Anda di halaman 1dari 81

a )

i 3
n s
p ete
o m
(K
DII
E N UM
S ERAN
AEKT
M
U DOT

R A S
KE

T AKULTA

F
TRAUMA SENDI

Secara anatomis stabilitas sendi tersebut meliputi stabilitas tulang (bone


stability) yaitu :

1. tulang yang membentuk sendi

2. stabilitas jaringan lunak (soft tissue stability) yang berupa kapsul sendi dan
ligamentum serta tendo / otot otot di dekat sendi itu.

Apabila terjadi kerusakan dari struktur tersebut diatas maka disebut


instabilitas sendi (joint instability)
✔ Trauma langsung akan mengakibatkan sendi mengalami kontusi, dan bila
trauma tersebut lebih berat lagi dapat menimbulkan subluksasi atau
dislokasi bahkan fraktur intraartikular
✔ Pada trauma tidak langsung (indirect injury) maka jaringan lunak seperti
ligamentum akan teregang atau ruptur parsial yang disebut dengan nama
sprain
✔ Pada Sprain grade III karena energi trauma cukup besar dapat terjadi ruptur
komplit atau avulsi sehingga terjadi instabilitas sendi
MACAM-MACAM INSTABILITAS SENDI
1. Instabilitas sendi tersembunyi ( occult joint instability )
✔ contohnya trauma pada sendi pergelangan kaki akibat gaya trauma
inversi (sprain/strain)
✔ Penderita mengeluh nyeri, edema, dan nyeri tekan pada lokasi lesi sendi
✔ Pada radiograph sendi pergelangan kaki itu terlihat dalam batas normal,
tapi pada pemeriksaan dengan penekanan ke arah inversi atau eversi
(stress X-ray examination) pada sisi bagian bawah sendi tampak
pelebaran rongga sendi pada sisi yang mengalami lesi
✔ Tatalaksana RICE
2. Subluksasi

✔ Merupakan dislokasi partial (sebagian), separuh bagian masih berada pada sumbu

✔ Subluksasi adalah deviasi dari hubungan normal antara tulang rawan yang satu
dengan tulang rawan yang lain (brunner & suddarth)

✔ Contohnya pada fraktur malleolus medialis sering disertai subluksasi sendi


pergelangan kaki, demikian juga fraktur malleolus lateralis. Artinya bila Anda
perhatikan ada sebagian permukaan sendi yang masih berhubungan satu sama lain
(Gb.23)
❖ Spondilolistesis adalah subluksasi ke depan dari satu korpus vertebrata
terhadap korpus vertebrata lain dibawahnya
3. Dislokasi (luxation)
✔ Merupakan suatu kondisi dimana sesuatu tidak berada pada tempatnya atau
sumbunya
✔ Umumnya deformasi dapat dilihat berupa perubahan posisi anggota gerak dan
perubahan kontur persendian yang bersangkutan
✔ Tidak ada gejala dan tanda patah tulang, apabila terdapat patah tulang maka disebut
Fraktur luksasi
✔ Kontak tulang-tulang yang membentuk sentuk sendi tersebut hilang secara komplit
(Gb. 28).Bila kedudukan tulang tersebut kembali seperti semula maka pada
radiograph Anda tidak akan melihat kelainan tersebut.
DISLOKASI SENDI BAHU
✔ Dislokasi bahu adalah suatu kerusakan yang terjadi saat bagian atas tulang
humerus tidak menempel lagi dengan skapula
✔ 95% kasus, dislokasi bahu yang terjadi mengarah ke anterior
✔ kelainan Hill-Sachs dengan kasus sebanyak 35-40%
✔ Hampir 95% dari dislokasi bahu yang terjadi karena benturan kuat seperti
jatuh pada lengan terulur, atau gerakan tiba-tiba yang dapat mengakibatkan
bahu terkilir
✔ Dislokasi rekuren pada 66% sampai 100% pada individu berusia 20 tahun
atau lebih muda (robekan rotator cuff atau fraktur pada glenoid
JENIS DISLOKASI BAHU
1.Dislokasi Anterior,
2.Dislokasi Posterior
3.Dislokasi Inferior
DISLOKASI BAHU ANTERIOR
GAMABARAN KLINIS
✔ Frekeunsi Kejadian 95 %
✔ Sangat Nyeri
✔ Rekuren
✔ abduksi yang ekstrim, exorotasi, ekstensi
✔ caput humerus yang menonjol dapat dirasakan berada di anterior dan
cekungan dapat dilihat posterior pada bahu
✔ Penting untuk menilai fungsi neurovaskular aksila dengan meraba nadi dan
melakukan uji sensasi padadaerah bahu
GAMBARAN
RADIOLOGI
✔ Caput humerus terletak di bawah coracoids process pada gambaran AP
✔ Gambaran aksilaris menunjukkan caput humerus terletak anterior dari glenoid
✔ Caput humerus dapat dilihat terletak anterior dari ‘Y’ pada gambaran skapula ‘Y’
lateral (dengan glenoid terletak di bagian tengah ‘Y’ tersebut
✔ Dislokasi anterior dari caput humerus: gambaran paling atas menunjukkan caput
humerus yang bergeser dari glenoid dan terletak inferior dari coracoid process (panah
merah).
✔ Gambaran di tengah menunjukkan suatu kelainan sepanjang aspek posterolateral dari
caput humerus, yaitu deformitas Hill-Sachs (panah hijau)
✔ Gambaran di bawah adalah gambaran skapular Y (garis biru menunjukkan
skapula).Caput humerus terletak subkorakoid (lokasi anterior). Panah putih menunjuk
ke arah akromion
Deformitas Hill-Sachs – fraktur depresi caput humerus ketika
menabrak batas dari glenoid; paling baik terlihat secara endorotasi pada
gambaran AP
Lesi Bankart – disrupsi dari glenoid labrum juga dapat mengakibatkan lepasnya
fragmen tulang yang disebut sebagai “Bony Bankart”. walaupun fraktur Bankart
tidak begitu terlihat secara radiologi, fraktur Bankart merupakan suatu
kerusakan dimana bagian inferior dari glenoid terlepas/ patah. Hilangnya
glenoid labrum akan mengurangi stabilitas dari sendi glenohumeral dan dapat
menyebabkan dislokasi berulang
greater tuberosity fracture
DISLOKASI BAHU POSTERIOR
GAMBARAN KLINIS
✔ posisi lengan adduksi dan endorotasi (pasien memegang lengannya
dan meletakkannya pada perutnya)
✔ Dislokasi posterior yang klasik dapat juga terjadi akibat tersengat
listrik ataupun kejang
✔ Pasien tidak dapat melakukan supinasi pada lengan tangannya
✔ Pada lengan tidak dapat dilakukan exorotasi ke posisi netral
GAMBARAN RADIOLOGI
Gambaran AP dislokasi bahu posterior

Dislokasi bahu posterior tidak sering ditemukan dan sulit untuk di diagnosa dengan
hanya satu foto AP. Walaupun diagnosanya tidak begitu terlihat dalam gambaran ini,
tanda lightbulb serta tidak adanya gambaran caput humerus dan glenoid yang
biasanya tumpang tindih dapat membantu dalam mendiagnosa tipe dislokasi ini
Tanda Rim dan Lightbulb

Dislokasi bahu posterior terlihat jelas dengan gambaran scapula ‘Y’ lateral
ini. Hal ini menunjukkan pentingnya untuk dilakukan foto dalam posisi lain
untuk medapatkan gambaran lateral skapula atau gambaran axilla
Tanda Rimpositif.Ukuran jarak sendi 7 mm. Humerus
terdapat pada posisi rotasi internal. Terdapat Trough
line (panah).
TANDA-TANDA YANG TAMPAK
✔ Pada gambaran AP, caput humerus terlihat seperti bentuk normalnya
(seperti tongkat untuk berjalan). Namun kadang-kadang dapat
menyerupai “lightbulb” atau “ice cream cone“ akibat endorotasi
✔ Tanda Lightbulb – tampilan sirkular dari caput humerus yang menetap
pada endorotasi. Glenoid dan caput humerus tumpang tindih.
✔ Tanda Rim - jarak antara caput humerus bagian medial dan gleniod
rim anterior lebih dari 6mm
✔ Tanda Trough line - “Reverse Hill Sachs”; dua garis parallel terlihat
pada korteks medial yang mewakili fraktur impaksi dari caput
humerus bagian anterior/ fraktur kompresi dari caput humerus bagian
anteromedial.
GAMBARAN KLINIS
✔ akibat suatu tekanan hiperabduksi yang menyebabkan bagian leher dari humerus
terangkat/menekan melawan akromion
✔ adanya berat axial yang ditumpukan saat lengan sedang abduksi atau hiperabduksi
✔ Dislokasi inferior akan menjadi kondisi yang disebut sebagai luxatio erecta
✔ Lengan atas abduksi 110-160° dengan lengan bawah diistirahatkan pada atau di
belakang kepala pasien
✔ ditemukan lengan yang berada di atas kepala pada posisi yang tetap dengan siku yang
fleksi
✔ Caput humerus teraba pada atau di bawah aksila
✔ Sebanyak 60% dari kasus yang ada, kerusakan neurologi (biasanya lesi pada N.
aksilaris) berhubungan dengan dislokasi inferior
GAMBARAN RADIOLOGI
Luxatio Erecta.Caput humerus (panah biru) menghadap ke inferior dan terletak di
bawah batas dari glenoid (panah merah) pada dislokasi bahu inferior yang jarang
terjadi ini, dimana lengan menetap pada pasisi lurus dan biasanya dengan siku
yang fleksi
TATALAKSANA DISLOKASI BAHU
✔ Reduksi tertutup, Dokter akan memindahkan caput humerus kembali ke dalam soket
sendi bahu dengan cara menerapkan traksi pada lengan yang terdislokasi
✔ Imobilisasi, Setelah reduksi, perlu untuk memakai arm sling atau perangkat yang
disebut immobilizer bahu untuk menjaga bahu bergerak
✔ Istirahat, Penting untuk mengistirahatkan bahu dan tidak memberikan tegangan pada
daerah sendi tersebut
✔ Bantalan Es dan panas, Aplikasikan es atau kemasan yang dingin pada bahu selama
15-20 menit, empat kali sehari, selama dua hari pertama Setela hari ketiga, gunakan
bantalan pemanas selama 15-20 menit
✔ Latihan rehabilitasi, Setelah pelepasan sling bahu, latihan dimulai untuk
mengembalikan kekuatan dan rentang gerak pada bahu
✔ Mediakmentosa, obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) atau
asetaminofen(Tylenol) dapat membantu mengurangi rasa sakit
REDUKSI TERTUTUP PADA DISLOKASI ANTERIOR
Teknik Leverage :
1. Metode Kocher (keberhasialn 80%)
2. Teknik Milch
EXOROTASI BAHU
Tingkat keberhasilan hingga 80%
TEKNIK TRAKSI
1. Metode Hippocratic
2. Metode Stimson
3.Matsen’s Traction Counteraction
4. Teknik Spaso
1. Teknik Spaso dimulai dengan pasien dalam posisi terlentang.
2. Lengan pada sisi yang terdislokasi digenggam pada pergelangan tangan atau
lengan bawah distal dandiangkat secara vertikal dengan lembut, sambil
mengaplikasikan traksi dengan lembut.
3. Kemudian dilakukan exorotasi pada bahu, biasanya reduksi dapat terjadi
secara spontan.
4. Mendorong caput humeri kembali keposisi normal dapat sangat membantu
sambil mempertahankan traksi
5. Teknik reduksi Snowbird
1. Pasien duduk tegak selurus mungkin;
2. seorang Asisten Membantu mempertahankan posisi inidengan berdiri disisi
yang berlawanan dengan tangan mencengkeram sekitar dada pasien keaksila.
3. Lengan pada sisi yang terdislokasi flexipada 90º dan
4. stockinette diletakkan di sekitar lengan bawah proksimal, diputar satu kali,
sehingga kaki dokter bedah dapat ditempatkan di loop distal dan traksi dapat
diaplikasikan dengan kuat ke arah bawah.
5. Tangan dokter bedah bebas untuk mengaplikasikan rotasi atau tekanan yang
diperlukan sampai reduksi berhasil.
6. Tingkat keberhasilannya yaitu 87,5%
6. Teknik Eskimo
1. Teknik Eskimo dimulai dengan pasien berbaring pada bahu yang tidak
terdislokasi di tanah.
2. Dua orang mengangkat pasien dengan menarik lenganpada sisi yang terdilokasi,
memegang lengan bawah distal atau pergelangan tangan.
3. Menahan bahu yang berlawanan beberapa sentimeter di atas tanah, reduksi
biasanya dapat terjadi dalam beberapa menit.
4. Ahli bedah dapat membantu prosedur ini dengan cara mengerahkan sedikit
tekanan langsung terhadap caput humeri, yang biasanya teraba di ketiak
6. Metode Manes
1. beberapa teknik yang ada bersifat terlalu traumatis bila dilakukan pada pasien
lansia.
2. Setelah memberikan analgesia yang memadai dan relaksan otot,ahli bedah
berdiri di belakang pasien
3. memasukkan lengan bawah mereka yang fleksi keaksila pada bahu yang
terdislokasi.
4. Tangan lainnya ditempatkan pada lengan bawah pasien yang fleksi dan
dilakukan traksi secara lembut.
5. Lengan bawah dokter bedah menarik ke arah proksimal dan lateral dan
mengungkit caput humeri ke dalam soketglenoid. Traksi kemudian dilepaskan
DISLOKASI SENDI PANGGUL (HIP
DISLOCATION)
✔ Suatu keadaan dimana terjadi perpindahan permukaan caput femoris
terhadap acetabulum
✔ Sendi panggul lebih stabil dibanding sendi bahu karena mangkok
acetabulum sangat dalam disamping adanya ligamentum (Gb.27).
✔ Untuk terjadinya dislokasi sendi panggul membutuhkan energi trauma yang
berat seperti MVA (Motor Vehicle Accident) contohnya : dashboard
(dashboard injury)
✔ kejadian dislokasi posterior lebih tinggi dibanding ke anterior (> 85% )
dikarenakan Ligamentum anterior lebih kuat daripada ligamentum posterior.
✔ Dislokasi posterior akan mengakibatkan pendesakan medial femoral
circumflex artery ( MFCA ) yang menghidupi kaput femoris sehingga
menimbulkan osteonekrosis dengan angka kejadian 2-17 % pada dislokasi
posterior
✔ Jaringan lain yang perlu Anda pikirkan yaitu trauma pada labrum
asetabulum, kapsul sendi, dan otot.
✔ Pemeriksaan arteri femoralis pada kejadian dislokasi anterior perlu
dilakukan
✔ Untuk itu mereposisi secepatnya merupakan indikasi yang tepat
✔ Reposisi tertutup dapat dilakukan secara Stimson atau manuver Allis
maupun Bigelow (Gb29 )
DISLOKASI POSTERIOR
✔ Biasanya dislocasi ini terjadi dalam kecelakaan Mobil
✔ seringkali terjadi fracture pada acetabulum (fracture-dislocasi).
✔ Caput femoris dapat berada di posisi yang tinggi (iliac) atau rendah (ischiatic),
tergantung dari posisi flexi paha ketika terjadi dislocasi
✔ Jika salah satu tulang panjang mengalami fracture (biasanya femur), dislocasi
panggul seringkali tidak terdiagnosis
✔ Pedoman yang baik adalah dengan pemeriksaan pelvis dengan pemeriksaan
radiologis
✔ Tungkai bawah juga harus diperiksa untuk mencari apakah terjadi cedera syaraf
ischiadicus
MEKANISME CEDERA
GAMBARAN KLINIS
Dislocasi tipe iliac:
✔ Panggul flexi, adduksi, endorotasi.
✔ Extremitas yang terkena tampak memendek.
✔ Trochanter major dan bokong di daerah yang mengalami dislocasi terlihat menonjol.
✔ Lutut extremitas yang mengalami dislocasi tampak menumpang di paha sebelahnya.
 
Dislocasi tipe ischiatic:
✔ Panggul flexi.
✔ Panggul sangat beradduksi sehingga lutut di extremitas yang mengalami dislocasi
tampak menindih di paha sebelahnya.
✔ Extremitas bawah tampak dalam posisi endorotasi yang ekstrim.
✔ Trochanter major dan bokong di daerah yang mengalami dislocasi terlihat menonjol
Cedera neurovaskular pada dislocasi panggul posterior dapat memberikan
gambaran sebagai berikut :

✔ Nyeri di panggul, bokong, dan tungkai bawah bagian posterior.


✔ Hilangnya sensasi di tungkai bawah dan kaki.
✔ Hilangnya kemampuan dorsoflexi (cabang peroneal) atau plantarflexi
(cabang tibial).
✔ Hilangnya deep tendon reflex di pergelangan kaki.
✔ Hematoma lokal
BERIKUT INI ADALAH KLASIFIKASI DISLOCASI PANGGUL
POSTERIOR MENURUT EPSTEIN DAN THOMPSON:

•Tipe I : Dislocasi sederhana, dengan atau tanpa fragmen di dinding posterior


acetabulum.
•Tipe II : Dislocasi dengan fragmen besar di dinding posterior acetabulum.
•Tipe : Dislocasi dengan kominusi dinding posterior acetabulum.
•Tipe IV : Dislocasi dengan fracture dasar (lantai) acetabulum.
•Tipe V : Dislocasi dengan fracture caput femoris, yang diklasifikasikan menurut
Pipkin (1957).
KLASIFIKASI EPSTEIN DAN THOMPSON
(1951)

A)Tipe I: Garis fracture berada di bawah fovea, B) Fragmen


fracture meliputi fovea, C) Sama seperti tipe I dan II, namun
disertai dengan fracture collum femoris, D) Fracture caput
femoris dan acetabulum dalam bentuk apapun
RADIOLODI DISLOKASI PANGGUL
POSTERIOR

Pada foto anteroposterior (AP), caput femoris terlihat keluar dari acetabulum dan berada di
atas acetabulum. Segmen atap acetabulum atau caput femoris dapat ditemukan patah dan
bergeser. Foto oblik dapat digunakan untuk mengetahui ukuran fragmen. CT scan adalah
cara terbaik untuk melihat fracture acetabulum atau setiap fragmen tulan
BERIKUT INI ADALAH BEBERAPA TEKNIK YANG DAPAT
DIGUNAKAN UNTUK MEREDUKSI DISLOCASI PANGGUL POSTERIOR
SEDERHANA (TIPE I EPSTEIN).

1. Pasien berbaring dalam posisi supine. 2. Seorang asisten menekan spina iliaca
anterior superior. 3. Operator memegang tungkai yang mengalami dislokasi pada
pergelangan kaki menggunakan satu tangan. 4. Lengan bawah operator
diletakkan di bawah lutut, lalu lakukan traksi longitudinal sejajar deformitas. 5.
Paha dalam posisi adduksi dan endorotasi , lalu difleksikan 900. Tindakan ini
merelaksasikan ligamen iliofemoral. 6.Setelah traksi dipertahankan, caput femoris
diungkit ke dalam acetabulum dengan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi
pinggul
MANUVER STIMSON
1.Pasien ditempatkan di atas meja dalam posisi
telungkup.
2.Tungkai yang mengalami dislokasi
digantungkan ke bawah dan lutut
difleksikan.
3.Seorang asisten memegang tungkai yang
sehat secara horizontal.
4.Operator memberi tekanan ke bawah secara
mantap pada lutut yang fleksi.
5.Posisi ini tetap dipertahankan hingga otot-
otot relaksasi dan caput femoris turun ke
acetabulum.
Kadang-kadang dengan sedikit mengayunkan
paha dapat mempercepat reduksi
MANUVER BIGELOW

1. Pasien dibaringkan di lantai dalam posisi supine. 2. Seorang asisten


menekan spina iliaca anterior superior. 3. Angkat tungkai yang mengalami
dislokasi dan fleksikan sendi pinggul dan lutut. 4. Rotasikan tungkai ke posisi
netral. 5. Buat traksi yang mantap pada tungkai bawah ke arah atas, angkat
caput femoris ke dalam acetabulum. 6. Setelah traksi ke atas selesai, letakkan
paha ke bawah dalam posisi ekstensi
TEKNIK WHISTLER

Panggul yang mengalami dislocasi direlokasikan menggunakan lengan


operator untuk mengangkat dan memanuver tungkai yang mengalami
dislocasi ketika bahu operator diangkat. Tangan operator bertumpu pada paha
kontralateral. Seorang asisten atau tangan lain operator melakukan
kontratraksi pada tibia atau fibula
TRAKSI LONGITUDINAL

Pasien dibaringkan dalam posisi supine,


kemudian seorang asisten melakukan traksi
lateral, sementara operator melakukan traksi
longitudinal
DISLOKASI PANGGUL ANTERIOR
✔ Akibat Caput femoris didorong dengan paksa ke arah
anteroinferior dan berpindah ke foramen obturatorium
atau pubis.
✔ Dislokasi pada satu atau bahkan kedua panggul dapat
terjadi jika seseorang tertimpa benda berat pada
punggungnya saat posisi kaki merentang, lutut lurus, dan
punggung ke depan.
✔ Sangat jarang terjadi
DISLOKASI OBTURATOR DAPAT TERJADI
AKIBAT 3 DORONGAN YANG BERBEDA

1.Ekstremitas bawah abduksi,


eksorotasi, dan fleksi.
2.Dorongan mengenai sisi
belakang paha
3.Caput femoris keluar dari
acetabulum
1.Ekstremitas bawah dalam posisi abduksi,
eksorotasi, dan fleksi.
2.Dorongan terjadi pada paha bagian dalam,
memaksa ekstremitas bawah untuk
berabduksi dan eksorotasi. Dalam mekanisme
ini, ekstremitas bawah juga dipaksa untuk
berekstensi.
3.Caput femoris keluar dari sendi
1.Extremitas dalam posisi abduksi,
eksorotasi, dan fleksi.
2.Dorongan mengenai bagian posterior
paha.
3.Caput femoris keluar dari sendi
GAMBARAN KLINIS
✔ Kaki berada dalam posisi exorotasi, abduksi,
dan sedikit flexi
✔ Kaki tidak memendek karena perlekatan rektus
femoris mencegah caput femoris bergeser ke
atas
✔ Bila dilihat dari samping, tonjolan anterior
pada caput yang mengalami dislocasi tampak
jelas
✔ Kadang-kadang kaki berabduksi hampir
membentuk sudut siku-siku.
✔ Caput yang menonjol mudah diraba. Gerakan
panggul tidak dapat dilakukan
Cedera neurovaskular dapat terjadi. Berikut ini adalah tanda-tanda terjadinya
cedera neurovaskular pada dislocasi panggul anterior :
✔ Paresis di extremitas bawah
✔ Rasa nyeri tumpul di extremitas bawah
✔ Refleks patella melemah atau hilang
✔ Extremitas bawah tampak pucat dan dingin
✔ Parestesia di extremitas bawah
GAMBARAN RADIOLOGI

Pada foto anteroposterior, dislocasi biasanya jelas, tetapi kadang-kadang caput


hampir berada di depan posisi normalnya sehingga jika meragukan dapat
dilakukan foto lateral
DISLOKASI SENDI LUTUT
✔ Dislokasi pada sendi lutut biasanya terjadi pada trauma yang berat
✔ Subluksasio dapat terjadi secara sekunder pada penyakit degeneratif ataupun
pada penyakit infeksi yang sudah berlangsung cukup lama
✔ Dislokasi sendi ini juga akan mengakibatkan teregang atau rusaknya saraf
peroneus disamping terjadinya sindrom kompartemen.
✔ Pemeriksaan fisik sendi terlihat efusi dan terasa nyeri
✔ Pemeriksaan x-ray dengan proyeksi konvensional cukup memadai dan
pemeriksaan stabilitas sendi lutut seperti lateral dan medial stress test: untuk
menentukan kondisi ligamentum kolateral lateral dan medial serta anterior dan
posterior Drawer test guna menentukan keadaan ligamentum krusiatum
anterior dan posterior.
✔ segera dilakukan reposisi sendi. Setelah reposisi,pemeriksaan nadi, saraf dan
sendi mutlak dikerjakan.
✔ Arteri poplitea yang berada di belakang sendi akan terjadi kerusakan terutama
tunika intima sehingga memudahkan terjadinya trombus oleh sebab itu perlu
dipikirkan pemberian anti trombin.
✔ Imobilisasi pasca reposisi tertutup dengan gip selama 6-8 minggu bila tidak
disertai robekan ligamen.
✔ Reposisi terbuka dilakukan bila ada trauma vaskuler atau tindakan fasbtomi atau
melakukan repair ligamen
✔ Pemeriksaan X-ray pre -pasca tindakan harus dilakukan guna menilai fraktur dan
kelurusan sendi (alignment).
DISLOKASI SENDI SIKU ( ELBOW
DISLOCATION
Sendi siku mempunyai tiga sendi, yaitu :

1. sendi ulno - humeralis,

2. sendi kapitulo - radialis

3. dan sendi radio - ulnaris proksimalis,

yang distabilkan dengan ligamentum kolateral lateral (radialis), ligamentum

kolateral medialis (ulna), ligamentum anularis dan kapsul sendi. (Gb.32)


DISLOKASI SENDI SIKU ( ELBOW
DISLOCATION)
✔ Dislokasi sendi siku sering terjadi pada anak- anak dan atletik

✔ Kadangkadang disertai fraktur kaput radialis atau trauma arteri brakhialis dan saraf
medianus di samping terjadinya ruptur kolateral ligamen baik medial maupun lateral

✔ Pada pemeriksaan fisik terdapat deformitas, nyeri tekan daerah sendi, kadang-
kadang disertai gangguan neurovaskuler

✔ Pemeriksaan x-ray pada proyeksi konvensional cukup memadai. Dislokasi bisa ke


posterior, posterolateral, anterior, lateral, medial dan divergen yang didasarkan atas
lokasi ulna.(Gb.33)
✔ Manajemen segera melakukan reposisi tertutup

✔ anestesi lokal / obat sedasi, dan

✔ setelah reposisi Anda jangan lupa memeriksa stabilitas sendi itu

✔ kemudian memberikan imobilisasi dengan pembidaian selama 7 hari dan


setelah itu dilakukan rehabilitasi.

✔ Reposisi terbuka dilakukan pada dislokasi unstable atau terjadi entrapment


tulang atau jaringan lunak.

Anda mungkin juga menyukai