Critical Review Politik Dan Pemerintahan Asia Tenggara
Critical Review Politik Dan Pemerintahan Asia Tenggara
Kelompok 7.A :
Ariq Nabawi 6670180080
Haditya Nugraha 6670180040
7.1 Latar Belakang Sejarah dan Tantangan Politik Saat Ini
Sejarah dalam Republik Persatuan Myanmar Pada negara Myanmar ini masih adanya konflik antar
etnis yang masih berkelanjutan pada masa pasca kolonial yang mempunyai salah satu ciri dari
masyarakatnya yang secara etnis heterogen di Benua Asia Tenggara yang memiliki jumlah etnis yaitu
136 kelompok etnis yang diakui secara resmi. Konflik tersedut terbagi dalam etnis minoritas dinegara
Myanmar terdiri dari Katchin, Kayan (Karenl), Karen, Chin, Mon, Rohingya, dan Shan dengan jumlah
sampai 30-40% dari populasi yang berada yang terutama pada negara bagian pinggiran.
Majelis konstitusi yang dipilih sendiri mempresentasikan konstitusi baru pada tahun 2008 yang
diadopsi dalam referendum yang curang pada tahun yang sama. Pemilu yang dimanipulasi pada
November 2010 dan pembentukan pemerintahan di bawah Presiden Thein Sein, mantan jenderal, pada
2011 menyelesaikan transisi Myanmar ke otoritarianisme electoral. Beberapa reformasi politik
menyusul, termasuk dialog nasional dengan pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi, legalisasi partai
politik, dan pembebasan tahanan politik.
7.2 Sejarah Konstitusi
Dalam konstitusi ini mulai berlaku pada tanggal 31 Januari 2011 dan secara resmi
telah menggantikan konstitusi 1974 yang telah dilaksanakan oleh SLORC pada tahun
1988. Dalam proses konstitusional tidak memiliki legitimasi secara demokratis selama
dari anggota kedua majelis Majelis Persatuan, yang memberikan hak veto de facto
kepada militer yang menguasai 25% kursi. Perubahan substansial pada konstitusi
seperti status kepresidenan, Dewan Keamanan Nasional dan Pertahanan, dan aturan
Dalam Republik Persatuan Myanmar ialah negara dengan kesatuan yang menganut sistem
pemerintahan presidensial, yang dimana dalam hal ini seluruh kekuasaan eksekutif diambil oleh
seorang presiden, yang juga menduduki sebagai kepala negara, dan kekuasaan legislatif
dikendalikan oleh Majelis Persatuan. Kepala negara dan pemerintahan seorang presiden ialah
seorang kepala negara dan pemerintahan. Dalam tugasnya presiden tidak memiliki wewenang
secara politik kepada parlemen, yang tidak seperti pada sistem presidensil lainnya yang dipilih
secara langsung oleh Majelis Persatuan. Dalam pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan Dewan Kebangsaan serta perwakilan militer yang terpilih di kedua Dewan masing-masing
telah membentuk lembaga pemilihan yang telah memilih satu wakil presiden, yang secara
otomatis menjadi calon presiden dengan masa jabatan 5 tahun yang diperbaharui sekali.
7.4 Sistem Hukum dan Peradilan
Dalam negara Myanmar ialah memiliki sistem hukum yang dikombinasi dari hokum adat, dari
hukum inggris yang digolongkan, dan undang-undang yang telah disahkan setelah tahun 1947.
Pada prinsip hukum yang diterapkan dengan hukum inggris pada kode hukum inggris yang
berasal dari India sejak pra-kemerdekaan. Sejak kemerdekaan hukum peradilan telah
berkembang melalui beberapa tahapan. Dibawah naungan demokrasi parlementer dari tahun
1947 sampai 1962 terdapat sistem peradilan yang professional serta independen yang
berkembang dalam tradisi hukum Anglo-India dengan Mahkamah Agung sebagai pengadilan
tertinggi negara itu, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Regional.
Dalam sistem peradilan dinegara Myanmar yang sangat dipolitisasi dan aturan hukum yang
tidak berjalan dengan baik untuk mengharapkan perubahan. Pengadilan hanya memberikan
pengaruh yang terbatas pada lembaga eksekutif dan legislatif, konstitusi baru setidaknya
menciptakan perangkat kelembagaan untuk peninjauan kembali kedua cabang tersebut dan
Dalam sistem pemilihan yaitu pada pemilu pertama diselenggarakan pertama untuk Dewan Legisatif
yang baru dibentuk yang diadakan seluruh Birma Kementrian di di Negara Myanmar pada
November 1922 dibawah sensus pada hak pilih. Pada hak pilih universal diperkenalkan pada tahun
1947, dalam pemilihan multipartai untuk Dewan Perwakilan Rakyat yang diadakan secara teratur
pada 1951 dan 1960. Sistem pemilu saat ini ditetapkan oleh Konstitusi 2008. Hak pilih dijamin untuk
semua warga negara yang lahir secara alami yang berusia setidaknya 18 tahun, tetapi Pasal 392
menetapkan pengecualian penting untuk hak suara, misalnya untuk anggota penganut agama
Buddha. Sementara Komisi Pemilihan Umum (UEC) yang bertanggung jawab atas pendaftaran
pemilih serta mengatur dan mengelola pemilihan anggota parlemen Persatuan dan parlemen negara
bagian dan daerah, pemilihan lokal berada di bawah lingkup Departemen Administrasi Umum