Anda di halaman 1dari 20

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

DASAR-DASAR PEMIKIRAN
KI HAJAR DEWANTARA

Kelompok 4
Anggota :

1. Shindy Silvianti
2. Silvinia Humaira
3. Wenny Anggraini
4. Widya Hasvini Putri
5. Atikah Salfitri

Dosen Pengampu :
Dr. Yerimadesi S.Pd, M.Si
01
Bagaimana pemikiran KHD dapat
dikontekstualkan sesuaikan  dengan nilai-
nilai luhur kearifan budaya daerah asal
yang relevan menjadi penguatan karakter
peserta didik sebagai individu sekaligus
sebagai anggota masyarakat pada konteks
lokal sosial budaya di daerah Anda?
Implementasi pemikiran KHD dapat dikontekstualkan
sesuaikan  dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya
Untuk Murid

Selalu semangat Selalu


belajar memperluas
pengetahuan

Tidak pernah merasa


cukup pada ilmu yang
dimiliki
Sifat-sifat tersebut dapat menjadi
kontekstual sebagai penguatan karakter
murid sebagai individu.
Implementasi pemikiran KHD dapat dikontekstualkan
sesuaikan  dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya

Konteks Masyarakat

Nasionalis
Rela Berkorban
Gotong Royong
Sederhana pada kegiatan
Religius lingkungan
masyarakat
02

Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD


yang menebalkan laku peserta didik di
kelas atau sekolah Anda sesuai dengan
konteks lokal sosial budaya di daerah
Anda yang dapat diterapkan?
Satu kekuatan
pemikiran KHD yang Menurut KHD, budi pekerti, atau
menebalkan laku watak atau karakter merupakan
peserta didik di kelas perpaduan antara gerak pikiran,
atau sekolah Anda perasaan dan kehendak atau
sesuai dengan kemauan sehingga menimbulkan
konteks lokal sosial tenaga. Budi pekerti juga dapat
budaya di daerah diartikan sebagai perpaduan antara
Anda yang dapat Cipta (kognitif), Karsa (afektif)
diterapkan sehingga menciptakan Karya
(psikomotor).
Penerapan Pemikiran KHD

Mengucapkan
Menolong sesama terima kasih
teman ketika dibantu
Meminta maaf
ketika salah
Meminta izin jika
ingin masuk
rumah
Penerapan Pemikiran KHD
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget
Tahap • Lahir- 2 tahun
Sensori • Pengalaman sensorik (melihat dan mendengar)
Motorik • Tindakan motorik (mencapai dan menyentuh)

• 2-7 tahun
Tahap Pra • Subtahap fungsi simbolik (2-4 tahun)
Operasional • Subtahap pemikiran intuiti (4-7 tahun)

Tahap • 7-11 tahun


Operasional • Melakukan klasifikasi terhadap
Konkrit benda-benda konkret

Tahap 11-15
Operasional tahun
Formal
Teori perkembangan sosial-emosional Bronfenbrenner

Mikrosistem
• Interaksi yang terjadi dalam waktu yang cukup lama antara
individu dengan lingkungannya.

Mesosistem
• Melibatkan hubungan dengan mikrosistem

Eksosistem
• Ketika terjadi pengalaman dalam sistem pengaturan lain
mempengaruhi apa yang peserta didik dan guru dalam konteks
langsung

Makrosistem
• Melibatkan budaya yang lebih luas

Kronosistem
• Kondisi sosio historis perkembangan siswa
Teori perkembangan sosial-emosional Erikson
Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs
Ketidakpercayaan) : tahun pertama kehidupan
manusia

Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi vs Malu


dan Ragu) : masa bayi dan balita

Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah) : usia


3 – 5 tahun

Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas) : 6


tahun sampai pubertas
Teori perkembangan sosial-emosional Erikson

Identity vs Role Confusion (Identitas vs


Kebingungan Identitas) : usia remaja

Intimacy vs Isolation (Intimasi vs Isolasi) : masa


dewasa awal (20-30 tahun)

Generativity vs Stagnation (Pembangkitan vs


Stagnasi) : masa dewasa pertengahan (40-50
tahun)

Integrity vs Desperate (Integritas vs Putus Asa) :


masa dewasa akhir (60 tahun-meninggal)
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget
Karakteristik anak Karakter anak pengalaman sendiri
Peserta didik sudah memiliki pola pikir sendiri Mencoba untuk mengemukakan pendapat sendiri
dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang  
kompleks dan abstrak
Peserta didik sudah mampu berfikir berpikir secara Memiliki penalaran yang logis, sistematis, dan
sistematik. Remaja telah mampu memikirkan berpikir kritis
semua kemungkinan secara sistematik untuk
memecahkan masalah.

Peserta didik  mengalami peningkatan efisiensi Mudah bosan, menyukai hal yang baru, dan
dalam perolehan informasi yang baru. meyukai tantangan
Peserta didik mampu mengintegrasikan Mempunyai tujuan untuk masa depan yang lebih
pengalaman masa lalu dan sekarang untuk realistis
ditransformasikan dalam merencanakan masa
depan.

Membayangkan peran orang dewasa, menyadari Mulai mencoba berpikir seperti orang dewasa
dan memperhatikan kepentingan masyarakat
Teori perkembangan sosial-emosional
Bronfenbrenner
Karakteristik anak Karakter anak pengalaman sendiri
Peserta didik mampu berinteraksi secara langsung  Senang berinteraksi dengan teman sebaya
dengan lingkungan, seperti keluarga, guru, dan  Merasa nyaman saat mempunyai hubungan
teman sebaya dengan lawan jenis.
 Belajar memaafkan apabila ada masalah dengan
teman terdekat.

Peserta didik telah mampu menghubungan antara Mulai memperlihatkan sisi kepedulian, perhatian,
pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah dan keinginan untuk berbagi dengan keluarga,
teman, dan masyarakat
Peserta didik mampu melakukan interaksi secara  Masih mengalami emosi yang naik dan turun
tidak langsung yang  berpengaruh besar yang dipicu oleh berbagai faktor.
 Gampang menyerah
Teori perkembangan sosial-emosional Erikson
Karakteristik anak Karakter anak pengalaman sendiri
Peserta didik mulai mencari tahu siapa mereka, Mulai memikirkan masa depan
mencari tahu apa yang mereka mau, dan dimana
mereka hidup nantinya
Peserta didik dihadapkan dengan banyak peran Memiliki banyak peran, baik dalam keluarga,
baru dan status dewasa lingkungan masyarakat, maupun organisasi
 Peserta didik diizinkan untuk mengeksplorasi  Membuat keputusan penting dalam hidup
jalan yang berbeda untuk mencapai identitas  Mencoba keluar dari zona nyaman, tidak
yang sehat bermalas-malasan
 Peserta didik yang tidak diberi kesempatan  Menyukai kebebasan
untuk mengeksplorasi dan menguji indentitas
yang berbeda mungkin akan tertinggal
Cara peserta didik mengembangkan fungsi kognitif
Merencanakan masa
Belajar dengan mandiri atau depan dan berusaha untuk
kelompok mencari jati diri sendiri

Berdiskusi atau bertukar Melakukan intropeksi diri


pikiran dengan teman terhadap kekurangan atau
sejawat, guru, dan kesalahan
masyarakat

Mencoba untuk membuat


Menganalisis
keputusan dalam hidup
permasalahan dan mencari
solusi dari permasalahan Membiasakan diri untuk
berpikir kritis dan
mengemukakan pemikiran
secara mandiri
Cara peserta didik mengembangkan fungsi
sosial - emosionalnya

Motivasi Keterampilan
sosial

Pengaturan diri Empati

Kesadaran diri secara


emosional
Penyesuaian yang seperti apa yang anda butuhkan
agar anak bisa berinteraksi secara efektif bersama
anda?

Metode Ajak
tanya bercanda
jawab
Mendengarkan
Mengenali keluhan dan
karakter kesulitan
peserta didik peserta didik
KEPUSTAKAAN
Berk, L.E. (2003). Child Development, 6th ed. Boston, MA: Allyn & Bacon

Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing

Sigit Purnama, ―Elements of Child-Friendly Environment: The Effort to Provide an Ant-I


Violence Learning Environment‖ Indonesian Journal of Islamic Early Childhood
Education 1, no. 1 (2016): h. 135.

Suralaga, Fadhilah. 2021. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai