Anda di halaman 1dari 32

Kebudayaan Suku Minangkabau

(Sumatera Barat)

Kelompok 9
Diah Restu Setyawati (A510160087)
Indra Nur Rahman (A510160089)
Tisna Wahyu Apriliana (A510160116)
Putri Handayani (A510160123)
SUKU MINANG
Baju Adat Minangkabau Wanita
A. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang
Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering disebut pakaian Bundo
Kanduang. Makna pakaian adat Minangkabau ini merupakan lambang kebesaran
bagi para istri. Pakaian tersebut merupakan simbol dari pentingnya peran seorang
ibu dalam keluarga.
Limpapeh memiliki arti tiang tengah dari bangunan rumah adat
Minangkabau. Peran limpapeh dalam memperkokoh menegakkan bangunan
adalah analogi dari peran ibu dalam sebuah keluarga.
Baju Adat Tradisional Pria Minangkabau

Pakaian Penghulu
Pakaian adat Sumatera Barat untuk pria bernama pakaian penghulu. Sesuai namanya,
pakaian ini hanya digunakan oleh tetua adat atau orang tertentu saja, dimana dalam cara
pemakaiannya pun di atur sedemikian rupa oleh hukum adat yang berlaku.
Pakaian ini terdiri atas beberapa perlengkapan yang di antaranya :
1. Deta
2. Baju hitam
3. Sarawa
4. Sesamping
5. Cawek
6. Sandang
7. Keris, dan tungkek.
Pakaian Adat Pengantin Minang

Selain dari baju bundo kanduang dan baju penghulu, ada pula jenis
pakaian adat Sumatera Barat lainnya yang lazim dikenakan oleh para
pengantin dalam upacara pernikahan. Pakaian pengantin ini umumnya
berwarna merah dengan tutup kepala dan hiasan yang lebih banyak. Hingga
saat ini, pakaian tersebut masih sering digunakan tapi tentunya dengan
sedikit tambahan modernisasi dengan gaya atau desain yang lebih unik dan
elegan dengan beberapa tambahan modernisasi tersebut baju adat Minang
modern akan lebih terkesan bagus.
TARIAN DAERAH SUKU
MINANG
Tari Payung
Penari dari tarian ini berjumlah 4 sampai 8
orang penari secara berpasang-pasangan.
Tari Payung melambangkan simbol kasih
sayang.
Tari Piring
Penari Tari Piring biasanya berjumlah ganjil
yaitu 3 sampai 7 orang penari, bisa laki-laki
maupun perempuan dan juga bisa berpasang-
pasangan. Tarian ini awalnya diciptakan
sebagai ucapan terima kasih karena hasil
panen yang melimpah
Tari Indang
Tarian ini ditarikan 7 orang pria, akan tetapi
seiring berkembangnya zaman, tarian
Indang juga dilakukan oleh wanita. Tarian
ini diciptakan untuk menyebar dakwah
Islam oleh Syekh Burhanudin. Tetapi saat
ini hanya diadakan jika ada seminar budaya
atau untuk hiburan saja
Tari Pasambahan Minang
Tari Pasambahan Minang bertujuan guna
menyambut tamu istimewa sebagai ucapan
selamat datang. Selain itu juga sebagai
ungkapan hormat kepada tamu yang sudah
diundang
Tari Lilin
Tari Lilin asal mulanya diambil dari cerita
rakyat saat seorang gadis yang ditinggal
tunangannya untuk berdagang. Selama
ditinggal itu si gadis kehilangan cincin
pertunangan dan berusaha mencarinya di
tengah malam. Ia mencarinya menggunakan
membawa lilin sebagai penerangan.
Tari Rantak
Tari Rantak mempunyai ciri ketegasan
dalam setiap gerakannya dan disertai dengan
hentakan kaki yang menimbulkan bunyi
serta gerakan pencak silat
Tari Ambek-ambek Koto Anau

Tarian ini terinspirasi dari aktivitas


anak-anak yang sedang bermain dengan
teman-temannya.

Tari Alang Babega


Tari Alang Babega memiliki jumlah
penari yang tidak disyaratkan tetapi
seringnya tariannya dilakukan oleh 2 sampai
6 orang. Penarinya boleh laki-laki maupun
perempuan, atau juga bisa dilakukan secara
berpasangan laki-laki dan juga perempuan
Tari Randai
Jumlah penari dari tarian ini yaitu utamanya
satu orang, ia akan memberikan aba-aba
kepada para teman-temannya atau penari
lainnya untuk melakukan gerakan yang
berikutnya. Jumlah penarinya tidak
disyaratkan sebab tergantung dari cerita
rakyat apa yang dibawakan.
Tari Gelombong
Tarian ini dilakukan oleh laki-laki
Minangkabau dalam upacara penyambutan
tamu istimewa seperti ketua adat, guru silat,
serta penganten. Tarian ini biasanya
dilakukan oleh puluhan orang laki-laki.
PERMAINAN DAERAH
SUKU MINANG
Sipak rago
Permainnya akan membentuk lingkaran lalu
menyepak bola yang terbuat dari anyaman
kulit rotan maupun daun kelapa. Sipak rago
ini tidak menggunakan jaring seperti sepak
takraw. Jarring inilah yang menjadi pembeda
sipak rago dengan sepak takraw.
Badia batuang
Badia sendiri memiliki arti bedil atau meriam,
sedangkan batuang berarti bamboo besar.
Badia batuang biasanya akan ramai
dimainkan saat bulan Ramadhan
Cak Bur
Cak bur akan dimainkan oleh dua gelanggang
dan biasanya dibuat dengan menarik garis dari
atas tanah dengan ukuran 2×2 meter dan dibagi
bagi menjadi beberapa kotak.
Sipak tekong
Sipak tekong merupakan permianan petak umpet
khas minang. Sipak sendiri berarti sepak dan
tekong berarti kaleng. Yang membuat permainan
ini berbeda adalah pemain yang dahulu
tertangkap dapat diselamatkan. Seperti petak
umpet pada umumnya akan ada satu orang yang
bertugas sebagai penjaga dan yang lainnya akan
bersembunyi. Akan ada kaleng yang diletakan
ditengah lingkaran. Penjaga akan mencari teman-
temannya yang bersembunyi.
Bahasa dan Dialek Suku
Minang
A. Bahasa SUKU MINANG
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang adalah salah satu bahasa dari
rumpun bahasa Melayu yang dituturkan oleh Orang Minangkabau
 sebagai bahasa ibu khususnya di provinsi Sumatera Barat (kecuali 
kepulauan Mentawai), bagian barat provinsi Riau, dan Negeri Sembilan, 
Malaysia. Bahasa Minang dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti
halnya bahasa Banjar, bahasa Betawi, dan bahasa Iban.
B. Dialek SUKU MINANG
Dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh sebagian penduduk di
sepanjang pesisir barat pulau Sumatera mulai dari Mandailing Natal, 
Sibolga, Barus di Sumatera Utara, kemudian berlanjut ke Singkil, 
Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Meulaboh di Aceh. Di
Aceh dialek bahasa Minang ini disebut dengan bahasa Jamee, sedangkan
yang di Mandailing Natal, Sibolga dan Barus disebut bahasa Pesisir
Sebagai contoh, berikut ini adalah perbandingan perbedaan
antara beberapa dialek bahasa Minangkabau:
Bahasa Indonesia/ Bahasa Melayu Apa katanya kepadamu?
Bahasa Minangkabau "baku" A keceknyo jo kau?
Mandahiling Kuti Anyie Apo kecek o kö gau?
Padang Panjang Apo keceknyo ka kau?
Pariaman A kato e bakeh kau?
Ludai A kecek o ka rau?
Sungai Batang Ea janyo ke kau?
Kurai A jano kale gau?
Kuranji Apo kecek e ka kau?
Salimpaung Batusangkar Poh ceknyoh kah khau duh?
Rao-Rao Batusangkar Aa keceknyo ka awu tu?
Sadang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok
Bahasa Minangkabau:
kunun manusia (peribahasa)
Sedangkan pohon di hutan tidak sama tinggi, apa
Bahasa Indonesia:
lagi manusia

Bahasa Minangkabau: Co a koncek baranang co itu inyo (peribahasa)


Bahasa Indonesia: Bagaimana katak berenang, seperti itulah dia.

Bahasa Minangkabau: Indak buliah mambuang sarok di siko!


Bahasa Indonesia: Tidak boleh membuang sampah di sini!

Bungo indak satangkai, kumbang indak sa


Bahasa Minangkabau:
ikua (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bunga tidak setangkai, kumbang tidak seekor

Bahasa Minangkabau: A tu nan ang karajoan* ?


Bahasa Indonesia: Apa yang sedang kamu kerjakan?
* perhatian: kata ang (kamu) adalah kata kasar,
kata Apa dalam bahasa Minangkabau
yaitu Apo tetapi lebih sering disingkat dengan
kata A
Contoh-contoh perbedaan lafal bahasa Melayu dan bahasa Indonesia dengan
bahasa Minangkabau adalah sebagai berikut:
Akhiran Menjadi Contoh
A O nama—namo, kuda—kudo, cara—caro
al dan ar A jual—jua, kabar—kaba, kapal—kapa
As eh batas—bateh, alas—aleh, balas—baleh
dapat—dapek, kawat—kawek, surat—
At ek atau aik
surek
Ih iah kasih—kasiah, putih—putiah, pilih—piliah
kucing—kuciang, saling—saliang, gading
Ing iang
—gadiang
Ir ia atau ie air—aia, pasir—pasia, lahir—lahia
Is ih baris—barih, manis—manih, alis—alih
It ik sakit—sakik, kulit—kulik, jahit—jahik
bunuh—bunuah, tujuh—tujuah, patuh—
Uh uah
patuah
untuk—untuak, buruk—buruak, busuk—
Uk uak
busuak
langsung—langsuang, hidung—hiduang,
Ung uang
untung—untuang
cukur—cukua, kasur—kasua, angsur—
Ur ua
ansua
putus—putuih, halus—haluih, bungkus—
Us uih
bungkuih
rumput—rumpuik, ikut—ikuik, takut—
Ut uik
takuik
MAKANAN KHAS DAERAH SUKU
MINANG

DENDENG BALADO KATAN DURIAN LAMANG


PALAI RINUAK KACANG TOJIN ARAI PINANG

KUE SAPIK SALA LAUAK KARAPUAK SANJAI


PANGEK PADEH
PALAI BADA GORENG BALUIK
(PANGEH PEDAS)

CANCANG
Rumah Gadang, Rumah
Tradisional Minangkabau
Rumah Gadang atau rumah Setiap elemen dari rumah Gadang memiliki makna

simbolis tersendiri. Unsur-unsur dari rumah Gadang


Godang adalah nama untuk
meliputi:
rumah adat tradisional
• Gonjong, struktur atap yang seperti tanduk
Minangkabau yang banyak • Singkok, dinding segitiga yang terletak di bawah
dijumpai di provinsi Sumatera ujung gonjong

Barat. • Pereng, rak di bawah singkok

• Anjuang, lantai yang mengambang


Rumah ini juga disebut
• Dindiang ari, dinding pada bagian samping
dengan nama lain oleh
• Dindiang tapi, dinding pada bagian depan dan
masyarakat setempat dengan belakang
nama rumah Bagonjong atau • Papan banyak, fasad depan

Rumah Baanjuang. • Papan sakapiang, rak di pinggiran rumah

• Salangko, dinding di ruang bawah rumah.


Senjata Adat Suku
Minang
Kerambik

Kerambit memiliki nama lain


karambiak atau kurambiak juga
merupakan salah satu senjata
tradisional Sumatera Barat. Kerambik
adalah senjata tradisional yang
berbentuk pisau genggam kecil.
Karih
Karih adalah senjata tradisional Sumatera Barat yang memiliki

bentuk mirip keris pada suku Jawa. Perbedaan keduanya

terletak pada bentuk karih yang  tidak berlekuk-lekuk

layaknya keris, akan tetapi jika diletakkan di dalam

sarungnya, sekilas mirip dengan keris. Karih berfungsi

sebagai perlengkapan atau aksesoris yang dikenakan kaum

laki-laki dan diletakkan di depan badan. Juga digunakan

seperti keris yaitu oleh para mempelai pria dalam acara

pernikahan yang di sana disebut baralek. Fungsi lain karih

juga  digunakan dalam pertunjukan silat khas Minangkabau.


Kalewang
Kelewang adalah senjata tradisional Sumatera Barat
yang berbentuk golok bersisi satu, untuk ukuran
dan beratnya berada ditengah golok dan kampilan.
Senjata ini memiliki mata lurus namun sebagian
juga ada yang bermata lengkung dengan ukuran
pada umumnya sepanjang pedang. Kelewang
dijadikan senjata utama para pasukan Paderi kala
perang Paderi bergolak di Sumatera Barat pada
abad ke 19. Selain untuk berperang sebenarnya
kalewang juga bisa digunakan dalam kegiatan
pertanian.
Ruduih
Riduih adalah senjata tradisional Sumatera Barat yang
serupa dan sejenis dengan golok berasal dari budaya
masyarakat minang, Sumatera Barat. Senjata ini
memiliki bentuk yang tampak menyerupai Kelewang,
berbentuk menyerupai pedang dengan satu sisi bilah
tajam. Bila kelewang sisi bilah tajamnya biasanya
lurus, namun jika riduih cenderung cembung ke dalam.
Selain itu bentuk sarungnya juga berbeda, jika
kelewang seperti naga, riduih dibuat sederhana seperti
sebuah golok saja. Riduih memang sering dikenal
sebagai senjata perang meskipun memiliki fungsi lain
dalam kegiatan sehari-hari warga minang
Piarik
Piarik adalah senjata tradisional Sumatera
Barat yang berupa sebuah tombak dengan
3 mata tajamnya. Senjata ini sering
digunakan untuk berburu oleh penduduk
Sumatera Barat, dimanfaatkan berburu
binatang-binatang buruan yang berukuran
besar. Pada zaman dahulu, senjata
tradisional memang digunakan untuk
melakukan perburuan mencari makanan.
NILAI MORAL YANG TERDAPAT
DI SUKU MINANG
Nilai moral sosial budaya Minangkabau merupakan jati diri dari suku
Minangkabau yang bersumber pada nilai, kepercayaan, dan peninggalan
sosial budaya Minangkabau yang dijadikan acuan dalam bertingkah laku
dalam kehidupan sehari hari dalam bernagari sehingga sampai saat ini
masih dianggap bernilai, berharga, penting dan berfungsi sebagai
pedoman dalam kehidupan sehari-hari baik bermasyarakat, beragama,
berbangsa dan bernegara (Navis, 1984).
 

Anda mungkin juga menyukai