Anda di halaman 1dari 14

Majaz Lughawi 3

‫وي‬
( ‫)ا لمجاز ا للغ‬
Arifuddin, Lc., M.A.
Balaghah Ilmu Bayan, Pertemuan ke-11
Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Outl  Isti’arah Tamtsiliyyah

ine  Estetika Isti’arah


Klasifikasi Isti’arah
Tashrichiyyah
Berdasar
Musyabbah/musy
abbah bih
Makniyyah

Ashliyyah
Berdasar lafal
isti’arah
Taba’iyyah

Isti’arah
Murasysyachah

Berdasar relevansi Mujarradah

Muthlaqah

Ghair
Tasmtsiliyyah
Berdasar
komposisi
Tamtsiliyyah
Klasifikasi Isiti’a’rah
Berdasar Struktur
Klasifikasi isti’arah ini didasarkan atas struktur isti’arah apakah hanya berupa satu lafal atau
kumpulan lafal yang membentuk komposisi. Pada contoh-contoh sebelumnya, isti’arah selalu
terdiri atas satu lafal saja seperti‫ت َأ ْينَ َع ْت‬ ٌ ‫ ُرُؤ‬،ٌ‫ ِه َز ْبر‬،‫ َش ْم ٌس‬،ٌ‫ بَ حْ ر‬،‫ َأ َس ٌد‬. Jenis isti’arah seperti ini
، َ ‫ َس َك‬،‫وس‬
disebut isti’arah ghair tamtsiliyyah karena isti’arah atau majaz hanya berlaku pada satu kata
tersebut. Adapun isti’arah tamtsiliyyah terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk
komposisi.
Isti’arah Tamtsiliyyah (‫)ت مثيلية‬
Definisi isti’arah ini adalah komposisi (terdiri atas 2 kata atau lebih dan membentuk satuan kalimat
atau klausa) yang digunakan untuk makna tidak sesungguhnya karena terdapat ‘alaqah perumpamaan
dan qarinah. Contohnya adalah:
ُ ‫ َو َح َّل اللَي‬، ‫ْف إلَى قِ َرابِ ِه‬
‫ْث َمنِي َع َغابِ ِه‬ ُ ‫َعا َد ال َسي‬
)‫(لمجاه ٍد َعاد إلى َوطنِه ب ْع َد َسفَ ٍر‬
Pedang telah kembali ke dalam sarungnya, dan singa telah kembali ke kerajaan hutannya (ungkapan
yang menggambarkan seorang pejuang yang kembali ke tanah airnya setelah lama berjuang di luar).
Kalimat di atas digunakan untuk menyebut seorang pejuang yang telah kembali pulang. Tentunya,
kalimat tersebut tidak untuk makna sebenarnya sebab ada qarinah situasional bahwa yang kembali
adalah pejuang, bukan pedang atau singa, sedangkan yang dituju adalah kampung halaman, bukan
sarung pedang atau hutan belantara. Adapun hubungan makna antara ungkapan tersebut dengan situasi
yang digambarkan adalah hubungan perumpamaan, seorang pejuang disamakan dengan pedang dan
singa; kampung halaman disamakan dengan sarung pedang dan hutan.
Pada contoh slide sebelumnya, tidak bisa dikatakan bahwa isti’arah terletak
pada kata as-saif atau al-laitsu saja, atau hanya pada kata qirabihi atau
mani’a ghabihi saja. Akan tetapi, isti’arah terletak pada komposisi atau
kesatuan kalimat tersebut. Kesatuan kalimat tersebut tidak digunakan untuk
makna yang sebenarnya. Jenis isti’arah ini disebut isti’arah tamtsiliyyah.
Dalam bahasa Indonesia ungkapan seperti itu bisa dikategorikan sebagai
peribahasa (proverbial).
Contoh yang lain adalah:
ٍ ‫يزةُ قَ ْو َل ُك ِّل َخ ِطي‬
‫ب‬ ْ ‫قَطَ َع‬
َ ‫ت َج ِه‬
)‫(مثل عربي لمن يأتى بالقول الفصل‬
Pendapat Jahizah telah memutus pendapat setiap khatib/orator
(peribahasa bahasa Arab untuk seseorang yang memberi keputusan akhir)
Asal usul peribahasa Arab di atas adalah ada sekumpulan orang sedang bermusyawarah
mencari solusi damai antara dua suku yang bertikai karena peristiwa pembunuhan. Mereka
masih terus berdiskusi tanpa menghasilkan satu keputusan damai. Hingga akhirnya datanglah
seorang gadis bernama Jahizah dan mengabarkan ahli waris korban telah menangkap si
pembunuh dan mengeksekusi mati pembunuh tersebut. Perkataan si Jahizah ini kemudian
langsung mengakhiri perdebatan kaum tersebut.
Dari asal muasal cerita ini muncullah peribahasa tersebut yang digunakan untuk
menggambarkan seseorang yang telah memutus perkara atau konflik. Peribahasa semacam ini
juga merupakan jenis isti’arah tamtsiliyyah.
Contoh yang lain adalah:
:‫قول المتنبى‬
‫يض يَ ِج ْد ُم ًّرا بِ ِه ال َما َء ال ُزاَل اَل‬
ٍ ‫ك َذا فَ ٍّم ُمرٍّ َم ِر‬
ُ َ‫َو َم ْن ي‬
)‫(لمن لم يرزق الذوق لفهم الشعر الرائع‬
Barangsiapa bermulut pahit dan sakit
Air tawar segar terasa pahit baginya
(menggambarkan seseorang yang tidak memiliki daya resepsi estetika sastra)
Syair al-Mutanabbi di atas tidak dimaksudkan untuk menyebut orang yang mulutnya sakit,
tetapi untuk menyebut orang yang tidak memiliki rasa estetika sastra tidak akan mampu
merasakan keindahan karya sastra. Yang menghalangi pemaknaan secara hakiki adalah qarinah
situasional bahwa yang sedang dibicarakan oleh penyair adalah orang yang lemah daya resepsi
estetika sastranya. Adapun ‘alaqah antara makna hakiki dan makna majaz adalah
perumpamaan, orang yang tidak punya rasa sastra seperti orang yang bermulut pahit, karya
sastra indah seperti air tawar segar.
Latihan Isti’arah tamtsiliyyah:
)engkau melukis di atas air( ‫ت تَرْ قُ ُم َعلَى ال َما ِء‬ َ ‫َأ ْن‬ 
)Sebelum memanah, penuhi dulu tempat anak panah( ‫الر َما ِء تُ ْمُأَل ال َكنَاِئ ِن‬ ِ ‫قَ ْب َل‬ 
)engkau berteriak di tengah lembah( ‫ين فِى َوا ٍد‬ َ ‫َأ ْنتِ تَصْ َر ِخ‬ 
)jangan engkau untai permata di hadapan babi( ‫ير‬
ِ ‫از‬ِ َ‫اَل تَ ْنثُر ال ُد َّر أ َما َم ْال َخن‬ 
ِ ‫ال َم ْو ِر ُد ال َع ْذبُ َكثِي ُر‬
telaga air segar mengundang kerumunan/ada gula ada( ‫الز َح ِام‬ 
)semut
)engkau menuai apa yang engkau tanam( ‫ت‬ َ ‫ص ُد َما َز َر ْع‬ ُ ْ‫ت تَح‬ َ ‫َأ ْن‬ 
Estetika Matafora
(‫)ب الغة ا الستع ارة‬

Estetika (keindahan) metafora dapat dilihat dari dua sisi: sisi redaksi dan sisi makna.
Pertama, dari sisi redaksi, estetika metafora adalah kesan ‫( ت ناسىا لتشبيه‬tasybih yang
dilupakan) sebab metafora pasti mendasarkan pada konsep tasybih sebagai ‘alaqah
makna hakiki dan makna majaz, dan salah satu sisi tasybih (musyabbah atau
musyabbah bih) yang dihilangkan. Dengan adanya tasybih yang sengaja
disembunyikan ini, pembaca terpaksa berimajinasi dan mencari ilustrasi makna yang
dinyatakan oleh tasybih tersembunyi ini. Imajinasi ini tentu melahirkan kesan yang
mendalam dalam jiwa pembaca.
Perhatikan petikan syair berikut:
:‫قول البحتري فى فتح بن خاقان‬
‫اح‬ َ ‫إلى ْال َع ْليَا ِء‬
ِ ‫ط َّم‬ َ ‫ف‬ ٍ ْ‫طر‬ َ ِ‫ف َعلَى ْال َعاف‬
َ ‫ين َحانِيَ ٍةتَه ِمى َو‬ ًّ ‫يَ ْس ُمو بِ َك‬
Dia orang terhormat, dengan telapak tangan yang mengasihi orang-orang papa
Dan mengalir deras, serta bervisi luhur dan kuat.

Dalam syair di atas, telapak tangan diterangkan dengan sifat ‘belas kasihan’ dan ‘mengalir deras
kebaikannya’. Diksi yang mengandung metafora ini membawa pembaca kepada imajinasi telapak
tangan yang hidup dan mampu mengasihi, juga ilustrasi awan tebal yang mencurahkan hujan deras
kebaikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Ilustrasi ini semakin berkesan dan bernilai
estetis saat disajikan dalam struktur tasybih yang dihilangkan.
Contoh lain yang memperlihatkan estetika metafora:
َ ‫ت ُح ْم ٌر َأ‬
ُ‫ظافِ ُره‬ ُ ‫ضاهُ اللَيَالِى ُح َشا َسةًيَجُو ُد بِهَا َوال َم ْو‬
َ ‫ص ِري ٌع تَقَا‬
َ
Terkapar, malam-malam mengambil pelan-pelan sisa usianya
Dia murah hati kepadanya, dan kematian itu merah kuku tajamnya

Syair tersebut menerangkan keadaan tewasnya Khalifah Al-Mutawakkil yang dibunuh secara diam-
diam. Ilustrasi tragis dan mencekam dapat ditangkap dari metafora ‫وا لموتحمر أظافره‬. Kematian
diimajinasikan seperti hewan buas berkuku tajam yang penuh dengan lumur darah merah. Sungguh,
ilustrasi yang kuat dan berkesan.
Berdasarkan uraian ini, maka metafora lebih indah daripada tasybih baligh. Meskipun menyimpan
makna hiperbola dan klaim kesatuan hakikat, struktur tasybih masih terlihat. Berbeda dengan
metafora yang sengaja menghilangkan kesan tasybih itu, bahkan metafora menolak disebut tasybih.
Karena itu, jenis isti’arah murasysyachah dianggap lebih tinggi daripada isti’arah muthlaqah, dan
isti’arah muthlaqah lebih tinggi daripada isti’arah mujarradah. Karena dengan relevansi yang
berkaitan dengan musyabbah bih, metafora yang menghilangkan kesan tasybih itu semakin kuat.
Kedua, dari sisi makna, kreativitas gagasan, dan kehebatan imajinasi, estetika metafora
tidak terbatas jangkauannya dan akan senantiasa menjadi wahana kreativitas sastrawan
sepanjang masa. Metafora juga menjadi ajang persaingan kehebatan karya sastra
seorang sastrawan. Sejumlah puisi dan sastra yang dinilai hebat pasti disebabkan oleh
penggunaan metafora yang di atas rata-rata, dan kreativitas yang sulit ditandingi.
‫شكرا على حسن االستماع‬

‫وإلى اللقاء فى رعاية هللا تعالى‬

Anda mungkin juga menyukai