Anda di halaman 1dari 28

Kolaborasi Perawat dan Dokter

Kelompok 8 ::
Fajriatin Budianti
M. Agus Shyafaruddin
Riska Ananda
Pendahuluan
• Selama bertahun tahun perawat di posisikan
sebagai asisten dokter dalam merawat pasien.
Istilah “pembantu” telah digunakan untuk
menggambarkan peran perawat. Akan tetapi,
perkembangan keperawatan sebagai profesi
telah memberikan dorongan munculnya
perhatian terhadap kolegialitas dan kolaborasi.
• Perawat dan dokter bekerja bersama dan mengkaji,
mendiagnosis, dan merawat klien secara mandiri
dengan menyiapkan riwayat klien, melakukan
pengakajian fisik dan psikososial dan meninjau serta
mendiskusikan kasus mereka dengan para
professional kesehatan lainnya untuk menetukan
perubahan status kesehatan klien. Perawat, dokter
dan professional kesehatan lainya harus saling
berkolaborasi agar dapat memberikan perawatan
yang efektif dan komprehensif. Kolaborasi merupakan
proses komplek yang membutuhkan sharing
pengetahuan yang direncanakan dan menjadi
tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Pengertian Kolaborasi
• Kolaborasi merupakan istilah umum yang
sering digunakan untuk menggambarkan
suatu hubungan kerja sama yang dilakukan
pihak tertentu. Sekian banyak pengertian
dikemukakan dengan sudut pandang beragam
namun didasari prinsip yang sama yaitu
mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi
tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan
tanggung gugat.
Lanjutan….
• American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah
melalui diskusi dan negosiasi yang panjang dalam
kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat,
mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai berikut ;
Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega,
bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan
lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan
saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang
yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat.
Model Struktur Kolaborasi
1. Model Hirarki
• Menekankan komunikasi satu arah, kontak terbatas
antara pasien dengan dokter, dan dokter merupakan
tokoh yang dominan.

2. Model Kolaboratif Tipe I


• Menekankan komunikasi dua arah, tetapi tetap
menempatkan dokter dalam posisi utama untuk
membatasi hubungan antara dokter dan pasien.

3. Model Kolaboratif Tipe II


• Pola ini lebih berpusat pada pasien, dan semua pemberi pelayanan
harus bekerjasama, juga dengan pasien. Model ini menekankan
kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tidak ada
satu pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus.
Kriteria Praktik Kolaborasi Perawat dan Dokter

a. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang


keahlian yang berbeda yang dapat bekerja
sama timbal balik.
b. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan
mau bekerjasama.
c. Kelompok harus memberikan pelayanan yang
keunikannya dihasilkan dari kombinasi
pandangan dan keahlian yang diberikan oleh
setiap anggota tim tersebut.
Indikator Kolaborasi Kontrol Kekuasaan

Lingkup Praktik

Kepentingan Bersama

Tujuan Bersama
Kontrol Kekuasaan
• Berbagi kekuasaan atau kontrol kekuasaan
bersama dapat terbina apabila dokter maupun
perawat mendapat kesempatan yang sama
untuk mendiskusikan pasien tertentu. Kalau
kemungkinan tersebut tidak ada, maka
mungkin saja ada informasi penting yang
terlewati saat pemberi perawatan
merencanakan dan melaksanakan perawatan
pasien.
• Lingkungan praktik
menunjukkan kegiatan dan
tanggung jawab masing-
masing pihak. Meskipun
Lingkup perawat dan dokter
memiliki bidang praktik
Praktik yang terpisah sesuai
dengan peraturan praktik
perawat dan dokter, tapi
ada tugas-tugas tertentu
yang perlu dibina bersama.
• Kepentingan bersama secara
operasional menggunakan
istilah tingkat ketegasan
Kepentingan masing-masing (usaha untuk
Bersama memuaskan kepentingan
sendiri) dan faktor kerjasama
(usaha untuk memuaskan
kepentingan pihak lain).
Tujuan Bersama
• Tujuan sifatnya lebih terorientasi pada pasien dan dapat
membantu menentukan bidang tanggung jawab yang
erat kaitanya dengan prognosis pasien. Tujuan yang
menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari perawat
misalnya memelihara integritas kulit dan pengaturan
pola eliminasi. Tujuan yang menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari dokter misalnya penentuan kapan
pasien dijinkan pulang dari rumah sakit. Sedangkan
tujuan yang merupakan tanggung jawab bersama
dokter dan perawat misalnya pencegahan infeksi.
Faktor Faktor Yang Menunjang Keberhasilan
Praktik Kolaborasi

• Persamaan persepsi tentang tujuan bersama

• Kompetensi klinik

• Kemampuan interpersonal

• Humor

• Kepercayaan
Mengajarkan Kolaborasi Pada Mahasiswa
Pra Praktik Keperawatan Dan Kedokteran
1. Pendidikan keperawatan pra klinik dan
kolaborasi
• Profesi keperawatan melalui America Nursing
Association (ANA, 1980) telah menyarankan
hubungan yang lebih kolaboratif dengan
profesi kedokteran untuk meningkatkan
komunikasi antara perawat dan dokter dan
meningkatkan perawatan pasien secara
keseluruhan.
Mengajarkan Kolaborasi Pada Mahasiswa
Pra Praktik Keperawatan Dan Kedokteran
2. Pendidikan kedokteran pra klinik dan kolaborasi
• Meskipun praktik kolaborasi profesi kedokteran tidak
sekonsistesi profesi keperawatan, tetapi America Medical
Association (AMA, 1990) telah mendukung beberapa
bentuk pelatihan pra praktik kolaborasi khusus untuk
mahasiswa kedokteran.
• Disarankan agar AMA bekerjasama dengan pendidikan
kedokteran untuk menyertakan sebagian dari program
pendidikan yang menekankan penanganan kasus secara
kolaborasi dengan perawat, terutama pada penanganan
pasien yang sakit menahun dirumah.
Pendidikan antar disiplin (perawat dan
dokter) Tamblyn melalui metode belajar
berdasarkan penanganan masalah :

Tanggung Jawab Bersama

Tanggung Jawab Pengawasan Bersama

Tanggung Jawab Pengawasan Dokter


Tanggung Jawab Bersama
Dapat dilakasanakan oleh perawat atau dokter secara
bersama-sama, tergantung dari sifat, jumlah dan kompleksnya
masalah yang ditemui.
a. Pengkajian kesehatan pribadi atau keluarga (riwayat medis,
pemeriksaan)
b. Identifikasi kondisi yang membahayakan jiwa
c. Keputusan mengenai penaganan kesehatan pribadi/ keluarga
d. Pendidikan kesehatan pribadi/keluarga
e. Dokumentasi perawat kesehatan
f. Komunikasi (dengan pribadi/keluarga, ahli kesehatan yang
terlibat, masyarakat
Tanggung Jawab Pengawasan Bersama
Dilaksanakan oleh perawat yang bertanggung jawab atau
pendelegasian pengawasan para ahli kesehatan lain
a. Koordinasi penaganan kesehatan pribadi/keluarga
b. Identifikasi masalah kesehatan pribadi/keluarga
c. Membantu hubungan pribadi/keluarga dengan sistem
kesehatan
d. Identifikasi dan penaganan kebutuhan dasar yang belum
terpenuhi
e. Identifikasi dan penanganan batas-batas pemulihan
kesehatan/adaptasi
f. Konsultasi pribadi keluarga
Tanggung Jawab Pengawasan Dokter
Dilaksanakan oleh dokter yang bertanggung jawab
atau pengawasan para ahli kesehatan lainnya yang
diberi kewenangan oleh dokter.
a. Identifikasi adanya kondisi medis darurat dan
kecepatan evaluasi medis
b. Identifikasi prosedur diagnostik medis dan tes
laboratorium yang sesuai
c. Penjabaran secara cermat mengenai kondisi penyakit
yang diderita dan patofisiologi yang mendasari
d. Ketentuan terapi medis yang sesuai
Permenkes 512 tahun 2007
Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran
Pasal 15
(1) Dokter dan dokter gigi dapat memberikan
suatu pelimpahan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau
tenaga kesehatan tertentu lainnya secara
tertulis dalam melaksanakan tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi.
Permenkes 512 tahun 2007
Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran
Pasal 15
(2) Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sesuai dengan kemampuan dan kompetensi
yang dimiliki dan dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan.
Permenkes 512 tahun 2007
Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran
Pasal 15
(3) Pelimpahan wewenang kepada perawat,
bidan atau tenaga lainnya dalam keadaan
tertentu dimana pelayanan kesehatan sangat
dibutuhkan dan tidak terdapat dokter dan
dokter gigi di tempat tersebut diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri.
(Permenkes 148 tahun 2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat, Pasal 10)
Aspek Yuridis Pendelegasian Tindakan
Medis Kepada Perawat
• Pendelegasian tindakan medis terhadap
perawat menimbulkan implikasi pertanggung
jawab hukum. Oleh karena itu, pelimpahan
wewenang atau pendelegasian tindakan medis
harus disertai persyaratan tertentu agar
pertanggung jawabannya menjadi jelas.
Persyaratan tersebut adalah (Wiradharma,
2002) :
Persyaratan Pendelegasian Tindakan Medis :
1. Pengambilan keputusan mengenai diagnosis dan terapi
medik tidak dapat dilimpahkan kepada perawat;
2. Tindakan medis hanya dapat dilimpahkan jika dokter yakin
bahwa perawat yang menerima delegasi memiliki
kompetensi untuk melaksanakannya;
3. Pelimpahan wewenang tersebut harus dilakukan secara
tertulis, dimana disebutkan dengan jelas tindakan apa yang
harus dilakukan, bagaimana cara pelaksanaannya dan
bilamana perlu disebutkan langkah-langkah yang harus
diambil jika terdapat gejala-gejala lain atau terjadi suatu
komplikasi. Dengan demikian, jika dokter hanya
melimpahkan tindakan medis secara lisan, maka perawat
jangan pernah mencoba melakukannya, kecuali dalam
kondisi darurat dalam rangka penyelamatan jiwa;
Persyaratan Pendelegasian Tindakan Medis :

4. Untuk melaksanakan tindakan medis karena


permintaan tertulis dari dokter, harus tersedia
prosedur tetap disarana pelayanan kesehatan;
5. Dokter yang membuat delegasi harus mudah
dihubungi dan dapat diminta datang ketika
seorang perawat mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tindakan medis tersebut;
6. Perawat dapat menolak melakukan tindakan
medis tersebut jika menganggap dirinya tidak
cukup kompeten.
• Jika tindakan medis yang dilakukan perawat
berdasarkan permintaan tertulis dari dokter
ternyata menimbulkan dampak buruk dari
klien, maka pertanggungjawabannya bisa
dibedakan menjadi:
1. Jika tindakan tersebut dilakukan perawat
sesuai dengan standar yang berlaku, maka
tanggung jawabnya dibebankan kepada dokter
yang memberikan delegasi. Dengan demikian,
dampak buruk yang terjadi kemungkinan
disebabkan dokter salah membuat keputusan
(decision)atau dampak buruk yang terjadi
sebenarnya dapat diantisipasi.
2. Jika keputusan yang dibuat dokter sesuai
dengan standar profesi kedokteran, namun
perawat lalai dalam melaksanakan tindakan
tersebut, maka tanggung jawab hukum
dibebankan kepada perawat yang tidak
kompeten dan tidak melakukan pengawasan.
3. Jika keputusan untuk dilakukan tindakan medis
oleh dokter dan pelaksanaan tindakan medis
oleh perawat sudah sesuai standar, dan dampak
buruk yang terjadi merupakan resiko yang tidak
bisa diduga sebelumnya oleh dokter maupun
perawat, maka dokter dan perawat tidak bisa
dimintai pertanggungjawaban hukum.

Anda mungkin juga menyukai