01
MENGIDENTIFIKASI
BAHAYA DALAM
PENGELOLAAN AIR
LIMBAH (10)
E.370000.012.01
Mengidentifikasi Bahaya dalam
Pengolahan Air Limbah
- pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi
bahaya dalam pengolahan air limbah.
Pengetahuan yang dibutuhkan
1. PP No. 50/2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
2. KepMenTenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di
Tempat Kerja
3. KepMenTenaga Kerja No.187/ 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
4. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5. Prosedur Penggunaan alat pelindung diri(APD)
6. Instruksi kerjaIPAL
7. Prosedur identifikasi lokasi berbahaya di areaIPAL
8. Prosedur identifikasi bahaya pada setiap tahapan operasionalIPAL
9. Prosedur inventarisasi data formulir perawatan dan perbaikan peralatanIPAL
10. Prosedur penentuan tingkat kerusakan peralatanIPAL
11. Prosedur penetuan tingkat bahaya akibat kerusakan peralatanIPAL
12. Prosedur penyusunan dan pengkomunikasian laporan hasil identifikasi bahaya dalam pengolahan air limbah
13. Prosedur inventerisasi proses kegiatan pengolahan air limbah dalam kondisi tidaknormal
14. Prosedur penentuan tingkat bahaya akibat proses pengolahan air limbah dilakukan dalam kondisi tidak normal
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.15/MEN/VIII/2008 TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA
Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja.
pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja.
Petugas P3K di tempat kerja harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari Kepala Instansi
Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya dapat meninggalkan pekerjaan utamanya untuk
memberikan pertolongan bagi pekerja/buruh dan/atau orang lain yang mengalami sakit atau cidera
di tempat kerja.
Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas : a. melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja; b.
merawat fasilitas P3K di tempat kerja; c. mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan
d. melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.
3 IDENTIFIKASI BAHAYA
Identifikasi Bahaya
1. Metoda pasif: bahaya diketahui karena kita mengalaminya sendiri. Cara
ini bersifat primitif dan terlambat setelah kecelakaan terjadi.
2. Teknik semi proaktif: belajar dari pengalaman orang lain dan kita tidak
perlu mengalaminya sendiri. Inilah pentingnya HSE report di setiap
aktifitas kegiatan. Lesson learning.
3 IDENTIFIKASI BAHAYA
Identifikasi Bahaya
3. Metoda proaktif: mencari bahaya sebelum bahaya tersebut
menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.
Bersifat preventif
Continual improvement
Awareness
Mencegah pemborosan
MENGAPA BAHAYA PERLU DIIDENTIFIKASI?
Sumber Bahaya
1. Mekanikal: pompa, mesin, peralatan
2. Fisik: lantai licin, panas, penerangan kurang
3. Biological: penyakit, infeksi, microorganism
4. Kimia: bahan kimia (lihat MSDS)
5. Ergonomik: sikap bekerja, manual handling
6. Elektrikal: listrik
7. Stress: psikologi, tekanan batin
3 IDENTIFIKASI BAHAYA
Identifikasi Bahaya
Contoh JSA
POTENSI BAHAYA
Fasilitas P3K di tempat kerja
1. Fasilitas : a. ruang P3K; b. kotak P3K dan isi; c. alat evakuasi dan alat
transportasi; dan d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau
peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat
khusus.
2. Alat pelindung diri merupakan peralatan yang disesuaikan dengan potensi bahaya
yang ada di tempat kerja yang digunakan dalam keadaan darurat.
3. Peralatan khusus berupa alat untuk pembasahan tubuh cepat (shower) dan
pembilasan/pencucian mata.
4. Alat evakuasi dan alat transportasi: a. tandu atau alat lain untuk memindahkan
korban ke tempat yang aman atau rujukan; dan b. mobil ambulance atau
kendaraan yang dapat digunakan untuk pengangkutan korban.
Identifikasi Resiko dan Bahayanya
• Catatan
tingkat bahaya berhubungan terhadap resiko operasional peralatan / unit IPAL dan resiko pencemaran air
2 KECELAKAAN KERJA
Pelaporan
▪ Prosedur Pelaporan Insiden berlaku untuk pelaporan dan
investigasi insiden/kecelakaan yang mengakibatkan cedera karena
pekerjaan, sakit, kerusakan pada aset perusahaan, dan situasi
yang potensial mengakibatkan kerugian.
▪ Bertujuan untuk:
– Mendapatkan kronologi kecelakaan yang benar
– Menentukan akar penyebab kejadian kecelakaan kerja
– Menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan dan tindakan
koreksi yang tepat dapat diambil.
▪ Prosedur dibuat agar investigasi insiden dilakukan secara
sistematis dan dapat menjadi masukan yang berguna bagi
perbaikan sistem.
2 KECELAKAAN KERJA