Anda di halaman 1dari 20

PERSPEKTIF PERKEMBANGAN MANUSIA

DITINJAU DARI PERAN WANITA YANG MENGALAMI


MASA PUBERTAS, PRA KEHAMILAN, KEHAMILAN,
PERSALINAN, NIFAS, MENYUSUI, MONOPAUSE,
LANSIA
REVIEW
Adolesensi Pubertas mimpi basah rasa malu berlebihan, antagonism sosial,
antagonism sex, emosionalitas, kurang
percaya diri, sikap tidak senang, bosan, menarik diri, keseganan akan bekerja, cinta diri, fantasi seksual, multiple
personality / psedoafektivitas

Dewasa /Usia Perkembangan Kehamilan

Persalinan
Masa Kehamilan
Teori Rubin
Rubin menyimpulkan usaha-usaha yang dilakukan wanita selama
hamil bertujuan untuk:
a. Memastikan keselamatan, kesejahteraan diri dan bayinya
b. Memastikan penerimaan masyarakat
c. Penentuan gambaran dan identitas diri
d. Mengerti tentang arti memberi dan menerima
Tiga aspek identitas peran ibu (Rubin):

a) Ideal image, didalamnya menyangkut hal-hal, kegiatan yang berkaitan dengan


bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu.
b) Gambaran diri (Self image) digunakan oleh wanita untuk menggambarkan tentang
keadaan dirinya. Hal ini terjadi ketika seorang ibu melihat dirinya terkait dengan peran
ibu yang akan dilakukan (“siapakah aku”).Gambaran diri seorang wanita adalah
bagaimana wanita tersebut memandang dirinya sebagai bagian dari pengalaman
dirinya.
c) Gambaran tubuh (Body image) berhubungan dengan perubahan fisik danperubahan-
perubahan spesifik lainnya yang terjadi selama kehamilan dan masa setelah melahirkan.
IBU dan Periode PostPartum
Saat periode postpartum, ibu seringkali memiliki distress yang tinggi, juga menyebabkan stres
emosional pada ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua
pada masa postpartum adalah sebagai berikut:
a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
b. Hubungan dari pengalaman melahirkan
c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu (sebelumnya)
d. Pengaruh budaya
Masa Kehamilan
Teori Ramona
• Ada dua pokok pembahasan dalam teori Ramona T Mercer :
fokus teorinya adalah pengembangan teori dengan menerapkan hasil penelitian dalam
asuhan terhadap ibu
1. Efek stres antepartum.
Dalam penelitiannya Mercer menemukan enam hubungan interpersonal, peran keluarga, stres
antepartum, dukunga sosial, rasa percaya diri, penguasaan rasa takut, keraguan dan depresi.
Mercer memberi tiga model yang berhubungan antara variabel secara independen, dan dependen
dengan status kesehatan, yaitu peran individu, peran timbal balik, dan peran keluarga. Menjadi
seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian
yang lengkap tentang diri sendiri
2. Pencapaian peran ibu. Peran ibu dicapai dalam kurun waktu tertentu ketika
ibu menjadi dekat dengan bayinya yang membutuhkan pendekatan kompeten
termasuk peran dalam mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Peran
aktif wanita sebagai ibu dan pasangan nya berinteraksi satu dengan yang lain.
Kemudian Mercer juga menulis hasil penelitiannya tentang stress antepartum
terhadap fungsi keluarga. Dalam hal ini diuraikan efek dari fungsi keluarga baik
positif maupun negatif. Stres yang diakibatkan oleh adanya risiko dalam
kehamilan akan memengaruhi penilaian diri terhadap status kesehatan.
Penghargaan diri, status kesehatan dan dukungan sosial
empat fase adaptasi ibu pada tahun
pertama melahirkan
• 1) Physical recovery phase (lahir sampai 1 bulan)
• 2) Achievement phase (2-4/5 bulan)
• 3) Disruption phase (6-8 bulan)
• 4) Reorganisation phase (8-12 bulan).
Masa Persalinan-Adat dan Kebiasaan
Melahrikan
• Di Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak mitos (larangan) seputar
kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan, keseharian, tindak tanduk, ataupun
semua hal yang berkaitan dengan keseharian si ibu hamil ataupun si jabang bayi. Tradisi ini amat
kuat diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat / pesan dari
nenek moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak / karma yang tidak
menyenangkan.
• Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi aqidah, banyak
mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-nenek moyang semuanya adalah baik
tetapi tidak semua dari nasehat atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara
medis maupun ilmiah. Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada
kenyataannya
Masa Persalinan-Emosi Saat Hamil dan
Proses Melahirkan
Psychological Wellbeing
Kesejahteraan subjektif adalah Kategori yang luas mencakup fenomena yang beragam seperti kepuasan hidup, adanya pengaruh emosi positif, dan
rendahnya
pengaruh emosi negatif seperti kurangnya perasaan sedih, marah dan takut (Diener & Chan, 2011). Kesejahteraan subjektif merupakan persepsi individu
melihat
pengalaman hidupnya baik secara positif maupun negatif. Penilaian subjektif ini meliputi evaluasi kognitif yaitu bagaimana seseorang merasakan kepuasan
dalam
hidupnya, dan evaluasi afektif yaitu seberapa sering seseorang merasakan emosi positif dan negatif. Seseorang dapat dikatakan mempunyai tingkat
kesejahteraan
subjektif yang tinggi jika orang tersebut merasakan kepuasan dalam hidupnya, merasakan emosi positif seperti kegembiraan dan kasih sayang dan jarang
merasakan emosi negatif (Diener, 2005, Wills, 2009).
Berdasarkan pemaparan kesejahteraan subjektif yang dijelaskan, peneliti menyimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif merupakan persepsi individu terkait
dengan kebahagiaan yang utuh yang dialami individu, dimana individu dapat memiliki perasaan yang positif mengenai hidupnya, sebagai hasil evaluasi afektif
(mood dan emosi-emosi) dan memiliki kepuasan hidup atas apa yang sudah dicapai.
Masa Persalinan-Psikosomatik dan Psikis-
Distress
• Kecemasan berlebih, distress dari lingkungan dan perubaha fisik
Masa Persalinan-Kegelisahan menjelang
Kelahiran
• Rasa takut dan cemas ini bisa datang dari berbagai sumber. Misalnya, Anda pernah mendengar cerita
persalinan kakak Anda yang cukup menegangkan atau Anda adalah orang yang tidak tahan sakit.
• Perasaan cemas dan takut melahirkan memang wajar terjadi. Jika ini persalinan pertama, Anda
mungkin akan membayangkan hal-hal buruk akan terjadi. Namun, persalinan kedua juga tetap bisa
terasa menakutkan. Misalnya karena persalinan pertama Anda berjalan lancar, maka Anda takut yang
kedua akan cukup sulit. Atau justru karena persalinan pertama Anda tidak lancar, Anda pun khawatir
persalinan kedua juga akan bermasalah.  
• Kalau Anda adalah salah satu wanita hamil yang takut melahirkan, Anda perlu mempraktekkan teknik
khusus untuk mengatasi ketakutan tersebut. Pasalnya, persalinan merupakan suatu pengalaman
yang alami dan indah, tak selalu menakutkan dan menegangkan seperti yang ada dalam benak Anda.
Ingatlah bahwa tubuh wanita sudah dirancang sedemikian rupa agar mampu melewati persalinan. J
Masa Persalinan-Wanita Hipermaskulin
• Wanita hipermaskulin adalah wanita yang memiliki sifat yang aktif dan kejantanan. Pada wanita
ini, sejak awal kehamilan dihadapkan pada perasaan enggan untuk melahirkan tetapi dia ingin
memiliki anak. Dia menganggap bahwa anak dapat menghambat pekerjaan dan karirnya.
• Reaksi yang terjadi pada wanita hipermaskulin adalah selalu diikuti perasaan bahwa dia sangat
berharap dan mendambakan anak tetapi ada konflik batin bahwa dia juga tidak suka
mendapatkan keturunan akibatnya dapat timbul ketidakpercayaan diri pada wanita tersebut,
• Menyebabkan gangguan psikosomatis
• Ketika wanita hipermaskulin mengetahui dirinya hamil, pertama kali akan timbul konflik batin.
Dia merasa seperti bermimpi. Emosi-emosi negatif akan mengikuti wanita ini. Akibatnya timbul
rasa khawatir dan kecemasan yang berlebihan.
1.      Bayi yang lahir nanti dapat menghalangi kebahagiaannya.
2.      Bayi itu akan menghambat karier dan mengurangi eksistensinya dalam pekerjaan.
3.      Tidak percaya diri apakah dia mampu menjadi ibu dan bisa merawat bayi.
4.      Bakat dan kemampuan ibu dapat mati setelah bayi lahir.
5.      Nanti dia tidak punya waktu untuk dirinya sendiri setelah kelahiran bayinya.
6.      Takut tidak dapat membagi waktu antara anak, karier dan keluarga.
Masa Persalinan-Reaksi wanita total
Pasif
• Wanita total pasif adalah kebalikan dari hiperaktif, dia tidak terlalu peduli dan mempunyai sifat
pasif yang sangat ekstrim. Pada saat kehamilan, wanita ini bahan tidak menyadari apa yang dia
alami. Dia merasa tidak bertanggungjawab pada keadaan dirinya dan apapun yang terjadi pada
dirinya. Dia hanya merasa di dalam perutnya kebetulan ada janin dan kabetulan perutnya yang
ditempati janin itu untuk akhirnya nanti dilahirkan. Dia menganggap bahwa dia tidak bertaggung
jawab atas semua ini karena yang harus bertanggung jawab untuk proses kelahiran nanti adalah
para dokter atau tenaga kesehatan yang menolongnya. 
1.      Bersikap pasif.
2.      Bergantung pada ibunya.
3.      Menyuruh suami melakukan semua tugasnya.
4.      Tingkah lakunya infantil, kekanak-kanakan.
5.      Penampakan dirinya sebagai gadis kecil yang main boneka.
6.      Merasakan kehamilan dan kelahiran sebagai peristiwa magis yang menakjubkan.
7.      Jika kehamilannya semakin tua wanita ini jadi sangat tidak sabaran dan menjadi semakin pasif,
ia banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar kelahiran bayinya bisa dipercepat.
8.      Sama sekali tidak merasa bertanggung jawab terhadap benda yang ada di rahimnya itu.
PSIKOLOGI SETELAH KEHAMILAN
• Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun
setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman
yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan.
• Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah dan
sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang labil.
Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan yang lain.
Tahapan Adaptasi Psikososial
• Anticipatori stage : ibu melakukan latihan peran, dan memerlukan
interaksi dengan anak yang lain
• Honeymoon stage : ibu mulai memahami peran dasarnya, dan
memerlukan bantuan anggota keluarga lain
• Plateu stage : ibu mencoba peran sepenuhnya, membutuhkan waktu
• Disengagement : tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan
Adaptasi Psikososial Postpartum

Konsep dasar
Peride post partum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila
terjadi perubahan fisik yang hebat saat melahirkan
• Faktor yang mempengaruhi :
• Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
• Hubungan pengalaman saat melahirkan terhadap harapan
• Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
• Pengaruh budaya
• Periode diuraikan rubin dalam 3 fase, taking in, taking hold dan letting go
1. Phase “ Taking in “

• Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung berlangsung 1–2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak
dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam Phase yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan
cara merawat bayi.

Phase “ Taking hold “

• Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi
fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar hormon dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal blues
adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang
mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya,
untuk mengetahui bahwa itu adalah normal

Letting go period

• Periode yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu mulai
secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada
dirinya.

Anda mungkin juga menyukai