Anda di halaman 1dari 13

SUBARACHNOID

HEMMORHAGE
Nurul Jannah, A.Md. Rad.,S.Si.,M.Si
Pendahuluan
◦ Subarachnoid Hemmorhage (SAH)/Perdarahan subarahnoid
dapat diartikan sebagai proses pecahnya pembuluh darah di ruang
yang berada dibawah arachnoid (subarachnoid). Prevalensi
terjadinya SAH mencapai 33.000 orang per tahun di AS, dengan
puncak insiden pada usia sekitar 55 th (Lk) dan 60 th (pr). Lebih
sering dijumpai pada perempuan dengan rasio 3:2
Defenisi
◦ Pendarahan subarakhnoid ialah suatu kejadian saat adanya darah
pada rongga subarakhnoid yang disebabkan oleh proses patologis.
◦ Perdarahan subarakhnoid ditandai dengan adanya ekstravasasi
darah ke rongga subarakhnoid yaitu rongga antara lapisan dalam
(piamater) dan lapisan tengah (arakhnoid matter) yang merupakan
bagian selaput yang membungkus otak (meninges).
Klasifikasi
1. Perdarahan subarakhnoidal spontan primer (spontan non-trauma
dan non hipertensif), yakni perdarahan bukan akibat trauma atau
dari perdarahan intraserebral.
2. Perdarahan subaraknoidal sekunder. adalah perdarahan yang
berasal dari luar subaraknoid, seperti dari perdarahan
intraserebral atau dari tumor otak.
Etiologi
◦ Penyebab paling sering pada SAH adalah ruptur aneurisma salah
satu arteri didasar otak dan adanya malformasi arteriovenosa
(MAV).
◦ Contoh yang sering terjadi :
◦ 1. Aneurisma sakuler (berry)
◦ 2. Aneurisma fusiformis
◦ 3. Aneurisma mikotik
Gejala
Tanda klasik PSA, sehubungan dengan pecahnya aneurisma yang besar, meliputi :
◦ 1. Nyeri kepala yang hebat dan mendadak,
◦ 2. Hilangnya kesadaran,
◦ 3. Fotofobia
◦ 4. Meningismus,
◦ 5. Mual dan muntah.

Aneurisma yang membesar (sebelum pecah) dapat menimbulkan tanda dan gejala defek medan
penglihatan, gangguan gerak bola mata, nyeri wajah, nyeri orbital, atau nyeri kepala yang terlokalisasi.
Grade SAH
◦ Menurut skala botterell dan hunt and hess, perdarahan subarakhnoid dapat dibagi menjadi beberapa
kelas (grade), yaitu:
◦ 1. Kelas I Asimptomatik atau sakit kepala ringan
◦ 2. Kelas II Sakit kepala sedang atau berat atau occulomotor palsy
◦ 3. Kelas III Bingung, mengantuk atau gejala fokal ringan
◦ 4. Kelas IV Stupor (respon terhadap rangsangan nyeri)
◦ 5. Kelas V Koma (postural atau tidak respon terhadap nyeri)
Kelas I dan II memiliki prognosis yang baik, kelas III memiliki prognosis yang menengah, kelas IV dan V
memiliki prognosis yang buruk.
DIAGNOSIS
1. CT Scan Tanpa kontras :
• Pemeriksaan CT scan tanpa kontras adalah pilihan utama
karena : sensitivitasnya tinggi dan mampu menentukan lokasi
perdarahan lebih akurat; sensitivitasnya mendekati 100% jika
dilakukan dalam 12 jam pertama setelah serangan tetapi akan
turun pada 1 minggu setelah serangan.
• Darah tampak sebagai gambaran densitas tinggi
(hyperdense/Putih) pada ruang subarachnoid.
• Pemeriksaan CT scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intracranial. Pada pembesaran
ventrikel yang berhubungan dengan darah (densitas tinggi) dalam ventrikel atau dalam ruang
subarachnoid.
• Computed Tomography (CT), pada CT dapat dilihat distribusi darah, sehingga dapat dilihat lokasi
aneurisma yang pecah. CT juga menunjukkan fokal intraparenkim atau perdarahan subdural,
pembesaran ventrikel, aneurisma besar dan infark akibat vasospasme.
• Gambaran perdarahan pada CT scan berupa gambaran hiperdens
2. CT Angiongrafi
◦ CTA dapat mendeteksi aneurisma berukuran > 3 mm,
menyediakan informasi lengkap seperti arteri asal dan
lebar leher aneurisma.
◦ CTA dapat mendeteksi lebih dari 95% aneurisma.
◦ CTA lebih baik dibandingkan MRA karena waktu
pemeriksaan yang lebih singkat, artefak yang lebih
sedikit, dan demostrasi tempat lain lebih baik. Tetapi
struktur tulang dan vena dapat menyulitkan
pembacaan.
3. MRI
◦ Pemeriksaan ini tidak sensitif pada subarachnoid hemoragik
akut pada 24-48 jam pertama
◦ Dimana berdasarkan pada review yang ada, pemeriksaan ini
memiliki sensitifitas 87% dan spesifitas 92% untuk
mendeteksi aneurisma intrakranial (dibanding dengan cateter
DSA) dengan sensitifitas lebih rendah secara signifikan
untuk Aneurisma dengan diameter kurang dari 3mm
◦ MRA dapat berguna sebagai tes skrining pada pasien dengan
resiko tinggi termasuk pasien dengan perokok dan hipertensi
4. DSA
◦ Digital-substraction cerebral
angiography merupakan baku
emas/gold standar untuk deteksi
aneurisma serebral, tetapi CT
angiografi lebih sering digunakan
karena non-invasif serta sensitivitas
dan spesifitasnya lebih tinggi.
◦ Pemeriksaan ini digunakan untuk
mendeteksi aneurisma dan lokasinya
dikarenakan penyebab utama
subarachnoid hemoragikadalah
aneurisma dan malformasi arteri vena
PENTING,!!
◦ CT Scan : Mendeteksi >90% SAH bila onset bleeding terjadi pada 24 jam
◦ MRI : Tidak sensitive terhadap SAH 24-48 jam, lebih baik 4-7 hari
◦ MRA : sensitifitas 95% untuk anurisma ukuran >3-5 mm
◦ CTA : mendeteksi aneurisma 97%. Dapat meggambarkan bentuk aneurisma 3D untuk menunjang
perencanaan operasi.

Anda mungkin juga menyukai