Anda di halaman 1dari 11

PARPOL DAN TANTANGAN

DEMOKRATISASI PARTAI
POLITIK DI INDONESIA

Oleh : Khairul Fahmi

Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas


EKSISTENSI PARPOL
• Pendirian parpol merupakan hak konstitusional warga negara,
sebagai perwujudan dari hak untuk berserikat dan berkumpul (Pasal
28 dan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945).
• Sebagai hak konstitusional, institusi parpol secara hukum merupakan
milik warga (privat/sipil) yang membentuknya, bukan milik negara
(publik/negara).
• Secara formal parpol dapat diasosiasikan sebagai badan hukum
privat.
PERAN KONSTITUSIONAL &
POLITIK PARPOL
• Peserta Pemilu anggota DPR dan DPRD.
• Pasal 6A ayat (2)  pengajuan pasangan calon Presiden/Wakil
Presiden.
• karena parpol memonopoli peran sebagai peserta pemilu, parpol
pada gilirannya berperan sebagai penguasa negara atas nama
rakyat.
• Elit parpol berperan menentukan kebijakan publik dan pengelolaan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
PARPOL DARI ASPEK
FUNGSI
• Melakukan pendidikan politik, penyaluran aspirasi politik
masyarakat, dan rekruitmen politik dalam pengisian jabatan politik.
• Secara fungsi, parpol memiliki fungsi publik, bukan privat.
• Parpol merupakan badan hukum privat yang menjalankan fungsi
publik – Parpol sebagai intermediary antara rakyat dan negara.
MASALAH & TANTANGAN
DEMOKRATISASI PARPOL
• Parpol yang seyogianya digerakkan sebagai kekuatan sosial politik rakyat
yang digunakan untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan rakyat,
malah digunakan oleh elit parpol untuk melindungi dan memperjuangkan
kepentingan sempit mereka untuk berkuasa atau membangun akses atas
negara dengan segala fasilitasnya.
• Pembuatan kebijakan publik yang tepat dan sesuai kebutuhan rakyat tidak
berhasil dilaksanakan parpol karena fungsi-fungsi parpol tidak berjalan
dengan baik.
• Parpol gagap menyelesaikan konflik internal, menyiapkan calon pemimpin
yang memiliki kemampuan negarawan dan politisi profesional, dan
membangun institusi yang demokratis yang dikelola secara profesional.
Artinya, parpol belum berhasil menjadikan dirinya sebagai lembaga
pembaharuan politik untuk mewujudkan sistem demokrasi yang diinginkan
UUD 1945.
PARPOL SEBAGAI
INTERMEDIARY
1. Situasi internal partai politik yang demokratis.
2. Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan partai politik.
3. Pengelolaan hubungan yang berkelanjutan dengan masyarakat.
MENJADI PARPOL DEMOKRATIS

Parpol hadir di
tengah
Demokrasi masyarakat.
internal
Transparansi
parpol
Dukungan
keuangan
Keterlibatan parpol
publik
KEBEBASAN VS PEMBATASAN
• Sebagai badan hukum privat, parpol memiliki sejumlah kebebasan
sebagai wujud kedaulatan yang terletak di tangan anggota-
anggotanya.
• Sebagai badan hukum yang menjalankan fungsi publik, parpol
tunduk pada pembatasan-pembatasan yang ditujukan untuk menjaga
agar kepentingan publik yang dijalankannya di lembaga negara dan
daerah terlaksana secara baik.
• Ada hal yang sepenuhnya menjadi kebebasan parpol dan ada hal
yang negara mesti ikut campur
mengatur/mengintervensi/membatasinya.
JANGKAUAN INTERVENSI NEGARA

• Mekanisme pengisian pimpinan parpol tingkat pusat dan daerah 


sebatas mengatur prinsip-prinsip umum demokrasi dalam
pengisian pimpinan parpol (partly)
• Hubungan pengurus pusat dan daerah  sebatas menegaskan
prinsip hubungan yang desentralistik (partly).
• Penyelesaian sengketa internal  Negara mengatur mekanisme
penyelesaian secara jelas (law maker), namun pelaksanaan
penyelesaian sengketa diserahkan sepenuhnya kepada institusi
internal parpol seperti Mahkamah Parpol (fully).
LANJUTAN….
• Kandidasi dalam Pemilu/Pilkada  Negara tidak menyerahkan
sepenuhnya kepada parpol, melainkan mengatur sebuah mekanisme
demokratis yang lebih tegas untuk dijalankan parpol (partly).
• Pengelolaan keuangan  negara mengatur lebih jauh soal sistem
pengelolaan keuangan berikut konsekuensi/sanksi hukumnya seperti :
penghentian sementara bantuan negara; penghentian untuk satu atau
dua tahun; larangan menjadi peserta pemilu periode berikutnya
(partly).
“Sekian”

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai