Anda di halaman 1dari 55

A.

Cara Mewaris Dalam


Pewarisan Berdasarkan
Undang – Undang
Di dalam pewarisan berdasarkan Undang – Undang
( ab intestato) dikenal 2 cara mewaris
1. Mewaris berdasarkan kedudukannya sendiri ( Uit Eigen
Hoofde)
Para ahli waris yang terpanggil untuk mewaris karena hubungan darah antara
ia dengan pewaris ( Pasal 852 KUHPerdata). Tiap ahli waris menerima bagian
yang sama besarnya. Golongan orang yang lebih dekat dengan si pewaris ,
menutup yang lebih jauh.
B dan C adalah para ahli waris dari A yang mewaris
A berdasarkan kedudukan mereka sendiri dan
menerima bagian yang sama besarnya , ½ bagian
harta peninggalan A ( Pasal 852 KUHPerdata ).
B C

B, C dan D adalah para ahli waris dari A yang


A B mewaris berdasarkan kedudukan mereka sendiri dan
menerima bagian yang sama besarnya , yaitu
masing –masing 1/3 bagian harta peninggalan A
C
( Pasal 852 juncto Pasal 852a KUHPerdata ).
D
Pasal 840 KUHPerdata mengatur bahwa anak –anak dari seseorang yang
telah dinyatakan tidak patut menjadi ahli waris , atas kedudukannya sendiri
menjadi ahli waris.

A x x

B C • B dan C tidak patut mewarisi ( Pasal 838


KUHPerdata ).
• D, E , dan F mewaris berdasarkan kedudukan
D E
mereka sendiri dan menerima bagian yang
F
sama besarnya yaitu 1/3 bagian harta
peninggalan A ( Pasal 840 KUHPerdata ).
Pasal 1060 KUHPerdata menentukan bahwa siapa yang telah menolak suatu warisan ,
tidak dapat diwakili dengan cara penggantian. Jika seluruh ahli waris menolak warisan ,
maka sekalian anak-anak dari yang menolak warisan tersebut atas dasar kedudukan
mereka sendiri mewaris untuk bagian yang sama besar.

A • B dan C menolak warisannya A ( Pasal 1058


KUHPerdata )
• D , E dan F mewaris berdasarkan kedudukan
B C mereka sendiri , menerima masing –masing
sebesar 1/3 bagian harta peninggalan A (
Pasal 1060 KUHPerdata ).
D E F
2. Mewaris Berdasarkan Penggantian Tempat
( Plaatsvervulling)

Ahli waris yang merupakan keturunan sah ( keluarga sedarah ) dari


pewaris sebagai pengganti dari orang yang seandainya tidak mati lebih
dahulu dari pewaris.
Tiga macam peristiwa penggantian tempat

a. Penggantian pertama
Garis lurus sah kebawah tanpa batas ( Pasal 842 KUHPerdata ) . Artinya keturunan
seperti anak , cucu, cicit dst sampai derajat yang keberapa pun.

Jadi yang mendapat bagian atas harta


peninggalan A adalah:
A
• D = ½ = 8/16 bagian
• E = ¼ = 4/16 bagian
• G = 1/8 = 2/16 bagian
B C
• I = 1/16 bagian
• J = 1/16 bagian
D E F

G H

I J
b. Penggantian kedua
Terjadi dalam garis menyamping demi keuntungan keturunan saudara –saudara
pewaris ( Pasal 844 KUHPerdata ).

1 2 2 2

A B C 3 D 3 3

4 4
E F G

H I
• A adalah pewaris
• B,C, dan D adalah saudara A
• E adalah anak sah C , merupakan keponakan A dalam derajat ke 3
• F dan G adalah anak sah D , merupakan keponakan A dalam derajat ke 3
• H dan I adalah anak sah G , merupakan keponakan A dalam derajat ke- 4.
• B,C dan D masing2 dapat 1/3 bagian ( Pasal 856 KUHPerdata )
• C dan D meninggal lebih dulu daripada A
• Jadi pancang ( cabang ) C dan D masing2 dapat 1/3 bagian.
• F dan G menggantikan D jadi F dan G masing2 mendapatkan 1/3 : 2 = 1/6 bagian.
• G telah meninggal, oleh karena itu digantikan oleh H dan I masing2 mendapatkan 1/6
: 2 = 1/12 bagian.
• Jadi yang mendapat bagian atas harta peninggalan A adalah
1. B = 1/3 = 4/12 bagian
2. E = 1/3 = 4/12 bagian
3. F = 1/6 = 2/12 bagian
4. H= 1/12 bagian
5. I = 1/12 bagian
C. Penggantian ketiga
Pasal 845 KUHPerdata , penggantian dalam garis menyamping diperbolehkan
dalam pewarisan bagi para keponakan. Anak – anak dan keturunan saudara laki –
laki atau perempuan. Untuk anak – anak atau keturunan paman atau bibi pewaris
( ahli waris golongan keempat) .
• B,C dan D adalah sepupunya A dalam serajat ke – 4
• Yang mewarisi harta peninggalan A adalah B dan E ( menggantikan C ).
• D telah meninggal , sehingga F ( derajat ke -5 ) dikesampingkan karena ada pancang lain yang
lebih dekat derajatnya dari pewaris.
2 3 3

1 4 4

A B C 5 D 5
• Walaupun E adalah derajat ke – 5 , tetapi tetap mewaris
menggantikan C karena B dan C bersaudara dalam 1
pancang yang sama , jadi intinya karena B masih hidup, E F
maka C saudara kandungnya yang telah meninggal juga
mewaris digantikan oleh anaknya yaitu E .
Penggantian tempat keluarga sedarah dalam garis menyamping disebut
dalam pasal 861 ayat (1) lebih dari derajat ke 6 ( enam ) tidak mewaris.
1 2
• Kalau tidak ada Pasal 861 KUHPerdata ,
maka G akan mewaris dari A , yaitu dengan
3 menggantikan tempat dari B ( saudara
A B
pewaris).
4 • Akan tetapi dengan adanya pembatasan
C terhadap Pasal 861 KUHPerdata, maka G
tidak dapat mewaris , karena G adalah
5
keluarga dalam garis menyamping dalam
D
derajat ke – 7.
6 • Oleh karena itu , berdasarkan Pasal 861
E juncto Pasal 832 ayat (2) KUHPerdata ,
segala harta peninggalan A menjadi milik
7
negara.
F

G
• Kalau tidak ada Pasal 861 KUHPerdata ,
maka G akan mewaris dari A , yaitu dengan
menggantikan tempat dari C ( pamannya
pewaris).
2 3 • Akan tetapi dengan adanya pembatasan
terhadap Pasal 861 KUHPerdata, maka G
1 4
tidak dapat mewaris , karena G adalah
B C keluarga dalam garis menyamping dalam
derajat ke – 7.
5 • Oleh karena itu , berdasarkan Pasal 861
A D juncto Pasal 832 ayat (2) KUHPerdata ,
6 segala harta peninggalan A menjadi milik
E negara.

7
F

G
Atas pembatasan penggantian tempat dalam Pasal 861 KUHPerdata , ada anak –anak
/keturunan saudara laki –laki / perempuan mana telah meninggal lebih dahulu , maka anak –
anak saudara tersebut seakan –akan ditarik oleh pamannya sehingga dapat terus mewaris.

Anak dari saudara si kemenakan ( saudara mana telah meninggal lebih dahulu ) ada dalam
derajat ke 7 . Pasal 845 KUHPerdata menolong keluarga sedarah dalam derajat yang lebih
dari ke -6, yaitu dalam derajat ke -7.
2 3

1 4
B C

5
A D
6
E
7
• Kalau menurut Pasal 861 KUHPerdata, H tidak berhak F G
mewaris dari A.
• Akan tetapi, dengan adanya Pasal 845 KUHPerdata, maka H
H
ditarik oleh pamannya (F) , karena ayahnya (G) bersaudara
dengan F , jadi H dapat mewaris menggantikan G.
• F dan H masing – masing mendapat ½ bagian.
B. Golongan – Golongan
Ahli Waris Menurut
KUHPerdata
1. Ahli Waris golongan pertama
Adalah anak – anak dari pewaris atau keturunan mereka tanpa batas ( Pasal 852
KUHPerdata ). Tidak memperdulikan laki –laki atau perempuan. Atau dari
perkawinan yang keberapa pun. Pembagian dilakukan sama rata.

Pasal 852a ayat (1) KUHPerdata menetapkan bahwaa , bagian warisan suami /
istri yang hidup terlama adalah sama besar dengan bagian seorang anak.
A B

C D E

• F dan G adalah anak – anak sah E , yang juga F G


merupakan cucu – cucunya A .
• B, C , D dan E masing – masing dapat ¼ bagian
( Pasal 852 juncto Pasal 852a ayat 1 KUHPerdata ). Jadi yang mendapat bagian :
• Karena E telah meninggal, digantikan oleh F dan G o B = ¼ bagian = 2/8 bagian
masing - masing 1/4 : 2 = 1/8 bagian ( Pasal 841 o C = ¼ bagian = 2/8 bagian
KUHPerdata ). o D = ¼ bagian = 2/8 bagian
o F = 1/8 bagian
o G = 1/8 bagian
Perlu diingat dalam hukum perdata ada asas monogami (Pasal 27
KUHPerdata). Sepanjang waktu yang sama hanya boleh seorang laki –laki
mempunyai seorang wanita sebagai istri dan sebaliknya.

Pasal 852a ayat (2) KUHPerdata menetapkan apabila terdapat perkawinan


kedua atau seterusnya dan ada anak –anak / keturunannya dari perkawinan
pertama / kedua ( dari perkawinan yang lebih dahulu ) maka suami / istri
yang baru tidak boleh lebih besar dari bagian terkecil yang didapat oleh
seorang anak / keturunannya dari perkawinan pertama ( perkawinan lebih
dahulu ) , dengan ketentuan tidak boleh lebih dari ¼ bagian dari harta
peninggalan.
I II

B A C

D E F G

• B adalah mantan istri A , perkawinan putus karena perceraian.


• C adalah istri A dari perkawinan yang ke – 2 kali.
• D dan E adalah anak – anak sah A dari perkawinan pertama A dengan B.
• F dan G adalah anak – anak sah A dari perkawinan kedua A dengan C .
• Berdasarkan Pasal 852 juncto Pasal 852a KUHPerdata, maka C , D , E , F
dan G masing – masing mendapat 1/5 bagian harta peninggalan A .
I II

B A C

D E

• Berdasarkan Pasal 852a KUHPerdata, maka C ( istri kedua ) maksimal hanya


boleh dapat ¼ bagian saja, sehingga bagian selebihnya yaitu sebesar ¾ bagian di
bagikan kepada anak-anaknya A , yaitu D dan E.
• D dan E masing – masing mendapatkan ¾ : 2 = 3/8 bagian ( Pasal 852
KUHPerdata) .
• Jadi yang mendapat bagian atas harta peninggalan A adalah :
o C = ¼ bagian = 2/8 bagian
o D = 3/8 bagian
o E = 3/8 bagian
2. Ahli waris golongan kedua
Pasal 854 ayat (1) KUHPerdata apabila seseorang meninggal dunia dengan tak
meninggalkan keturunan maupun suami/istri, sedangkan ayah / ibunya masih
hidup , masing – masing mendapat 1/3 , jika si meninggal hanya meninggalkan
seorang saudara laki –laki / perempuan, mendapat 1/3 bagian selebihnya.

1 1
3 3
B C
1
• Berdasarkan Pasal 854 ayat (1)
3
KUHPerdata, maka B, C, dan D masing
A D – masing mendapat 1/3 bagian harta
peninggalan A.
Pasal 854 ayat (2) KUHPerdata menyatakan bahwa si ayah dan si ibu mendapat
¼ bagian dari warisan. Jika si meninggal meninggalkan lebih dari seorang
saudara laki – laki / perempuan, 2/4 bagian selebihnya dibagi untuk saudara –
saudara.

1 1
4 4
B C

D, E dan F masing – masing = ½ : 3 = 1/6


A D E F
Pasal 855 KUHPerdata , jika seseorang meninggal tidak meninggalkan
keturunan maupun suami / istri , maka ayah / ibu yang masih hidup
mendapatkan :

1. ½ ( seperdua ) bagian jika meninggalkan seorang saudara laki –laki /


perempuan.

1
2
B C
1
2
A D
2. 1/3 (sepertiga ) dari warisan jika si meninggal meninggalkan 2 ( dua )
saudara laki –laki / perempuan.

1
3
B C
1 1
3 3
A D E

• Berdasarkan Pasal 855 KUHPerdata, maka B, D, dan E


masing –masing mendapat 1/3 bagian harta peninggalan A.
3. ¼ ( seperempat) bagian jika si meninggal meninggalkan lebih dari 2
saudara laki –laki / perempuan.

1
4
B C

A D E F G
¾ : 4 = 3/16 Masing –masing
• Berdasarkan Pasal 855 KUHPerdata, maka B ( ayahnya A )
mendapatkan ¼ bagian.
• Bagian selebihnya yaitu 1 – ¼ = ¾ bagian siberikan kepada D, E, F ,
dan G.
• D, E, F , dan G masing – masing mendapatkan 3/16 bagian.
Pasal 856 KUHPerdata menyatakan bahwa jika seorang meninggal tidak meninggalkan
keturunan maupun suami/istri , ayah /ibunya sudah meninggal lebih dahulu maka seluruh
warisan menjadi hak sekalian saudara laki –laki / perempuan si meninggal.

B C

A D E F

• Berdasarkan Pasal 856 KUHPerdata, maka D, E, dan F mendapatkan


masing – masing 1/3 bagian harta peninggalan A.
Pembagian antara saudara dilakukan sama rata , asalkan mereka dilahirkan
dari perkawinan yang sama .

Jika mereka dilahirkan dari berbagai perkawinan, maka apa yang mereka
warisi ( seluruh warisan sudah dipotong bagian orang tua pewaris ) harus
dibagi menjadi ½ ( seperdua) bagian untuk saudara seayah dan ½ bagian untuk
saudara seibu pewaris ( pembagian splitsing).

Saudara seayah dan seibu memperoleh bagian mereka dari kedua garis ( garis
ayah dan garis ibu ) , dan yang saudara seayah saja atau seibu saja hanya
mendapat dari garis mereka saja ( Pasal 857 KUHPerdata ).
B
1 1 C 1
4 2 4
D A E F
• B ( ayah ) dan C ( ibu ) adalah orang tua A yang telah meninggal dunia terlebih
dahulu.
• E adalah saudara seayah dan seibu ( saudara kandung ) A .
• D adalah saudara seayah A.
• F adalah saudara seibu A.
• Berdasarkan Pasal 857 KUHPerdata, harta peninggalan A dibagi dua ( splitsing)
, yaitu ½ bagian untuk saudara seayah dan ½ bagian untuk saudara seibu si A.
• Saudara seayah , yaitu E dan D , jadi masing2 dapat ½ : 2 = ¼
• Saudara seibu , yaitu E dan F , jadi masing2 dapat ½ : 2 = ¼
• E dapat bagian dari garis ayah dan ibu ¼ + ¼ = ½ bagian.
1 1
B
4 4
1 1 C 1
8 4 8
D A E F
• B ( ayah ) dan C ( ibu ) adalah orang tua A.
• E adalah saudara seayah dan seibu ( saudara kandung) A.
• D adalah saudara seayah A.
• F adalah saudara seibu A.
• Berdasarkan Pasal 854 ayat (2) KUHPerdata, maka B dan C masing2 dapat ¼ bagian.
• Selebihnya 1- ¼ - ¼ = ½ bagian dibagi 2 untuk saudara seayah ½:2 = ¼ bagian dan untuk
saudara seibu = ½ : 2 = ¼ ( Pasal 857 KUHPerdata )
• Saudara seayah yaitu D dan E masing2 dapat ¼ : 2 = 1/8 bagian.
• Saudara seibu yaitu E dan F masing2 dapat ¼ : 2 = 1/8 bagian .
• E ( saudara kandung ) mendapat bagian dari garis ayah dan ibu 1/8 + 1/8 = ¼ bagian.
Pasal 859 KUHPerdata menyatakan bahwa ayah / ibu yang hidup terlama
mewaris seluruh warisan dari anaknya yang meninggal dunia yang tidak
meninggalkan keturunan , maupun suami / istri , maupun pula saudara laki –
laki / perempuan.

B C

• Berdasarkan Pasal 859 KUHPerdata , maka


A B dan C masing – masing mendapat ½
bagian harta peninggalan A.
3. Ahli Waris Golongan ketiga
Pasal 853 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa jika seseorang meninggal tanpa keturunan
, maupun suami/istri, ataupun saudara -saudara , maka harta warisan dibelah dua (kloving)
antara keluarga sedarah dari garis ayah lurus keatas dan keluarga sedarah dari garis ibu lurus
keatas .

Pasal 853 ayat (2) KUHPerdata menyatakan bahwa , keluarga sedarah garis lurus keatas yang
terdekat derajatnya mendapat setengah warisan.
(kloving) nenek kakek • Berdasarkan Pasal 853 KUHPerdata , maka
harta peninggalan A dibagi 2 ( kloving) , 1/2
bagian untuk garis lurus keatas dari pihak
D F ayah dan 1/2 bagian garis lurus keatas dari
E pihak ibu.
• D mendapat 1/2 bagian
Garis Ibu • E dan F masing - masing dapat 1/2 : 2 = 1/4
B bagian.
Garis ayah C
• Harta peninggalan A dibagi sbb:
D= 1/2 = 2/4 bagian
A E= 1/4 bagian
F= 1/4 bagian
Apabila di garis ayah tidak ada keluarga sedarah dalam garis lurus keatas , maka 1/2 (
setengah) bagian warisan garis ayah jatuh ke keluarga sedarah kesamping dari garis
ayah, yaitu ahli waris golongan keempat ( Pasal 858 ayat 1 KUHPerdata ) .

Hal ini memungkinkan ahli waris golongan ketiga mewaris bersama - sama dengan
ahli waris golongan keempat, kecuali jika di garis ayah tidak ada keluarga sedarah
kesamping sampai derajat keenam, maka bagian warisan garis ayah diperoleh
keluarga sedarah garis ibu ( Pasal 861 ayat (2) KUHPerdata ).
• B ( ayah ) dan C (ibu) adalah orang tua dari
(kloving) A yang telah meninggal dunia terlebih
dahulu.
3 2 • D dan E adalah kakek neneknya A dari pihak
D F G ayah ( telah meninggal lebih dulu ) .
E • F dan G adalah kakek nenek nya A dari
pihak ibu.
1 • H adalah pamannya A dari pihak ayah.
H B
C • Berdasarkan Pasal 853 juncto Pasal 858 ayat
(1) KUHPerdata, peninggalan A dibagi 2
( kloving) 1/2 bagian untuk keluarga pihak
A ayah dan 1/2 bagian untuk keluarga pihak
Jadi yang mendapat bagian atas harta ibu.
warisan A adalah: • Dari pihak ayah, H ( ahli waris golongan
H= 1/2 = 2/4 bagian keempat) mendapat 1/2 bagian.
F = 1/4 bagian • Dari pihak ibu, F dan G ( ahli waris
G= 1/4 bagian golongan ketiga ) masing- masing mendapat
1/2 :2 = 1/4 bagian.
4. ahli waris golongan keempat
Ahli waris golongan keempat mendapat giliran apabila tidak ada lagi keluarga
sedarah golongan pertama , kedua , dan ketiga yang dapat mewarisi.
Ahli waris golongan keempat adalah keluarga sedarah kesamping sampai derajat
keenam. Derajat ketujuh dapat mewarisi , jika ia mengganti ahli waris menyamping
derajat keenam tersebut.

Kloving , yaitu 1/2 ( seperdua) untuk keluarga sedarah dalam garis ayah dan 1/2
( seperdua) bagian dalam garis ibu ( Pasal 858 ayat (2) KUHPerdata).
(kloving)

3 2 2 3
D F
E G

4
1
H B I
C

A
J K
• Berdasarkan Pasal 858 ayat (2) KUHPerdata, harta peninggalan A dibagi dua ( kloving) , yaitu
1/2 bagian untuk keluarga pihak ayah dan 1/2 bagian untuk keluarga pihak ibu.
• Dari ( pihak ayah ) , yaitu H ( ahli waris golongan keempat) dapat 1/2 bagian.
• Dari ( pihak ibu) , yaitu J dan K ( ahli waris golongan keempat) masing- masing mendapat 1/2:2
= 1/4 bagian.
• Jadi yang mendapat bagian atas harta peninggalan A adalah dibagi sbb:
H= 1/2 = 2/4 bagian
J = 1/4 bagian
K= 1/4 bagian
C. Pewarisan Jika Ada
Anak Luar Kawin Diakui
Sah
Anak luar kawin yang dimaksud adalah anak luar kawin yang telah diakui
secara sah berdasarkan Pasal 280 KUHPerdata.
1. Hukum Waris aktif anak luar kawin diakui sah
( ALKDS = mewaris )
a. Anak luar kawin diakui sah mewaris dengan ahli waris golongan
pertama ( Pasal 863 ayat 1 kalimat pertama )

Tiap anak luar kawin yang diakui sah mewarisi 1/3 dari bagian yang ia
terima seandainya ia adalah anak sah, jika pewaris meninggalkan anak sah
dan suami/ istri ( Pasal 863 ayat (1 ) KUHPerdata ).

Cara pembagiannya adalah pertama - tama menghitung bagian para anak


luar kawin yang diakui dulu, sisanya diberikan kepada ahli waris lain
menurut undang- undang ( Pasal 864 KUHPerdata ).
A B

Ahli Waris golongan I


ALKDS
C D
Z
• Z adalah anak luar kawin yang diakui secara sah oleh A sebelum perkawinannya dengan B.
• Berdasarkan Pasal 863 ayat (1) KUHPerdata , maka bagian Z adalah 1/3 x 1/4 = 1/12
bagian.
• Bagian selebihnya 1- 1/12 = 11/12 bagian dibagikan kepada B, C dan D berdasarkan Pasal
864 juncto Pasal 852 juncto Pasal 852a ayat (1) KUHPerdata.
• B, C dan D masing - masing dapat 11/12 x 1/3 = 11/36 bagian
• Harta peninggalan A dibagi sbb :
Z= 1/12 = 3/36 bagian
B= 11/36 bagian
C= 11/36 bagian
D= 11/36 bagian
Pengakuan ALKDS harus sebelum pernikahan (A)
Pasal 285 ayat (1) KUHPerdata menentukan bahwa anak luar kawin yang diakui sah
sepanjang perkawinan , tidak boleh merugikan istri/suami dan anak yang dilahirkan.
Saat pengakuannya penting untuk menentukan apakah Pasal 285 KUHPerdata dapat
diterapkan atau tidak.
A
B

Z C D

• Z adalah anak luar kawin yang diakui secara sah oleh A sepanjang
perkawinannya dengan B . Z tidak boleh merugikan B, C , dan D , jadi Z
tidak dapat mewarisi harta A.
• Berdasarkan Pasal 852 juncto Pasal 852a ayat (1) KUHPerdata , maka B
, C dan D masing - masing mendapat 1/3 bagian.
• Harta peninggalan A dibagi sbb:
B = 1/3 bagian
C= 1/3 bagian
D= 1/3 bagian
Z= 0
b. Anak luar kawin diakui sah mewaris dengan ahli waris golongan kedua dan
golongan ketiga
Pewaris mempunyai ahli waris dari golongan kedua dan golongan ketiga maka anak luar
kawin yang diakui mendapat 1/2 ( seperdua ) bagian dari warisan dan sisanya yang 1/2
bagian lagi dibagi antara ahli waris lain ( Pasal 863 ayat (1) kalimat ke - 2 ).

• B dan C adalah orang tua A


• D adalah saudaranya A
• Z adalah anak luar kawin yang diakui secara sah oleh A
• Berdasarkan Pasal 863 ayat (1) KUHPerdata, bagian Z
B C
adalah 1/2 bagian.
• Berdasarkan Pasal 864 juncto Pasal 854 ayat (1)
KUHPerdata, maka B , C dan D masing - masing mendapat
A D 1/2 x 1/3 = 1/6 bagian.
• Harta peninggalan A dibagi sbb:
1 Z = 1/2 = 3/6 bagian
2 B= 1/6 bagian
Z C= 1/6 bagian
D= 1/6 bagian
• A adalah si pewaris = anak sah B dan C.
• Z adalah anak luar kawin yang diakui sah oleh A
• D adalah neneknya A dari pihak ayah.
(kloving) • E dan F adalah kakek - neneknya A dari pihak ibu.
• Berdasarkan Pasal 863 ayat (1) KUHPerdata,
bagian Z adalah 1/2 bagian
E • Berdasarkan Pasal 864 juncto Pasal 853
D F KUHPerdata, maka yang 1/2 dibagi dua ( kloving )
1 1 untuk keluarga sedarah dari pihak ayah sebesar
4 4 1/2:2 = 1/4 bagian dan untuk keluarga sedarah
B
C pihak ibu sebesar 1/4 : 2 = 1/4 bagian.
• Dari pihak ayah, D mendapat 1/4 bagian.
• Dari pihak ibu, E dan F masing-masing dapat
A
1/4 :2 = 1/8 bagian.
• Harta peninggalan A dibagi sbb:
1 ALKDS : Z = 1/2 = 2/4 bagian
2 D= 1/4 = 2/8 bagian
Z E= 1/8 bagian
F= 1/8 bagian
C. Anak luar kawin diakui sah mewaris dengan ahli waris golongan keempat
Anak luar kawin yang diakui harus membagi harta warisan dengan ahli waris
golongan keempat, maka ia ALKDS mendapat 3/4 bagian warisan dan sisanya 1/4
dibagi antara para ahli waris golongan keempat ( Pasal 863 ayat (1) KUHPerdata ).

(kloving)

2 3

1 D 2
B
8 C

A
E F
1 =
3
4
Z
• A adalah si pewaris = anak sah dari B dan C .
• Z adalah anak luar kawin yang diakui secara sah oleh A.
• B ( ayah ) dan C ( ibu ) orang tuanya A yang meninggal lebih dahulu.
• D pamannya A dari pihak ayah.
• E dan F adalah sepupunya A dari pihak ibu.
• Berdasarkan Pasal 863 ayat (1) KUHPerdata , bagian Z adalah 3/4 bagian.
• Berdasarkan Pasal 864 juncto Pasal 858 ayat (2) KUHPerdata , yang ¼ bagian lagi
dibagi dua ( kloving) untuk pihak ayah sebesar ¼ : 2 = 1/8 bagian dan untuk pihak
ibu sebesar ¼ : 2 = 1/8 bagian.
• Dari pihak ayah , D mendapat 1/8 bagian.
• Dari pihak ibu , E dan F masing – masing mendapat 1/8 : 2 = 1/16 bagian.
• Harta peninggalan A dibagi sbb :
ALKDS : Z = ¾ = 12/16 bagian
D = 1/8 = 2/16 bagian
E = 1/16 bagian
F = 1/16 bagian
D. Anak luar kawin diakui sah mewaris dengan ahli waris golongan
ketiga dan ahli waris golongan keempat

Maka bagian anak luar kawin yang diakui tersebut ditentukan oleh ahli
waris di kedua garis bapak dan garis ibu yang terdekat derajatnya dengan
pewaris ( Pasal 863 ayat 2 KUHPerdata ).
Gol ke III
(kloving) • A adalah si pewaris = anak sah B dan C.
• Z adalah anak luar kawin yang diakui
secara sah oleh A.
• B ( ayah ) dan C ( ibu ) telah meninggal
E F
lebih dahulu .
• D adalah pamannya A dari pihak ayah
( Golongan ke IV ).
D B • E dan F adalah kakek nenek A dari pihak
C
Gol ke IV
ibu ( Golongan ke III ).
• Berdasarkan Pasal 863 ayat (1) dan (2)
A KUHPerdata , Z dapat ½ bagian ( karena
gol III yang terdekat ).
• Berdasarkan Pasal 864 juncto Pasal 853
Z juncto Pasal 858 ayat (1) , ½ bagian lagi
di bagi 2 ( kloving ) pihak ayah dan ibu
Harta peninggalan A dibagi sbb :
masing – masing dapat ½ : 2 = ¼ bagian.
ALKDS Z = ½ = 4/8 bagian • Pihak ayah , D dapat ¼ bagian
D = ¼ = 2/8 bagian • Pihak ibu , E dan F dapat masing –
E = 1/8 bagian masing dapat ¼ : 2 = 1/8 bagian.
F = 1/8 bagian
E. Anak luar kawin diakui sah sebagai ahli waris tunggal.

Jika seseorang meninggal tanpa ada ahli waris sah satupun sampai
derajat keenam , tetapi mempunyai anak luar kawin yang diakui,
maka anak luar kawin tersebut memperoleh seluruh harta warisan
mendahului negara ( Pasal 865 KUHPerdata ).
2 2
3 3

4 1 4

5 5
A

100% 6
6
Z

• Selain Z , A tidak mempunyai ahli waris lain yang sah


sampai derajat ke – 6.
• Z mendapat seluruh harta A ( Pasal 865 KUHPerdata ).
F. Anak luar kawin diakui sah meninggal dunia lebih dahulu dari
orang tua yang mengakuinya. ( penggantian hanya oleh anak sah
dari ALKDS)

Pasal 866 KUHPerdata menyatakan jika seseorang anak luar kawin


yang diakui meninggal lebih dahulu , maka sekalian anak dan
keturunannya yang sah berhak menuntut bagian- bagian yang
diberikan kepada mereka menurut pasal 863 dan 865 KUHPerdata.
2
3

1 4

5
A

6
Z

P Q
• A adalah si pewaris
• Z adalah anak luar kawin yang diakui secara sah oleh A yang telah
meninggal dunia terlebih dahulu.
• Selain Z , si A tidak mempunyai ahli waris lain yang sah sampai
derajat keenam.
• P dan Q adalah anak -anak sah si Z . Berdasarkan Pasal 841 juncto
Pasal 866 KUHPerdata , maka P dan Q menggantikan Z . Masing-
masing mendapat 1/2 bagian peninggalan A .
• Selain Z yang digantikan oleh P dan Q , si A tidak mempunyai ahli
waris lain yang sah sampai derajat keenam.
Anak luar kawin yang diakui pada umumnya tidak memiliki hubungan
perdata dengan keluarga sedarah bapak/ ibu yang mengakuinya.

• B adalah saudaranya A yang telah meninggal lebih


dahulu
• A tidak memiliki ahli waris lain lagi yang berhak
sampai derajat keenam, berdasarkan Pasal 873 ayat
B A (1) KUHPerdata , si Z ( ALKDS dari B ) dapat
memperoleh seluruh harta peninggalan A.

Z
2. Hukum waris Pasif anak luar kawin ( anak luar kawin =
pewaris )
Hukum waris pasif , anak luar kawin adalah sebagai pewaris . Pasal 870
KUHPerdata menyatakan bahwa warisan seorang anak luar kawin yang diakui ,
yang meninggal dunia tidak meninggalkan keturunan maupun suami/ istri adalah
untuk ayah / ibu yang telah mengakuinya.

• A adalah si pewaris
• A tidak pernah menikah dan tidak punya keturunan
B • B dan C adalah orang tua yang mengakui A
C • Berdasarkan Pasal 870 KUHPerdata , B dan C
masing - masing mendapat 1/2 bagian harta
peninggalan A .
A

Anda mungkin juga menyukai