Anda di halaman 1dari 32

Fraktur Terbuka,

Fraktur Tertutup &


Fraktur Clavicula
KONSEP DASAR
🞇 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
tulang atau kartilago dan di tentukan sesuai jenis
dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang di kenai
stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya .
🞇 Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan
antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi
menjadi 2 antara lain:
A. Fraktur tertutup (closed)
B. Fraktur terbuka (open/compound fraktur)
A. FRAKTUR TERTUTUP (CLOSED)
🞇 Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar
🞇 fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma,
yaitu:
1. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa
cedera jaringan lunak sekitarnya.
2. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau
memar kulit dan jaringan subkutan.
3. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio
jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
4. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan
lunak yang nyata dan ancaman sindroma
kompartement.
B.FRAKTUR TERBUKA
(OPEN/COMPOUND FRAKTUR)
🞇 Dikatakan terbuka bila tulang yang patah
menembus otot dan kulit yang memungkinkan /
potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari
luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang
yang patah.
Derajat patah tulang terbuka Menurut Mansjoer
(2002) :
1. Derajat I : Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana,
dislokasi fragmen minimal.
2. Derajat II : Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan
sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
3. Derajat III : Luka lebar, rusak hebat, atau hilang
jaringan sekitar.
🞇 Derajat III Dibagi dalam 3 sub tipe lagi :
a. tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang
yang patah,
b. tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan
janingan lunak, tulang tidak dapat di tutup
jaringan lunak
c. IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan
repair segera.
GEJALA KLASIK FRAKTUR
🞇 Adanya riwayat trauma
🞇 Rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah
🞇 Deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi)
🞇 Gangguan fungsi Muskuloskeletal akibat nyeri
🞇 Putusnya kontinuitas tulang
🞇 Gangguan neurovaskuler
Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnose
fraktur dapat ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya
belum dapat ditentukan.
🞇 Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat
mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-
kejadian yang berhubungan dengan cedera
tersebut. riwayat cedera atau fraktur sebelumnya,
riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan
yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan
riwayat osteoporosis serta penyakit lain
Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal
penting, yakni
1. inspeksi / look : deformitas (angulasi, rotasi,
pemendekan, pemanjangan),bengkak. Palpasi /
feel(nyeri tekan, krepitasi).
2. Status neurologis dan vaskuler di bagian
distalnya perlu diperiksa.
3. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat
fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan
dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri,
efusi, dan krepitasi.
Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin (2008) konsep
dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu
menangani fraktur yaitu
🞇 Rekognisi (Pengenalan )
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas
untuk menentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai
akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan
bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas
integritas rangka.
2. Reduksi (manipulasi/ reposisi)
Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk
memanipulasi fragmen fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya.
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimal. Reduksi
fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup,
traksi, atau reduksi terbuka.
3. Retensi (Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
tulang sehingga kembali seperti semula secara
optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang
harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi
kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna
atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan
teknik gips, atau fiksator eksterna.
4. Rehabilitasi
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin untuk menghindari atropi atau kontraktur.
Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai
melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan
kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi (Mansjoer,
2000).
FRAKTUR CLAVICULA
🞇 Tulang klavikula berbentuk seperti huruf S, pada
ujung sisi medial berbentuk cembung dan ujung sisi
lateral berbentuk cekung. Pada proyeksi axial,
tulang klavikula baik sisi medial maupun lateral
mempunyai permukaan yang datar, dihubungkan oleh
bagian tengah klavikula yang berbentuk seperti
tabung dan tipis. Area transisi pertengahan
tulang klavikula menunjukkan struktur penghubung
yang lemah. Pertengahan klavikula, merupakan daerah
yang paling sering terjadi fraktur
Berdasarkan data-data terbaru, trauma langsung
merupakan penyebab utama fraktur klavikula. Stanley
et al meneliti 122 pasien yang terkena fraktur
klavikula, 87% terjadi dengan bahu sebagai
tumpuan, dan hanya 6% yang jatuh dengan
tangan terulur. Tidak ditemukan hubungan antara
lokasi fraktur dan mekanisme trauma. Mekanisme
utama penyebab fraktur klavikula adalah kompresi.
Untuk sebagian besar fraktur klavikula, diperlukan
ruda paksa secara langsung pada bagian lateral bahu.
KLASIFIKASI
🞇 Fraktur klavikula dapat diklasifikasikan
berdasarkan anatomi, termasuk lokasi
fraktur,pergeseran, angulasi, pola fraktur
(greenstick, oblik, transverse) dan kominutif.
Klasifikasi berdasarkan Allman:
1. Grup I : Fraktur pada pertengahan klavikula (80%).
Merupakan tipe yang paling sering terjadi baik pada
anak-anak maupun orang dewasa.
2. Grup II : Fraktur pada sepertiga distal (15%).
3. Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%).
Pergeseran minimal terjadi jika ligamen-ligamen
costoclavicular tetap utuh.
Neer membagi klasifikasi berdasarkan
Allman tipe 2 menjadi tiga tipe
🞇 Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh.
🞇 Tipe II : Ligamencoracoclavicular lepas dari segmen
medial tetapi ligamen trapezoid utuh sampai ke segmen
distal
🞇 Tipe IIA :Conoid dan trapezoid menempel sampai ke
segmen distal.
🞇 Tipe IIB : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel
sampai ke segmen distal.
🞇 Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi
acromioclavicular.
Subgrup tipe III yaitu:
🞇 Type I: Pergeseran minimal.
🞇 Type II: Bergeser .
🞇 Type III:Intraarticular.
🞇 Type IV: Terpisah pada epifisis.
🞇 Type V: Komunitif
Klasifikasi menurut Craig
🞇 Grup I : Fraktur pertengahan klavikula.
🞇 Grup II: Fraktur sepertiga distal klavikula.
✔ Tipe 1 : pergeseran minimal (antar ligamen).
✔ Tipe 2: pergeseran sekunder garis fraktur medial
sampai ligamen coracoclavicular.
🞇 A : Ligamen conoid dan trapezoid tetap utuh.
🞇 B : Ligamen conoid robek, trapezoid tetap utuh.
✔ Tipe 3: Fraktur Intra artikular
✔ Tipe 4: Ligamen-ligamen menempel pada
periosteum dengan pergeseran pada fragmen
proximal.
✔ Tipe 5: Fraktur komunitif dengan ligamen-
ligamen tetap menempel dengan fragmen komunitif
bagian inferior.
Grup III Fraktur sepertiga proksimal.

🞇 Tipe1: Pergeseran minimal.


🞇 Tipe 2: Pergeseran yang signifikan (ligament-
ligamen ruptur).
🞇 Tipe 3: Fraktur intraartikular.
🞇 Tipe 4: Separasi dari epifisis.

Anda mungkin juga menyukai