Restoratif
Restoratif
dalam Penyelesaian
Kasus Kecelakaan
Lalu Lintas
Absensi 1-11 (KPK & HAM)
Penyelesaian Perkara diluar Pengadilan alternative dispute resolution
dengan cara perdamaian menurut undang-undang yaitu:
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman, ditegaskan bahwa “Semua Peradilan di
seluruh wilayah Republik Indonesia adalah peradilan negara dan
ditetapkan dengan undang-undang) pada penjelasannya dinyatakan
bahwa “ketentuan ini tidak menutup kemungkinan penyelesaian
perkara dilakukan di luar pengadilan melalui perdamaian atau
arbitrase.
Pengertian restorative justice atau keadilan restoratif ini termuat
dalam Pasal 1 huruf 3 Peraturan Polri Nomor 8 Tahun 2021.
Penyelesaian Perkara diluar
Pengadilan dengan cara
Perdamaian
• Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman
Sanksi alternatif
Berfokus pada perbaikan atas
perbuatan
Mempertemukan kebutuhan korban
(pertanggungjawaban)
Pelaku diperintahkan untuk memberi
restitusi (ganti kerugian)
Sehingga peradilan pidana bukan semata-mata bertujuan
menghukum atau meminta pertanggungjawaban pelaku, namun
berdasarkan kebutuhan atau kepentingan korban. Disediakannya
jalur alternatif restorative justice ini merupakan pilihan untuk para
korban maupun keluarga korban, jika tidak disetujui maka aparat
penegak hukum harus melakukan tugasnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Peradilan Pidana pada
Kasus Kecelakaan Lalu
Lintas
Tujuannya bukan semata-mata menghukum atau meminta
pertanggungjawaban, melainkan berdasar pada kebutuhan dan
kepentingan korban.
Penyelesaian perkara dengan perdamaian merupakan jalur
alternatif untuk korban dan keluarga korban.
.
Adapun Bentuk Proses Restorative Justice yaitu:
- Mediasi pelaku-korban (victim offender mediation) atau yang disebut
dengan dialog/pertemuan/rekonsiliasi antara pelaku dan korban yang
menghadirkan pihak ketiga yaitu mediator.
- Pertemuan kelompok keluarga (family group conferencing) yaitu lingkaran
partisipan yang lebih luas ketimbang mediasi antara pelaku dan korban,
yaitu penambahan orang yang dikaitkan dengan pihak-pihak utama seperti
teman dan keluarga.
Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang paling sering digunakan adalah
pertemuan kelompok keluarga (family group conferencing). Sebab penerapan
ini lebih bersifat aktif dimana seluruh keluarga korban maupun pelaku sudah
dipertemukan dalam suatu penyelesaian masalah hukum yang dihadapi.
.
Bentuk Proses Restorative Justice