Anda di halaman 1dari 12

Pembagian dan Jenis Perbuatan Pidana

Tindak pidana dapat dibedakan atas dasar-dasar tertentu, yaitu


sebagai berikut :
• Menurut sistem KUHP, dibedakan antara kejahatan (misdrijven)
dimuat dalam buku II dan pelanggaran (overtredingen) di muat
dalam buku III
• Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana
formil (formeel delicten) dan tindak pidana materil (materieele
delicten).
• Delik Formal = Merumuskan perbuatan apa yang dilarang. Contoh pasal 359; barang siapa
karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-lamanya 5 tahun
atau kurungan selama-lamanya 1 tahun.
• Delik materil = merumuskan perbuatan yang dilarang itu adalah akibat dari perbuatan
(akibat hukum). Contoh pasal 351 tentang penganiayaan (2). Jika perbuatan itu
mengakibatkan luka berat, maka sipelaku dihukum penjara selama-lamanya 5 tahun.
• Berdasarkan bentuk kesalahannya, dibedakan antara tindak
pidana sengaja (dolus delicten) Mis.Ps.338, 362 dan tindak
pidana dengan tidak sengaja (culpa delicten) Mis.359, 188.
• Berdasarkan macam perbuatannya, dapat dibedakan antara
tindakan aktif/positif dan dapat disebut tindak pidana komisi
(delicta commissions) dan tindak pidana pasif/negatif,
disebut juga tindak pidana omisi (delicta omissionis)
a. Delict commisionis : Pelanggaran thd suatu larangan, yaitu
berbuat sesuatu yg dilarang (Mis.Ps.338, 362)
b. Delict Ommisionis: Delik pel.Thd suatu perintah atau tdk
mel.yg diperintahkan (Mis.Ps.522 : tdk menghadap sbg
saksi, Ps. 531 : tdk menolong org yg memerlukan pertlgan.
• Berdasarkan saat dan jangka waktu terjadinya, maka dapat dibedakan antara tindak
pidana terjadi seketika dan tindak pidana terjadi dalam waktu lama atau berlangsung
lama/berlangsung terus
• Berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan antara tindak pidana umum dan tindak pidana
khusus
• Dilihat dari subjek hukumnya, dapat dibedakan antara lain antara tindak pidana
communia (delicta communia, yang dapat dilakukan oleh siapa saja) dan tindak pidana
propia (hanya dapat dilakukan oleh orang yang memilki kualifikasi tertentu)
• Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan, maka dibedakan antara
tindak pidana biasa (gewone delicten) dan tindak pidana aduan (klacht delicten) .

a. klacht Delicten (delik aduan): Delik baru dilakukan penuntutannya setelah adanya
pengaduan terlebih dahulu (Mis. 310, 285)
b. gewone Delicten (Delik biasa): Delik yang penuntutannya tidak perlu adanya pengaduan
terlebih dahulu+ (mis.Ps.338, 362)

• Berdasarkan berat ringannya pidana yang diancamkan, maka dapat dibedakan antara
tindak pidana bentuk pokok (eenvoudige delicten), tindak pidana yang diperberat
(gequalificeerde delicten) dan tindak pidana diperingan (gepriviligieerde delicten)
• Delik Tunggal dan delik berganda
a. Zelfstandge Delict (delik tunggal):Delik yg
cukup dilakukan dg satu kali perbuatan
(Mis.480)
b. Voorgezit Delict (delik berganda): Delik baru
merupakan delik apabila dilakukan beberapa
kali perbuatan (Mis.481)
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
• Pertanggungjawaban pidana menjurus pada
pemidanaan pelaku, jika telah melakukan
suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-
unsurnya yang telah ditentukan dalam
undang-undang.
• Menurut Romli Atmasasmita, pertanggungjawaban
pidana (criminal liability) diartikan sebagai suatu
kewajiban hukum pidana untuk memberikan
pembalasan yang akan diterima pelaku terkait
karena orang lain yang dirugikan.
• Pertanggungjawaban pidana menurut Roeslan
Saleh, menyangkut pengenaan pidana karena
sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan
hukum pidana.
Pertanggungjawaban pidana (criminal
responsibility atau criminal liability) berarti
dalam hal terjadinya suatu perbuatan yang
dilarang dan diancam pidana, maka perlu
diatur kepada siapa perbuatan tersebut
harus dimintakan pertanggungjawaban,
guna menerima /menjatuhkan pidana yang
diancamkan.
• Pertanggung jawaban adalah bagaimana kita harus
bertanggung jawab dalam hukum pidana atau bagaimana
meminta pertanggung jawaban / tanggung jawab terhadap
orang / pelaku dalam hukum pidana.
• Kemampuan bertanggungjawab tersebut memperlihatkan
kesalahan dari pelaku yang berbentuk kesengajaan atau
kealpaan.
• Jadi pertanggung jawaban tadi bisa dimintakan kepada
manusia atau badan hukum karena manusia dan badan
hukum itu melakukan perbuatan pidana maka akibatnya
harus dibebankan kepada manusia atau badan hukum yang
melakukannya.
Kenapa manusia atau badan hukum itu harus bertanggung
jawab? Karena orang yang melakukan sesuatu dalam hal ini
tindak pidana harus bertanggungjawab atas perbuatan
tersebut.

Akan tetapi tidak semua dapat dimintai pertanggung


jawaban misalnya : orang gila.

Jadi, Kenapa seseorang yang melakukan perbuatan pidana


harus dimintai pertanggung jawaban pidana ???
Kenapa seseorang yang melakukan perbuatan
pidana harus dimintai pertanggung jawaban
pidana ? karena orang tersebut mampu menilai
perbuatan itu baik atau buruk. Kalau dia tidak
mampu menilai perbuatan itu baik atau buruk maka
dia tidak bisa dimintai pertanggungjawaban pidana.
Kemampuan untuk menilai perbuatan tersebut baik
atau buruk disebut kemampuan bertanggung jawab
atau dengan kata lain perbuatan bertanggung jawab
timbul kalau orang tersebut mampu menilai
perbuatan tersebut baik dan buruk
• Dilihat dari sudut kemampuan
bertanggungjawab, maka hanya seseorang
yang ‘mampu bertanggungjawab’ yang dapat
dimintai pertanggungjawaban pidana.

• Kemampuan bertanggungjawab didasarkan


pada keadaan dan kemampuan ‘jiwa’.

Anda mungkin juga menyukai