Anda di halaman 1dari 73

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS


(KEWASPADAAN ISOLASI)

OLEH : ASEP RAHMADIANA


DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA
LATAR BELAKANG
KEJADIAN HAIs (Healthcare Ascociated
Infections)

Data WHO Tahun 2011, 14 Negara dari 4 kawasan angka rata-rata HAIs 8,7%, dan 1,4
juta orang komplikasi akibat infeksi

Survey HAIs di Amerika Serikat tahun 2014 : 722.000 kejadian infeksi dan 75.000
meninggal

Data WHO dalam Aisyah & Satyabakti (2013), angka infeksi di negara maju 5 -10%,
dan menjadi dua kali lipat di negara berkembang
Latar Belakang HH

HAIs APD
Limbah
PPRA Lingkungan
Peralatan Perawatan Ps
Penanganan Linen
Kes. Karyawan
Penempatan Pasien
Etika batuk
Penyuntikan yang aman
VAP,IADP Praktil lumbal punksi

IDO,ISK

Airborne
Droplet
Menerapkan Contact
Bundles
Of HAIs
Komite PPI
Tim PPI
IPCN
Audit
IPCN
ICRA
DASAR HUKUM
PMK NO 27 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PMK NOMOR 46 TAHUN 2015
TENTANG : AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK PRATAMA, TEMPAT PRAKTIK
MANDIRI
DOKTER, DAN TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER GIGI

Pasal 2
Pengaturan Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik
mandiri dokter gigi bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien;
b. meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya,
serta Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi
Add an image

Standar akreditasi Puskesmas 2019


 Standar 5.5 Program PPI dilaksanakan untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi
terkait dengan pelayanan kesehatan
 Pasal 1 PMK no 27 tahun 2017

 Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care  Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Associated Infections) yang selanjutnya disingkat
HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien adalah suatu alat dan/atau tempat
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas yang digunakan untuk
pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika menyelenggarakan upaya pelayanan
masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa
inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi kesehatan, baik promotif, preventif,
muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena kuratif maupun rehabilitatif yang
pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga dilakukan oleh Pemerintah,
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan. pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
7

RANTAI INFEKSI

The Power of PowerPoint | thepopp.com


 Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada untuk
menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi.Kejadian infeksi
di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6 komponen rantai
penularan,
Ruang Lingkup
Kewaspadaan Isolasi
Kebersihan tangan
• Cara terbaik mencegah penyebaran kuman di tempat
layanan kesehatan dan di tengah masyarakat
• Tangan adalah alat utama bagi pekerjaan tenaga kesehatan –
dan tangan menjadi mata rantai kunci dalam rantai penularan

Gagang pintu Peralatan

Jabat tangan
Medication

Ponsel Pemberi perawatan


Kebersihan tangan: 5 Momen WHO

https://www.who.int/infection-prevention/tools/hand-hygiene/en/
Kebersihan tangan: BAGAIMANA
 Gunakan produk dan teknik yang sesuai
 Produk pembersih tangan berbahan alkohol
diutamakan, jika tangan tidak terlihat kotor
 Gosok tangan selama 20-30 detik!
 Sabun, air mengalir dan tisu sekali pakai,
jika tampak jelas kotor atau terkontaminasi
kontaminan berprotein
 Cuci tangan selama 40-60 detik!

https://www.who.int/infection-prevention/tools/hand-hygiene/en/
ALAT PELINDUNG DIRI

Digunakan/dipakai jika melakukan tindakan terpapar atau kemungkinan


terpapar darah, cairan tubuh, sekresi,ekskresi , kecuali keringat, segera
lepas jika selesai tindakan terdiri dari : single use dan atau re use
Prinsip-prinsip penggunaan APD (1)
Selalu bersihkan tangan Anda sebelum dan setelah menggunakan APD
APD harus tersedia di mana dan di saat diperlukan
• dengan ukuran yang tepat
• pilih sesuai risiko atau sesuai langkah pencegahan berdasar transmisi

Selalu kenakan sebelum kontak dengan pasien


Selalu lepas segera setelah tugas selesai dan/atau meninggalkan area perawatan
pasien
JANGAN PERNAH menggunakan kembali APD sekali pakai
Bersihkan dan disinfeksi APD berulang pakai setelah digunakan jika akan
digunakan lagi
Prinsip-prinsip penggunaan APD (2)
Ganti APD segera setelah APD terkontaminasi atau menjadi cacat
APD tidak boleh dipaskan atau disentuh ketika perawatan pasien
diberikan; khususnya
• jangan sentuh wajah ketika masih memakai APD
• jika ada kekhawatiran tentang dan/atau pelanggaran terhadap
praktik-praktik ini, tinggalkan area perawatan pasien ketika sudah
aman dan lepas dan ganti APD sebagaimana mestinya
• Selalu lepas dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi sendiri
(dari bagian paling kotor ke bagian paling bersih)
Sumber:
Penyimpangan penggunaan APD di
Ruangan
 Sarung tangan hanya digunakan satu tangan terutama tangan kanan
saja
 Sarung tangan hanya digunakan pada tindakan menyentuh benda
yang menjijikan (faeces, muntah)
 Sarung tangan habis pakai diletakan pada meja atau perkumaan
bukan segera dibuang
Masker digunakan untuk menutupi leher petugas
Masker dibawa keluar ruangan perawatan/tindakan
Lokasi /petugas aktifitas Alat Pelindung Diril
Triase awal Petugas kesehatan ( pemeriksaan awal) Jaga jarak 1 meter , APD masker
Petugas dengan pasien gangguan Jaga jarak 1 meter, pasien
pernafasan menggunakan masker bedah

Petugas IGD Pemeriksaan pasien Topi, masker, gaun, sarung tangan,


terkonfirmasi Covid-19 pelindung wajah
Pasien Jika memungkinkan menggunakan
masker bedah
Laboratorium Pengelolaan spesiment Masker bedah, gaun/apron, sarung
tangan, pelindung wajah

Petugas admistrasi tidak kontak dengan Jaga jarak, lakukan kebersihan tangan
pasien APD masker
Lokasi/petugas aktifitas Alat Pelindung Diri
Ruang Rawat Petugas memberikan pelayanan Masker N95,Gaun/coverall, Sarung
Inap/isolasi langsung ke pasien Covid Tangan doble , kacamata atau
pelindung wajah, sepatu
Petugas tindakan menghasilkan Masker N95, gaun(coveraal), sarung
aerosl (mis.Suction/intubasi tangan pelindung wajah/kacamata,
apron, sepatu
Petugas kebersihan Masker bedah, sarung tangan
rumah tangga, gaun/apron, sepatu
booth (pelindung wajah jika
diperlukan)

Rawat Jalan
Petugas kesehatan Pemeriksaan fisik pasien dengan Masker bedah, gaun, sarung tangan,
gangguan pernafasan pelindung wajah
Pemeriksaan fisiik pasien tampa APD sesuai kewaspadaan standar
gangguan pernafsan berdasarkan risiko
Apa itu dekontaminasi?

Dekontaminasi
Melepaskan kotoran dan mikroorganisme patogen
dari benda-benda sehingga aman dipegang,
untuk diproses lebih lanjut, digunakan atau
dibuang

Pembersihan Disinfeksi Sterilisasi

Sumber: World Health Organization. 2016. Decontamination and reprocessing of medical devices for health-care facilities.
World Health Organization. Diakses dari: https://www.who.int/infection-prevention/publications/decontamination/en/
Apa itu
dekontaminasi? Pada langkah pertama, kontaminasi material
asing dilepaskan secara fisik, seperti debu,
kotoran. Langkah ini juga akan melepaskan
Pembersihan material, seperti darah, sekresi, ekskresi dan
mikroorganisme, untuk mempersiapkan alat
medis untuk didisinfeksi atau disterilisasi.

Proses mengurangi jumlah kemungkinan


Disinfeksi mikroorganisme ke tingkat bahaya yang lebih
rendah. Proses ini mungkin tidak
menonaktif- kan spora bakteri, prion dan
beberapa virus.
Sterilization Proses validasi yang digunakan untuk mem-
buat suatu benda bebas dari kemungkinan
mikroorganisme, termasuk virus dan spora
bakteri, tetapi tidak termasuk prion.
Pengelolaan Alat Medik Bekas Pakai
PRE-CLEANING (Pembersihan Awal)
Mengunakan detergen atau enzymatic,
sikat

pelatihan ipcn.doc.file. diklat.2017


Pembersihan
(Pembilasan, tiriskan, keringkan)

Sterilisasi Disinfeksi tingkat rendah


Disinfeksi Tingkat Tinggi
(peralatan kritis) (peralatan non kritikal)
(peralatan semi kritikal)
Masuk dalam pembuluh darah Hanya pada permukaan tubuh
/ jaringan tubuh Masuk dalam mucosa tubuh
yang utuh
Instrumen bedah Endotracheal tube, NGT
Tensi meter, termometer
PEMROSESANALAT
KESEHATAN
1. Peralatan kritikal : Peralatan masuk atau dipergunakan dan berhubungan
dengan jaringan steril atau sistem pembuluh, peredaran darah atau membuka kulit
. Contoh instrumen bedah
Dilakukan proses sterilisasi ( Autoclave atau Panas kering)
2. Peralatan semi kritikal : semua peralatan yang digunakan kontak langsung
dengan membran mukosa (hidung, mulut dll) Contoh : Ambu Bag, Kaca Gigi
Dilakukan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dengan Ezymatik 0,8 %, Klorin 0.5 %,
pemutih pakaian 0,5 %, detergent atau direbus dengan air mendidih selama 20
menit
3. Peralatan Non kritikal : peralatan kesehatan yang digunakan hanya kontak pada
kulit yang utuh Contoh : Tensi Meter, Stetoskope dilakukan pencucian dengan
detergent atau alcohol 70 % dan dikeringkan
PRINSIP DASAR PEMBERSIHAN LINGKUNGAN

 Semua permukaan datar harus dibersihkan setiap hari semua peralatan yang ada dan
berkaitan dengan pasien didisinfeksi
 Tempat disekitar pasien harus bebas dari peralatan/perlengkapan yang tidak
perlusehingga memudahkan untuk dibersihkan
 Tempat tidur, peralatan serta ruangan pasien harus didisinfeksi sebelum digunakan
oleh pasien berikutnya
 Prosedur penggunaan Mops, Cloths, Solution:
 Gunakan lap/kain yang basah
 Gunakan cairan pembersih setiap hari dan ganti jika kotor atau terkontaminasi
 Ganti MOPs setiap hari dan bersihkan setelah dipakai dan biarkan kering
sebelum dipakai kembali
Pengendalian lingkungan
• Semua permukaan harus dibersihkan
• Gunakan deterjen dan air untuk pembersihan permukaan non perawatan (non
kritis)
• Permukaan yang bersentuhan dengan pasien (area kritis) harus didesinfeksi
• Desinfektan: Na hipoklorit, detergent, larutan pemutih (I: 99 Air),
Alkohol 70%, Hidrogen peroksida
• Hindari aerosolisasi
• Semua limbah yang sudah dipergunakan oleh orang terduga covi atau sekresi
pernafasan adalah limbah infekius
Pembersihan lingkungan
Pembersihan cairan infeksius
Prosedur
1. Petugas sebelum tindakan melakukan kebersihan tangan
2. Memasang Bio Hazard weet Floor
3. Ambil dan bawa spill kit ke area tumpahan
4. Petugas membuka spill kiit dan keluarkan kantong kuning plastic sampah kuning (infeksius ).
5. Petugas memakai masker dan gaun/apron ,sarung tangan.
6. Petugas menutup dan membersihkan seluruh area tumpahan tersebut dengan tissue/kertas yang
menyerap darah atau cairan darah tubuh sekali pakai diamkan selama 5 sampai 10 menit.
7. Petugas mengangkat bekas tumpahan tersebut dengan serok kecil dan membuang ke kantong
plastik sampah warna kuning
8. Petugas membersihkan dengan cairan sabun netral untuk menghilangkan sisa kotoran dan
mendisinfeksi dengan khlorin 0.5%.
9. Petugas membersihkan dengan pel dan larutan disinfeksi
10. Petugas melepas semua APD (gaun/apron sarung tangan bersih,
masker,)
11. Petugas membuang bekas APD bekas pakai tersebut ke kantong
plastik sampah kuning dan di ikat dengan kencang
12. Petugas setelah tindakan melakukan kebersihan tangan dan
rapikan spil kit
Permukaan lingkungan
Penanganan Linen
• Linen pada kasus PINERE (penyakit infeksi new emerging re
emerging) berpotensi menularkan (infeksius)
• Petugas harus menggunakan APD dalam menangani linen
• Tempatkan dalam kantong kuning tahan bocor
• Ikat bila sudah ¾ penuh
• Angkut linen dengan hati-hati
• Cuci dan keringkan linen infeksius sesuai standar
• Troley linen bersih dan kotor harus dibedakan
• Alur transportasi linen bersih dan kotor harus tersendir
Alur Linen Pengelolaan Linen
Manajemen Limbah RS
SAMPAH DI RS

INFEKSIUS NON INFEKSIUS RADIOAKTIF CYTOTOKSIK


MEDIS NON
1. Limbah infeksius (Semua benda kertas, kotak, botol,
yang terkontaminasi cairan tubuh); INFEKSIUS
wadah plastik, sisa plabot, flacon,
Jaringan makanan, sisa pembungkus
botol infus beling
2. Safety box limbah tajam (jarum obat, sampah kebun, dll
suntik,jarum hecting, skalpel,
ampul, bisturi, semua benda yang
mempunyai permukaan tajam)
incenerator

Batan

TPA Daur ulang


incenerator
Proses pengelolaan
limbah

Mengelola limbah kegiatan perawatan dengan aman adalah tanggung jawab semua staf
Penyuntikan yang Aman

pelatihan ipcn.doc.file. diklat.2017


Penelitian CDC 2006-7
Mengapa kebersihan pernapasan penting?
Kebersihan pernapasan/etika batuk yang baik dapat mengurangi
penyebaran mikroorganisme (kuman) penyebab infeksi pernapasan
(batuk pilek, flu).

Image source: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public


Prosedur kebersihan/etika pernapasan
• Jauhkan wajah dari orang lain ketika
batuk/bersin
• Tutupi hidung dan mulut dengan tisu.
• Jika menggunakan tisu, segera buang tisu
itu ke tempat sampah
• Arahkan batuk/bersin ke lengan jika
tidak ada tisu
• Bersihkan tangan dengan sabun dan air
mengalir atau produk berbahan alkohol
Etika Batuk
Diterapkan kepada semua individu, dgn gejala gangguan saluran napas harus:

Menutup mulut dan hidung saat batuk


/bersin

Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis


bila tersedia, buang ke tempat sampah

Lakukan cuci tangan


pelatihan ipcn.doc.file. diklat.2017
TRANSMISI MELALUI DROPLET
&KONTAK
 (partikel > 5-10 μm
Droplet ---> Percikan saluran nafas
diameter) dihasilkan ketika orang yang
terinfeksi batuk atau bersin. Orang yang
berada dalam jarak dekat (dalam 1m) dengan
seseorang yang memiliki gejala pernapasan
(batuk, bersin) beresiko terinfeksi
 Kontak: kontak langsung dengan orang yang
terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan
permukaan lingkungan atauobjek yang
digunakan orang yang terinfeksi (misalnya,
stetoskop atau termometer)
TINDAKAN APA SAJA YANG DI MAKSUD
DENGAN TRANSMISI AIRBORN / UDARA
Beberapa Tindakan/ prosedur yang menghasilkan aerosol seperti :

1. Intubasi
2. Ventilasi non invasif
3. Trakeostomi
4. Resusitasi Jantung Paru ( RJP)
5. Bronkoskopi
6. Suction
7. Ventilasi manual sebelum intubasi
Apakah N95?
• N95 adalah partikulat respirator yang direkomendasikan oleh CDC dan WHO untuk
melindungi saluran nafas dari biohazard yang bersifat aerosol.
• Aerosol merupakan partikel berukuran sangat kecil (kurang dari 3 mikron) yang dapat
melayang di udara dan berpotensi menularkan penyakit infeksi melalui aliran udara
(airborne)
• Respirator memiliki berbagai jenis, N95 artinya 95% partikel udara dapat difiltrasi
(angka dibelakang menunjukkan kemampuan filtrasi  N99, N100).
Cara memasang masker N95
4. Dengan kedua tangan
1. Cuci tangan, regangkan eratkan masker sesuai
tali, pegang tali bagian atas kontur hidung

5. lakukan fit test dengan


2.letakkan tangan dengan
cara meniupkan udara dari
memegang bagian depan
mulut  bila tidak terasa ada
masker seperti gambar
aliran di atas hidung masker
telah terpasang dengan
benar, bila masih ada udara
3.Pasang tali bagian atas ulangi lagi.
baru bagian bawah Cuci tangan kembali
Cara melepas masker N95

1. Pegang tali bagian bawah, 3. Jika terkena cairan tubuh, masker


arahkan ke atas sampai dapat langsung dibuang
melewati kepala

2. Kemudian pegang tali bagian atas 4. Jika masker akan digunakan kembali, gantungkan tali seperti gambar
supaya ketika menggunakan kembali
sampai masker terlepas
yang dipegang adalah tali masker
Hal yang harus diperhatikan saat
menggunakan N95
• N95 akan memiliki proteksi maksimal bila digunakan dengan benar dan rapat (fit to nose)
• Jangan memakai apapun di dalam masker N95 karena akan mengurangi kekerapatannya.
• Jika akan memakai kembali N95 pegang tali masker jangan memegang bagian depan atau
belakang masker. Gunakan handscone jika akan memegang bagian depan masker untuk
melakukan fit test ulang, hand hygiene kembali setelah menyentuh bagian depan masker
• Jangan melap/menyemprot permukaan depan N95 dengan cairan apapun karena dapat
merusak material masker dan mengurangi proteksinya.
Kesimpulan

• Kewaspadaan Isolasi merupakan bagian dari program PPI,


bertujuan memutus mata rantai infeksi
• Kewaspadaan isolasi terdiri dari dua lapis yaitu lapis pertama
kewaspadaan standar dan lapis kedua berdasarkan transmisi
• Lapis pertama diterapkan kepada semua pasien ,lapis kedua
diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga transmisi
melalui kontak,droplet dan airborne
Panduan APD
1.syarat APD
2. Penggunaan berdasarkan
area & prosedur yang di lakukan
3. Cara menggunakan dan
melepas APD
Bundles
 Sekumpulan cara yang terstruktur untuk meningkatkan
perawatan terhadap pasien
 Untuk memudahkan petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada pasien yang
berisiko terjadi infeksi
 Harus dilakukan oleh semua orang yang memberikan
pelayanan perawatan terhadap pasien dan dilakukan
secara bersama – sama pada setiap pasien.
Penerapan Pencegahan Infeksi (BUNDLES) pada pemasangan
kateter intravaskuler, kateter urine menetap, ventilasi mekanik,
tindakan pembedahan

Central line Ventilator care


care bundles bundles

Surgical care CAUTI care


bundles bundles
Pencegahan IADP Berdasarkan
Bundle
 Berdasarkan data klinik chlorhexidine antiseptik kulit lebih efektif dibanding
dengan antiseptik kulit yang lain seperti povidone-iodine.
 CDC guidelines
 untuk mencegah intravascular catheter-related infections chlorhexidine lebih disukai untuk
cutaneous antisepsis,
 tincture of iodine, an iodophor, or 70% alcohol merupakan alternatif
 Prepare the skin at the insertion site with chlorhexidine 2% in 70% isopropyl
alcohol.
 Aplikasikan antiseptik paling sedikit 30 detik
 Biarkan antiseptik mengering sebelum di insersi lebih kurang 2 menit
Penggantian administrasi set
Administrasi set : 72 – 96 jam
Administer blood, produk blood, lipid emulsion : 24 jam
 Intermiten infusion : 24 jam
Use a midline catheter or peripherally inserted central catheter (PICC), instead
of a short peripheral catheter, when the duration of IV therapy will likely
exceed six days
Cairan Parentral
Infus harus diselesaikan dalam 24 jam untuk satu botol cairan parentral yang
mengandung lemak.
Bila hanya emulsi lemak yang diberikan, selesaikan infus dalam 12 jam
setelah botol emulsi mulai digunakan .
Kesalahan-kesalahan pada pemasangan kateter
intravena
Kesalahan-kesalahan pada pemasangan
kateter intravena
PENCEGAHAN ISK
BERDASARKAN BUNDLE
1. Kaji Kebutuhan:

 Hati – hati dalam menentukan pemasangan kateter


 Pertimbangkan untuk pemakaian kondom atau pemasangan intermitten
 Pemasangan kateter hanya jika betul- betul
diperlukan seperti pada retensi urine, obstruksi
kemih, kandung kemih neurogenik, pasca bedah
urologi, untuk memonitor output yang ketat
Segera lepas kateter jika sudah tidak diperlukan
2. Hand hygiene

 Segera lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah pemasangan kateter serta
setelah
memanipulasi kateter
 Pakailah sarung tangan jika memanipulasi kateter atau pengosongan urine bag
Set steril
3.Insertion Technique:

Gunakan teknik aseptik saat pemasangan kateter,


( sarung tangan steril, tirai, cairan antiseptik yang
tepat, dan membersihkan bagian meatus uretra).
 Kembangkan Balon dengan jumlah air yang
direkomendasikan pabrik.
4. Catheter Maintenance
 Fiksasi Kateter untuk mencegah gerakan dan trauma pada meatus.
 Selalu meletakan urine bag lebih rendah dari kandung kemih.
 Tidak meletakan urine bag dilantai
 Periksa slang sesering mungkin jangan sampai terlipat

( kingking).
 Menjaga sistem drainase tertutup.
 Gunakan penampung pembuangan urine untuk satu pasien satu alat
 Gunakan teknik aseptik untuk mendapatkan spesimen.
Pemeliharaan

 Pertahankan indwelling kateter sistem drainage tertutup


Pemeliharan
 Letakkan urine bag > rendah dari kandung kemih dan buang tiap 8
jam (per shift)/ bila penuh
Cara Pengambilan Spesimen.
 Pengambilan spesimen steril dari kateter
 Clamp tubing di bawah port kateter
 Swab port dengan alkohol
 Ambil spesimen dengan menusukan jarum suntik kebagian
port kateter.
 Dengan menggunakan teknik steril masukkan spesimen ke
dalam tempat yang steril dan kirim ke lab
 Buka clamp, biarkan urine mengalir
5. Catheter Care

 Lakukan perawatan perineal sehari-hari dan setiap selesai buang air


besar.
 Gunakan kateter terkecil yang mencapai drainase
 Tidak ada penggunaan krim atau serbuk di daerah perineum
 Irigasi kandung kemih & pemakaian antibiotika tidak dapat
mencegah infeksi saluran kemih
6. Catheter Removal

 Kateter segera lepas jika tidak diperlukan. Lepas atau


ganti semua kateter dalam waktu 24 jam masuk ke
rumah sakit.

 Lepas atau ganti kateter jika pasien timbul gejala


PENCEGAHAN IDO
BERDASARKAN BUNDLE
6/3/14
Metode pencukuran rambut dan resiko
infeksi
Method Infection Rate

Razor 1.3%

Clipper 0.4%

Ko, Lazenby, 1991


Clinical Study
• Studies done by Seropian & Reynolds
• Time of shaving vs Infection rate
• The longer the time between the shave & the operation, the
greater the infection rate

Seropian & Reynolds: “Wound infection after preoperative depilatory


vs razor preparation,” American Journal of Surgery 121 (March 1971) 251-254
6/3/14
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai