Pasien
Etika batuk
Penyuntikan yang aman
Praktil lumbal punksi

VAP,IADP
ILO,ISK

Airborne
Droplet
Contact
Menerapkan
Bundles of
HAIs
Komite PPI
Tim PPI
IPCN

Audit
IPCN
ICRA
• Program & Tata kelola PPI (PPI 6.5.1)
1.

• Kajian Risiko & tujuan PPI (PPI 6 . 5 . 2 )


2.

• Kebersihan Tangan (PPI 6.5.3)


3.

• Alat Pelindung Diri (APD) (PPI.6 .5 .4 )


4.

• Peralatan Perawatan Pasien (PPI 6 . 5 . 5 )


5.
• Pengelolaan Linen (PPI 6.5.6)
6.

• Pengelolaan Limbah (PPI 6.5.7)


7.

• Tindakan Klinis melalui Bundles PPI (PPI 6 . 5 . 8 )


8.

• Pengelolaan makanan (PPI.6.5.9)


9.

• Prosedur penyuntikan yang aman (PPI


10. 6.5.10)
• Kajian risiko infeksi (ICRA) (PPI 6.5.11)
11 .

• PPI infeksi airborne (PPI 6.5.12)


12.
• Pengelolaan outbreak (PPI 6.5.13)
13.
• Monitoring risiko infeksi (PPI.6.5.14)
14.
• Program edukasi PPI (PPI 6.5.15)
15.
• Monitoring resistensi antimikroba (PPI 6.5.16)
16.

Edit 29 Juni 2017


KEWASPADAAN ISOLASI

KEWASPADAAN STANDAR ( LAPIS PERTAMA )

Merupakan gabungan dari Universal Precaution dan


Body Substain Isolation
Waspada terhadap darah, cairan tubuh, sekresi dan
ekskresi kecuali keringat
Ditujukan kepada semua pasien tanpa memandang
infeksi atau tidak infeksi

KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI ( LAPIS KEDUA )

Merupakan kewaspadaan tambahan


Ditujukan kepada pasien yang terinfeksi atau diduga
infeksi
 Hal utama dalam PPI
 Pilar PPI
 Komponen sentral dari Patient Safety
 Sederhana dan efektif mencegah HAIs
 Menciptakan lingkungan yang aman
 Pelayanan kesehatan aman
 Bila tangan kotor , cuci dengan sabun/antiseptik di air mengalir
 Bila tangan tak tampak kotor , bersihkan dengan gosok cairan
berbasis alkohol
 APD merupakan alat kesehatan yang terdiri dari
masker, topi, sarung tangan,pelindung wajah,
sepatu yang digunakan petugas maupun pasien
untuk melindungi diri dari kontaminasi penyakit
infeksi.
 Digunakan sesuai indikasi
 Segera dilepas jika sudah selesai tindakan
3. Dekontaminasi peralatan perawatan
pasien
 Disposible, setelah dipakai buang
 Reuseable, setelah dipakai dilakukan dekontaminasi
yang meliputi pembersihan, disinfeksi, sterilisasi
 Peralatan Kritikal dilakukan sterilisasi
 Semi Kritikal dilakukan disinfeksi tingkat tinggi
 Non Kritikal dilakukan pembersihan, jika
terkontaminasi darah atau cairan tubuh disinfeksi
Memisahkan linen kotor
terkontaminasi darah
atau cairan tubuh
dengan tidak
terkontaminasi
Tidak meletakkan linen
dilantai
Penyimpanan linen di
lemari tertutup
Membawa linen kotor
maupun bersih dalam
keadaan tertutup
Memisahkan limbah infeksius dan non infeksius
Limbah Infeksius: limbah yang terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan
ekskresi, kecuali keringat
Limbah non infeksius: limbah yang tidak
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh
Limbah padat infeksius ke kantong plastik
kuning dan limbah padat non infeksius ke
kantong plastik hitam
Limbah jarum dan benda tajam lainnya ke
wadah tahan tusuk dan tahan air
Limbah cair infeksius ke saluran khusus
Kontainer limbah tertutup, sebaiknya membuka
menggunakan injakan kaki
6. Penempatan pasien
 Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius
 Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi
penyakit pasien (kontak, droplet,airborne) sebaiknya ruangan
tersendiri
 Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama
pasien lain yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem
cohorting
 Jarak antara tempat tidur minimal 1-2 meter. Untuk menentukan
pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan, dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada Tim PPI
 Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan
berdasarkan jenis transmisinya (kontak,droplet, airborne)
 Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara
(airborne) agar dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan
Lingkungan Faskes
Udara ruangan bersih,
tidak bau
Permukaan lingkungan
ruangan bersih, tidak
kotor, tidak ada debu,
sampah tidak bertebaran
Lingkungan luar Faskes
bebas binatang , kucing,
anjing, tikus
Air bersih sesuai syarat
mutu air
7.PENGENDALIAN LINGKUNGAN
• Kualitas Udara
• Kualitas air
• Permukaan lingkungan
• Desain dan konstruksi bangunan
a) Desain jumlah petugas kesehatan
b) Desain ruang rawat
c) Luas ruangan yang tersedia
d) Jumlah, jenis pemeriksaan dan prosedur
e) Persyaratan teknis komponen lantai, dinding dan langit-
langit
f) Air, Listrik dan Sanitasi
g) Ventilasi dan Kualitas udara
h) Pengelolaan alat medik reused dan disposable
i] PENGELOLAAN MAKANAN
 Tidak memakai ulang jarum
suntik
 Upayakan tidak memakai obat-
obat/cairan multidose
 Pertahankan teknik aseptik dan
antiseptik pada pemberian
suntikan
 Segera buang jarum suntik
habis pakai
 Tidak melakukan recapping
jarum suntik habis pakai
• Pakai tisu, buang ke tempat sampah (kuning ) bila
telah terkena sekret saluran napas dan

• Menutup mulut & hidung saat batuk/ bersin

• Lakukan cuci tangan dengan sabun /antiseptik & air


mengalir, alkohol handrub setelah kontak dengan
sekret

• Jaga jarak terhadap orang dengan gejala ISPA dengan


demam
WHO
GUIDELINES
x x x √ √
10. Pemeliharaan kesehatan karyawan

 Ada pemeriksaan kesehatan secara regular untuk


yang berisiko infeksi
 Pemberian immunisasi Hepatitis pada tempat
yang berisiko
 Ada flow chart pada petugas kesehatan jika
terjadi luka tusuk jarum atau benda tajam
lainnya
 Ada alat pelindung diri tersedia
Kewaspadaan berbasis transmisi
Kapan harus diterapkan?
Keputusan untuk menerapkan K berbasis transmisi dibuat
saat pasien pertama datang /pasien baru masuk
atau hadirnya infeksi baru !
 Diputuskan dengan dasar kriteria klinis dan epidemiologis
sebelum hasil pemeriksaan laboratorium dapat
mengkonfirmasi diagnosis
 Diterapkan pada
pasien dg gejala/dicurigai terinfeksi atau
kuman patogen
sebagai tambahan Kewaspadaan Standard
Transmisi Kontak
• Kontak: terbanyak,tangan petugas,peralatan
pasien,mainan anak,alat diagnostik
• Kontak langsung:
• pasien – petugas ,pasien – pasien,pasien-
pengunjung
• Kontak tidak langsung:
• Pasien/petugas – permukaan terkontaminasi-
petugas/pasien

• kontrol lingkungan: cleaning & disinfeksi


permukaan yg terkontaminasi
Kewaspadaan transmisi droplet
• Penyakit menular lewat droplet ,ditularkan melalui batuk,bersin dan
berbicaradroplet kecil dan droplet besar
• Droplet:
• Percikan >5µm melayang di udara jatuh mengenai mukosa mata, hidung
atau mulut orang tanpa pelindung dan akan jatuh pada jarak < 1m
• Gunakan APD yang sesuai :
masker bedah/medik
sarung tangan
gaun
• Batasi gerak pasien keluar R rawat
• Ruang terpisah,TT berjarak > 1m atau kohorting
• Cuci tangan tiap melepas APD
Pedoman kewaspadaan transmisi
airborne
• Tempatkan pasien di ruang dg ventilasi memadai (bila mungkin),
pisahkan dari pasien lain
• Pakai respirator partikulat saat memasuki ruang dg risikotinggi,check
tiap akan pakai
• Batasi gerak pasien,edukasi untuk etika batuk,pakai masker bila keluar
Ruang rawat
• Tambahan Kewaspadaan Standard,diterapkan pd pasien dg penyakit
ditularkan melalui airborne
• Bila didapatkan infeksi virus/bakteri BARU,belum pernah
dilaporkanHARUS dijalankan kewaspadaan transmisi airborne
• Transmisi droplet nuklei dapat terjadi mis
droplet & kontak erat pada Avian Influenza,H1N1
beberapa tindakan penghasil aerosol di ruangan dg ventilasi kurang
memadai
BUNDLE'S

SEPERANGKAT INTERVENSI KONSEP ILMIAH


BERBASIS BUKTI SAHIH (EVIDENCE BASE
PRACTICES), TERDIRI DARI 4-6 ELEMEN / UNSUR
BILA DILAKSANAKAN MENYELURUH SETIAP WAKTU
MENGHASILKAN UMPAN BALIK TERBAIK.
PENERAPAN BUNDLES PENCEGAHAN
INFEKSI LUKA OPERASI/TINDAKAN
PASKA
PRE INTRA
1. Tidak melakukan 1. Kebersihan 1. Rawat luka
pencukuran tangan bedah tehnik aseptik
rambut, kecuali
mengganggu 2. Preparasi kulit 2. Luka balutan
jalannya 3. Lingkungan; ditutup 24-48
operasi/tindakan pertukaran udara jam, kecuali
2. Antibiotka 15 X/jam. ada indikasi
profilaksis Kelembaban 40- lain
3. Temp. tubuh 60% 3. Nutrisi
normal
4. Gula darah normal
dibawah 200
SURVEILANS

Pengumpulan data kesehatan yang penting


secara terus menerus, sistematis, analisis
dan interpretasi dan didesiminasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan secara
berkala untuk digunakan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
suatu tindakan pelayanan kesehatan
Kegiatan surveilens HAIs ini merupakan suatu
proses yang dinamis, komprehensif dalam
mengumpulkan, mengidentifikasi, menganalisa
data kejadian yang terjadi dalam suatu populasi
yang spesifik dan melaporkannya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan
 Dilakukan oleh IPCN yang memiliki kompetensi,
berpengalaman, mendapatkan pelatihan
 Dilakukan secara aktif, terus menerus
 Hasil didesiminasikan kepada yang
berkepentingan
Tujuan surveilans hais

1. Sebagai suatu tolok ukur akreditasi


2. Memperoleh data dasar
3. Kewaspadaan dini KLB
4. Menilai standard mutu pelayanan
5. Sebagai sarana mengidentifikasi Infeksi
6. Menilai keberhasilan suatu program PPI
7. Meyakinkan para klinisi
Metode surveilans

1. Hospital wide, traditional Surveillance


2. Periodic Surveillance
3. Prevalence Surveillance
4. Target Surveillance
5. Outbreak threshold
Periodic Surveillance

 Dilakukan secara interval seperti satu


bulan dalam satu semester.
 Atau; melakukan survei pada satu atau
beberapa unit pada masa periode tertentu
kemudian pindah lagi ke unit lain
Prevalence Surveillance

 Adalah menghitung jumlah aktif infeksi selama periode


tertentu.

 Aktif infeksi dihitung semua jumlah infeksi baik yang


lama maupun yang baru ketika dilakukan survei.

 Jumlah aktif infeksi dibagi jumlah pasien yang ada pada


waktu dilakukan survei. Oleh karena semua aktif infeksi
dihitung yang lama dan baru maka rate infeksi biasanya
lebih tinggi dari rate insiden.
Target Surveillance

• Pendekatan kepada Target surveilans


• Fokus kepada critical care unit, Mis,
operasi kardiotorasik, transplantasi,
hemodialisis, bakteremia, infeksi luka
operasi, Ventilator Associated
Pneumonia, dll
Outbreak threshold

Survei dilakukan ketika terjadi


» Out break
» Peningkatan hasil kultur
positif
» Isolasi meningkat
ICRA PPI
ICRA RENOVASI/BANGUNAN
Pengertian Risk Asesment

Suatu proses penilaian untuk menguji


suatu proses secara rinci dan
berurutan, baik kejadian yang aktual
maupun yang potensial berisiko
ataupun kegagalan dan suatu yang
rentan melalui proses yang logis,
dengan memprioritaskan area yang
akan di perbaiki berdasarkan dampak
yang akan di timbulkan baik aktual
maupun potensial dari suatu proses
perawatan, pengobatan ataupun
service yang diberikan
METODE DASAR MANAJEMEN RISIKO
OBSERVASI
LAPORAN KEJADIAN
DOKUMEN REVIEW
PENGUKURAN MASALAH :
- Tingkat kesalahan >> kemungkinan
bahaya dan tingkat bahaya
- Risiko sampingan
RISK ASSESSMENT TOOLS

Risk Matrix Grading


Root Cause Analysis (RCA)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Risk Matrix Grading
 Sering digunakan
 Untuk memetakan risiko terhadap probabilitas,
dampak dan sistem yg ada

Risk Matrik efektif


 Mudah digunakan dan dimengerti
 Mempunyai deskripsi detail dan definitif
 Menerangkan bagaimana risiko dapat di
mitigasi pada tingkat yang bisa ditolerir
Risk Matrix Grading

Risiko sebagai suatu fungsi dari Probabilitas


(Change, likelihood) dari suatu kejadian yang
tidak diinginkan dan tingkat keparahan /
besarnya dampak dari kejadian tersebut

Skor Risiko =
Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X
Nilai Sistem yang ada
PPI RENOVASI

RENOVASI MELALUI UDARA

ASPERGILLUS SP, FUSARIUM SP,


ZYGOMYCETES, DLL
DEBU PLAFON/TANAH
AIR, LEMBAB MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN JAMUR, SPORA KECIL
YG MUDAH TERHIRUP (2-3MICRON)

Infection Control Risk Tugas PPI memastikan semua berjalan


dengan aman: memalui izin kontruksi,
Assesment ( ICRA ) monitoring,rekomendasi

52
AUDIT PROGRAM PPI
 Audit
PPI penting untuk melihat kepatuhan petugas
kesehatan dalam pelaksanaan PPI
 Bertujuanmeningkatkan mutu pelayanan kesehatan
secara komprehensif di RS
 Audit perlu isu yang sudah memiliki SPO
 Tidakberhenti hanya pengamatan  berlanjut pada
intervensi (upaya perbaikan) dan evaluasi keberhasilan
Kepala puskesmas

TIM PMKP/ Tim manajemen TIM AUDIT


TIM TEKHNIS MUTU mutu INTERNAL

1. KP
2. PPI
3. K3
KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR
4. KEPUASAN MUTU ADMIN MUTU UKM MUTU UKP
PELANGGAN
TERIMAKASIH

ppi@herning

Anda mungkin juga menyukai