Anda di halaman 1dari 143

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL SECARA UMUM
 Istilah & Pengertian Hak Kekayaan Intelektual
 Konsepsi yang melandasai Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
 Jenis-Jenis Hak Kekayaan Intelektual
 Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual
PERKEMBANGAN
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
 Intellectual Property Rights ( IPR )
 HAKI ( Hak Atas Kekayaan Intelektual )
 HaKI ( Hak atas Kekayaan Intelektual )
 HKI ( Hak Kekayaan Intelektual )
 KI
PENGERTIAN KI

Menurut David I. Bainbridge:


Intellectual Property Rights :
kekayaan intelektual yang berasal dari
karya intelektual manusia, yaitu hak
yang berasal dari hasil kreatif yaitu
kemampuan daya fikir manusia yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk
karya, bermanfaat serta berguna untuk
menunjang kehidupan manusia dan
mempunyai nilai ekonomi.
PENGERTIAN HKI

Menurut H. OK. Saidin


Hak Kekayaan Intelektual adalah :
Hak Kebendaan, hak atas sesuatu
benda yang bersumber dari hasil kerja
otak, hasil kerja ratio, hasil kerja ratio
manusia yang menalar.
PERKEMBANGAN HK KI

 Pada awalnya Kurang mendapat perhatian dan sering dilanggar


 Banyak pelanggaran HKI di indonesia
 Indonesia masuk katagori salah satu pelanggar terbesar di bidang HKI
FAKTOR PENYEBAB
PELANGGARAN HK HKI
 Konsepsi dan sistem perlindungan
bukan berakar dari sistem hukum
nasional indonesia dan budaya hukum
asli yang cendrung menganut
Communal Right
 Sistem hukum HKI berakar dari budaya
hukum barat yang berlandaskan
Individual Right
 Faktor ekonomi
INDIVIDUAL RIGHT CONCEPT
 Karya lahir dari proses kreatifitas intelektual yg sangat panjang :
- Pengorbanan Waktu
- Pengorbanan fikiran
- Pengorbanan tenaga
- Pengorbanan uang
- bahkan pengorbanan
keluarga Reward
Hak Ekslusif
COMMUNAL RIGHT CONCEPT

Hasil karya intelektual adalah merupakan


karya milik bersama
Peniruan Proses Belajar
Ditiru Pengakuan /
eksistensi Diri
Diikuti Memberi
lapangan Kerka
JENIS DAN BIDANG HKI

KEWAJIBAN
TRIPS AGREEMENT :

 HAK CIPTA
 MEREK
 PATEN
 RAHASIA DAGANG
 DESAIN INDUSTRI
 DESAIN TATA LETAK
SIRKUIT TERPADU
 VARIETAS TANAMAN
DASAR HUKUM PENGATURAN
KI
 Hak Cipta , U.U. No. 28 Tahun 2014
Karya Intelektual : Seni, sastra & Ilmu
Pengetahuan
 Merek , U.U. No. 20 Tahun 2016
Karya Intelektual : Tanda yang
memiliki daya pembeda digunakan
dalam kegiatan perdagangan dan jasa
 Paten , U.U. No. 13 Tahun 2016
Karya Intelektual : Temuan / Invensi
teknologi
DASAR HUKUM PENGATURAN HKI
(cont.)
 Rahasia Dagang , U.U. No. 30 Tahun 2000
Karya Intelektual : Informasi yang tidak diketahui
umum / dirahasiakan mempunyai nilai ekonomi
 Desain Industri , U.U. No. 31 Tahun 2000
Karya Intelektual : kreasi tentang bentuk
KONVENSI INTERNASIONAL
DI BIDANG HI :
 TRIPS AGREEMENT
 WIPO
 PARIS CONVENTION
 BERNE CONVENTON
 UCC ( UNIVERSAL COPY RIGHT CONVENTION )
 PCT ( PATENT COOPERATION TREATY )
 THE HAGUE AGREEMENT
 DLL
TRIPS AGREEMENT

 Salahsatu perjanjian multilateral terpenting di


bidang HKI
 TRIPS Agreement dari persetujuan WTO
 Indonesiameratifikasi TRIPS – WTO melalui U.U.
No. 7 tahun 1994.

KEWAJIBAN HARMONISASI SISTEM HUKUM HKI NASIONAL


TUJUAN UMUM TRIPS

 Menjamin pelaksanaan HKI tidak


menghambat perdagangan internasional
 Promosi lebih efektif tentang
perlindungan HKI
 Merumuskan aturan serta dsiplin
perlindungan HKI
 Mempromosikan dan mendorong inovasi
teknologi
PRINSIP UMUM GATT DALAM
TRIPS AGREEMENT
 Most Favoured Nations Treatment ( MFN )
Prinsip non discrimination : setiap perlindungan
dan keuntungan yang diberikan kepada negara
anggota tertentu harus diberikan yang sama
kepada negara anggota lainnya.
 National Treatment ( NT ):
standar perlindungan yang diberikan kepada
pemilik HKI nasional harus diberikan sama
kepada negara-negara anggota lain.
KEWAJIBAN DALAM RANGKA
TRIPS AGREEMENT :
 Mengharmonisasikan dan merumuskan ketentuan hukum HKI untuk bidang
HKi yang belum diatur
 Mensosialisasikan Hukum HKI
 Law Enforcement HKI
 Penataan Administrasi HKI
TRIPS AGREEMENT

 MENJADI DASAR HUKUM INTERNASIONAL DI BIDANG HKI


UNTUK SEMUA BIDANG HKI
 HKI Secara umum dikelompokkan :
- Industrial Right
- Copy Right
Paris Convention

 Dasar hukum secara internasional bagi


HKI yang termasuk dalam kelompok
Industrial Right
 Kelompok Industrial Right terdiri :
* Merek
* Paten
* Desain Industri
* Rahasia dagang
* DTLST
PRINSIP DASAR
PARIS CONVENTION

 The guarantee of national Treatment


 The right of priority
 Common rules for a minimum floor of
protection for each subject matter
 Provisions dealing with the
administration
of the convention
BERNE CONVENTION

Prinsip Dasar Berne Convention :


 National Treatment
 Automatically protection
 Independent of protection
BERNE CONVENTION

 Konvensi tertua dan terpenting di bidang Hak


Cipta / Copy Right
 Pertama kali diselenggarakan tahun 1886
kemudian beberapa kali direvisi
 Perlindungan secara otomatis / Automatically
protection dalam Hak Cipta bersumber dari
Berne convention
 Menurut Berne Convention perlindungan Copy
Right tidak wajib untuk didaftar, sudah secara
otomatis mendapat perlindungan begitu karya
diwujudkan dalam karya nyata / expression
work.
UNIVERSAL COPY RIGHT
CONVENTION
 Konvensi internasional HKI dibidang Copy
Right / Hak Cipta
 Mempersyaratkan ketentuan formalitas
bagi Copy Right agar mendapat
perlindungan hukum, agak berbeda dengan
Berne Convention
 Kewajiban setiap karya cipta yang ingin
dilindungi agar mencantumkan tanda : ©
 Simbul © menunjukkan karya cipta
tersebut telah dilindungi Hak Cipta dan
telah terdaftar di bawah perlindungan Hak
Cipta.
SISTEM PERLINDUNGAN
KI

FIRST TO FILE SYSTEM


AUTOMATICALLY PROTECTION
SYSTEM
PENGGOLONGAN HKI / IPR

 INDUSTRIAL PROPERTY RIGHT


 COPY RIGHT
INDUSTRIAL PROPERTY
RIGHT
 INDUSTRIALPROPERTY RIGHT /
HAK MILIK PERINDUSTRIAN / HAK
KEKAYAAN PERINDUSTRIAL :
* PATEN
* MEREK
* DESAIN INDUSTRI
* RAHASIA DAGANG /
TRADE SECRET
* DESAIN TATA LETAK SIRKUIT
TERPADU
COPYRIGHT
 HAK CIPTA / COPYRIGHT
 HAK TERKAIT / NEIGHBOURING RIGHT
SISTEM PERLINDUNGAN KI

 INDUSTRIAL PROPERTY RIGHT MENGANUT SISTEM FIRST


TO FILE SYSTEM
 COPY RIGHT MENGANUT SISTEM AUTOMATICALLY
PROTECTION.
FIRST TO FILE SYSTEM

 SISTEM KONSTITUSI
 ATAU PENDAFTARAN PERTAMA
AUTOMATICALLY PROTECTION

 PERLINDUNGAN SECARA OTOMATIS


 PERLINDUNGAN DENGAN SISTEM DEKLARATIF
PERLINDUNGAN DENGAN
SISTEM KONSTITUSI :
 Melindungi pendaftar pertama/ first to file
 Didaftarkan di instansi yang berwenang
 Indonesia : Kantor Ditjen Hak Kekayaan Intelektual di
Jakarta
 Amerika : USPTO
 Jepang JPO
MEKANISME PENDAFTARAN

Pemeriksaan Administratif
Pemeriksaan Substantif
Perlindungan Secara
Otomatis:

 Secara otomatis begitu karya intelektual lahir dalam


bentuk karya nyata mendapat perlindungan hukum
 Tidak wajib didaftarkan
 Pendaftaran hak lebih berfungsi untuk memudahkan
pembuktian akan adanya kepemilikan
Dalam sistem perlindungan
secara otomatis
 Tidak wajib didaftar / perlindungan
diberikan secara otomatis
 Tapi Undang-Undang menganjurkan
pendaftaran
 Pendaftaran perlu dilakukan untuk
memudahkan pembuktian / kepastian
hukum
 Sertifikat pendaftaran bukan menjadi
bukti kepemilikan yang sah tentang
adanya HKI jika dapat dibuktikan
sebaliknya.
KI DENGAN SISTEM PERLINDUNGAN
OTOMATIS

 Yang menganut sistem perlindungan otomatis adalah Hak Cipta / Copy


Right
 Perlindungan otomatis dilandasi oleh
Bern Convention
HAK CIPTA

 LINGKUP HAK CIPTA


 PENEGAKAN HUKUM DAN PELANGGARAN HAK CIPTA
 PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA
LINGKUP HAK CIPTA

 PENGERTIAN DAN OBYEK PERLINDUNGAN HAK CIPTA


 DASAR HUKUM
 SISTEM PERLINDUNGAN
 JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN
PENGERTIAN HAK CIPTA

HAK CIPTA :
Hak eksklusif pencipta yang timbul
secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata
tanp[a mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan ( pasal 1 ayat
1 U.U. No. 28 tahun 2014 )
DASAR HUKUM HAK CIPTA

 SECARA NASIONAL : U.U. NO. 28 TAHUN 2014


 SECARA INTERNASIONAL :
 TRIPS Agreement- WTO
 BERN CONVENTION
 UCC
CIPTAAN YANG DILINDUNGI

 HASIL KARYA INTELEKTUAL DI BIDANG


SENI, SASTRA DAN ILMU PENGETAHUAN
 HASIL KARYA CIPTA MENUNJUKKAN UNSUR
KEASLIAN ( ORIGINALITY )  khas dan
pribadi  Ps. 1 ayat (2) UU 28 th 2014
 CIPTAAN SUDAH DALAM BENTUK KARYA
NYATA ( EXPRESSION WORK ) BUKAN IDE
SEMATA  Ps. 1 ayat (3) UU 28 th 2014
 SESUATU YANG MASIH BERUPA IDE TIDAK
MENDAPAT PERLINDUNGAN HAK CIPTA
Perhatikan:
 Ps 1(3) UU 28 th 2014  Ciptaan adalah setiap hasil
karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran,
imajinasi, kecekatan, ketrampilan, atau keahlian yang
diekspresikan dalam bentuk nyata.

 Ps. 40(3) UU 28 th 2014  Perlindungan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk perlindungan
terhadap Ciptaan yang tidak atau belum dilakukan
Pengumuman tapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata
yang memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut
 Ketentuan tsb adl perwujudan dari prinsip
fixation dalam doktrin copyright  tidak
memungkinkan ide utk mendapatkan
perlindungan Hak Cipta
 Agar suatu ide dilindungi Hak Cipta maka ia
harus diwujudkan terlebih dulu dalam suatu
bentuk kesatuan yang nyata.
 prinsip fixation mengharuskan adanya bentuk
(form) tertentu dari suatu ciptaan. Co: lagu
dituangkan dalam bentuk rekaman suara, karya
tulis diwujudkan dlm naskah (writings) baik yg
tertuang di atas kertas/format digital.
 Ciptaan haruslah original
Original?

 Jgn diartikan bahwa original = sesuatu yg asli


(genuine) yg berarti belum pernah ada
sebelumnya/yang steril dari unsur pengaruh karya
lainnya.
 Co: A mengumpulkan desain2 grafis yg unik  ingin
menyajikannya dalam buku  mendapat izin dari
masing2 desainer ybs  A menerbitkan buku yg berisi
kumpulan desain2 unik itu.
walau content buku itu bukan sesuatu yg baru dan
bahkan bukan karya ciptanya, tapi buku itu sendiri
adalah ssuatu yg baru dan original sbg karya ciptanya.
Sejarah singkat

 Hak Cipta Indonesia dapat ditelusuri ujungnya hingga ke


abad pertengahan di Inggris
 Ditemukan mesin cetak th 1476 oleh William Caxton 
mesin mempermudah perbanyakan (copy) karya2 tulis yg ada
saat itu.
 Muncul perusahaan2 penerbitan (publishing industry). Utk
melindungi kep. Bisnis mereka  meminta Raja memberikan
hak monopoli reproduksi penerbitan karya-karya tulis
tertentu  pengusaha ybs ingin memiliki copyright atas
karya2 tulis tsb.
 Disukai Raja  kontrol terhadap penerbitan yg seringkali
berisi pandangan keagamaan yg menyimpang
 Kata “copyright” memang bermakna right to copy / hak utk
memperbanyak karya2 tulis pada masa itu
 Doktrin copyright  kepentingan yg dilindungi adl
kepentingan para pengusaha publishing industry.  pada
mulanya doktrin ini kurang mempersoalkan siapa
penciptanya.
 Muncul reaksi thdp doktrin tsb dari negara2 dg tradisi hukum
Civil Law (Prancis, Jerman, Italia, Belanda)  muncul
istilah: droit de auteur, auteursrecht, author’s right  pusat
gagasan perlindungan bagi Pencipta dituangkan pada
Pencipta.
 Belanda  Auterswet 1912.
 Auterswet 1912  berdasarkan asas konkordansi
diberlakukan juga bagi orang2 Eropa di Indonesia
 shgga Auterswet 1912 berlaku juga di Indonesia
 Kemerdekaan  1952  Kongres Kebudayaan di
Bandung  istilah autersrecht diganti menjadi
Hak Cipta
 Sehingga jika kita membicarakan copyright, yang
dalam bahasa Indonesianya digunakan istilah Hak
Cipta, SESUNGGUHNYA PADA KEDUA ISTILAH ITU
TERDAPAT NUANSA YANG BERBEDA.
OBYEK PERLINDUNGAN
HAK CIPTA MENURUT
PASAL 40 ayat (1) U.U. NO. 28 TH 2014
a. Buku, P g. Arsitektur
h. Peta
i. Seni batik
j. Fotografi
k. Sinematografi
l. Sinematografi
m. terjemahan, tafsir, saduran,
bunga rampai, database, dan
karya lain dari hasil
pengalihwajahan.
SISTEM PERLINDUNGAN
HAK CIPTA
 Perlindungansecara otomatis /
automatically protectian ( pasal 1 ayat 1
U.U. No. 28 tahun 2014 )
 Tidakwajib dicatat untuk memperoleh
perlindungan hukum (Ps. 64 (2) UU 28 Th
2014)  “Pencatatan Ciptaan dan produk
Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bukan merupakan syarat untuk
mendapatkan Hak Cipta dan Hak Terkait.
Konsep perlindungan Hak
Cipta
 Sistem perlindungan Otomatis Dilandasi Berne
Convention, kemudian diresepsi ke dalam U.U. no. 19
tahun 2002  skrg UU 28 th 2014
 UCC : ketentuan formalitas karya cipta yang dilindungi
agar mencantumkan tanda : ©, nama pencipta, tahun
karya pertama kali dipublikasikan
JANGKA WAKTU
PERLINDUNGAN HAK CIPTA
 BERBEDA ANTARA SATU JENIS CIPTAAN DENGAN CIPTAAN
YANG LAIN.
JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN

 Pasal 57 – Pasal 63 UU No. 28 Tahun 2014


 Masa berlaku:
1. Masa Berlaku Hak Cipta
- Hak Moral
- Hak Ekonomi
2. Masa Berlaku Hak Terkait
- Hak Moral pelaku pertunjukkan
- Hak Ekonomi pelaku pertunjukkan, produser
fonogram dan lembaga penyiaran.
Public Domain

 Jangka waktu perlindungan karya cipta


tidak dapat diperpanjang
 Jikajangka waktu perlindungan habis,
karya cipta menjadi Public domein
 Publik Domein : sifat eksklusif hak cipta
hilang akan menjadi karya milik bersama
bisa digunakan oleh masyarakat luas
tanpa harus meminta ijin penciptanya
dan tidak perlu pembayaran royalty- fee.
Penegakan Hukum & Pelanggaran
Hak Cipta

 TIU : Setelah dijelaskan ,diskusi kasus


tentang pelanggaran hak cipta, mahasiswa
semester VI FH UNUD dapat menerapkan pasal-
pasal hukum dan menjatuhkan sanksi secara
tepat dan benar dalam pelanggaran hak cipta.
 TIK : Setelah dijelaskan dan diskusi tentang
Penegakan Hukum terkait Pengalihan Hak Cipta
dan Lisensi serta latihan penanganan kasus-
kasus pelanggaran Hak Cipta, mahasiswa
semester VI FH UNUD dapat menerapkan pasal-
pasal hukum dan menjatuhkan sanksi secara
tepat dan benar dalam pelanggaran hak cipta.
HAK CIPTA

Ps 4 UU 28/2014:
HC adl Hak Eksklusif yang terdiri atas:
 HAK EKONOMI / Economic Right
 HAK MORAL / Moral Right
Hak Ekonomi

 Hak Ekonomi / Economic Right :


Hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
Ciptaan (Ps 8 UU 28 th 2014)
 Hak ekonomi dalam Hak Cipta dapat beralih dan
dialihkan kepada pihak lain.
 Pengalihan Hak Ekonomi  Ps. 16-19 UU 28/2014
 Menurut sifatnya hak cipta dianggap sebagai
benda bergerak tidak berwujud (ps. 16 (1) UU
28/2014) karenanya dapat beralih dan dialihkan
HAK MORAL
 Hak Moral tidak dapat beralih dan dialihkan (Ps 5 (2) UU No.
28/2014)
 Ps 5 (1) UU No. 28/2014, Hak Moral adl Hak yang melekat secara
abadi pada diri pencipta utk:
- tetap mencantumkan/tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya utk umum
- menggunakan nama aliasnya/samarannya
- Mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat
- Mengubah judul dan anak judul Ciptaan
- Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan,
mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat
merugikan kehormatan diri atau reputasinya.
HAK CIPTA BERALIH ATAU
DIALIHKAN :
 PEWARISAN
 HIBAH
 WASIAT
 PERJANJIAN TERTULIS
 SEBAB-SEBAB LAIN YG DIBENARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
LISENSI DALAM HAK CIPTA

 HAK CIPTA SELAIN DAPAT BERALIH DAN


DIALIHKAN MELALUI PROSES PEWARISAN,
HIBAH DAN WASIAT ,
 BISA DILISENSIKAN KEPADA PIHAK LAIN
 LISENSI : izin tertulis yang diberikan oleh
Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak
Terkait kepada pihak lain untuk
melaksanakan Hak Ekonomi atas
Ciptaannya atau produk Hak Terkait
dengan syarat tertentu. (Ps. 1 angka 20 UU
28/2014)
PERJANJIAN LISENSI

 BERKAITAN DENGAN JANGKA WAKTU LISENSI


 BESARNYA ROYALTY FEE
 Lisensi  Pasal 80-86 UU 28/2014
PERJANJIAN LISENSI

 EXCLUSIVE LICENCE
 NON EXCLUSIVE LICENCE
PELANGGARAN HAK CIPTA

 Direct Infringement
 Indirect Infringement
 Authorization of Infringement
Sanksi Hukum atas
Pelanggaran Hak Cipta

 Sanksi Perdata
 Sanksi Pidana
Delik dalam Hak Cipta

 Ps 120 UU 28/2014  tindak pidana sebagaimana


dimaksud UU ini merupakan delik aduan.
SENGKETA HAK CIPTA

SENGKETA TERJADI :
 Berkaitan Dengan Pengalihan Hak dan
Lisensi
 Pelanggaran hak Cipta : pembajakan,
pengambilan hak cipta tanpa ijin,
pemalsuan, dll
Sengketa terkait Perjanjian Lisensi

 Pihak yg menerima lisensi tidak menepati janji / wan


prestasi
 Pihak pemberi Lisensi tidak menepati janjia / Wan prestasi
PENYELESAIAN SENGKETA
HAK CIPTA
 JALUR LITIGASI

 JALUR NON LITIGASI


PS MELALUI JALUR LITIGASI

 PERDATA Pengadilan Niaga

 PIDANA Pengadilan Negeri


PS MELALUI NON LITIGASI

Hanya untuk kasus Perdata :

 Arbitrase
 ADR U.U. No. 30 Tahun
1999
TIDAK DIANGGAP
PELANGGARAN HAK CIPTA
 Pengumumam dan / atau perbanyakan lambang Negara dan lagu
kebangsaan menurut sifat yang asli
 Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain,
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap
SUMBER HARUS DISEBUTKAN BUKAN
PELANGGARAN HAK CIPTA
 Penggunaan ciptaan pihak lain untk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik dengan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.
 Untuk keperluan pembelaan di dalam atau di luar
pengadilan
 Ceramah semata-mata untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan
 Pemetansan dan pertunjukan yang tidak dipungut
bayaran.
GUGATAN KE PENGADILAN
NIAGA
 PEMEGANG HAK CIPTA BERHAK MENGAJUKAN GUGATAN
GANTI RUGI KEPADA PENGADILAN NIAGA
 PIHAK YANG DIRUGIKAN DAPAT MENGAJUKAN
PENETAPAN SEMENTARA KE PENGADILAN NIAGA
PENETAPAN SEMENTARA
PENGADILAN
 Mencegah berlanjutnya pelanggaran Hak Cipta
 Menyimpan bukti berkaitan pelanggaran hak Cipta
 Meminta kepada pihak yang merasa dirugikan untuk
memberikan bukti bahwa pihaknya memang berhak atas
Hak Cipta
HUKUM MEREK
PENGERTIAN MEREK

Menurut Psl. 1 Butir 1 UU No.20 TAHUN 2016

Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa


gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna,
dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi,
suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa
yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam
kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
JENIS MEREK

 Merek Barang

 Merek Jasa

 Merek Kolektif
UNSUR MUTLAK MEREK

 ADANYA TANDA

 TANDA MEMPUNYAI DAYA PEMBEDA

 DIGUNAKAN DLM PERDAGANGAN BARANG DAN


JASA

 MEMPUNYAI NILAI EKONOMI


SISTEM PERLINDUNGAN MEREK

 STELSEL DEKRALATIF /
Pemakai Pertama

 STELSEL KONSTITUTIF /
Pendaftaran Pertama
UU NO. 20 TAHUN 2016
PERLINDUNGAN MEREK

 Menganut Sistem First to File 


STELSEL KONSTITUTIF

 DAFTAR DI DIRJEN KI
Syarat Merek

TANDA :
 mempunyai arti,
 tidak diliki oleh umum,
 tidak milik agama/golongan
 suatu Badan,
 Tidak melanggar ketentuan yg ada.
DAYA PEMBEDA
 Merek yang digunakan tidak sama dengan produk ( barang sosis
mereknya Zozis, Kopi mereknya kopi)
 Merek tidak sama dengan merek barang yg sejenis ( Sony dengan
Sunny, Syarp dengan Sharp, Rey White dengan Ray Wait).
 Merek tidak sama dgn merek terkenal ( meskipun tidak sejenis)
Barang & Jasa

- barang yang diperdagangkan

- jasa yang diperdagangkan.


PENOLAKAN PENFTARAN MEREK

 Bertentangandengan kesusilaan dan


ketertiban umum
 Tidak memiliki daya pembeda
 Telah menjadi milik umum
 Merupakan keterangan barang/jasa yang
dimintakan pendaftaran
MEREK TIDAK DAPAT DI DAFTAR

 Mengandung Persamaan pada Pokoknya


 Mengandung Persamaan pada Keseluruhan
JANGKA WAKTU
PERLINDUNGAN MEREK

 10 Tahun, dapat diperpanjang


 Diperpanjang untuk jangka waktu 10 tahun, begitu
seterusnya sampai pemilik merek tidak menggunakan lagi.
KRITERIA MEREK TERKENAL

 Reputasi dan promosi secara terus menerus


 Didaftar di beberapa negara
 Pengetahuan umum masyarakat tentang
merek tersebut
SUBYEK MEREK

 Pemilik Merek
 Pihak Lain / Pemegang Merek
HAK MEREK (HAK KEBERDAAN)

Merek Berada Pada Pihak Lain/ Pemegang


Merek
 Proses Pengolahan Hak
 Perjanjian Lisensi
LISENSI MEREK

 Lisensi Ekslusif
 Lisensi Non Ekslusif
BENTUK-BENTUK
PELANGGARAN MEREK

 Pemalsuan Merek
 Penggunaan Merek yang memiliki persamaan
pokoknya dengan merek terdaftarkan orang
lain tanpa ijin.
 Penggunaan Merek yang memiliki persamaan
pada keseluruhan dengan merek terdaftar.
PELANGGARAN MEREK

 ASPEK PERDATA
 ASPEK PIDANA
SANKSI HUKUM ATAS PELANGGARAN

 Sanksi Perdata ganti rugi


 Sanksi berkaitan dengan penetapan sementara
pengadilan / injuction

Penjara
 Sanksi Pidana

Denda
PENYELESAIAN
UPAYA LITIGASI

 Litigasi

 Non Litigasi
PENYELESAIAN JALUR
NON LITIGASI

 Hanya untuk kasus Perdata

 Gugatan ganti rugi

 Arbitrase dan ADR


TINDAK PIDANA MEREK

 Delik Aduan

 Tiada Pelanggaran jika tidak ada pengadauan dari pihak


yang haknya dilanggar
HAK PATEN
 Lingkup Hak Paten
 Penegakan Hukum Hak
Paten dan Pelanggaran
 Penyelesaian Sengketa
Hak Paten
LINGKUP HAK PATEN

 Pengertian Hak Paten

 Obyek dan Subyek

 Sistem Perlindungan

 Jangka Waktu Perlindungan


PENGERTIAN PATEN

Psl. 1 UU No. 20 Tahun 2016

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh


negara kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensi tersebut atau
memberikan persetujuan kepada pihak lain
untuk melaksanakannya
DASAR HUKUM HAK PATEN

 Nasional : UU No. 20/2016


 International Agreement :

- PCT

- Paris Convention
OBYEK PATEN

 Penemuan di bidang teknologi


 Temuan/invensi teknologi yang baru
 Mengandung langkah inventif
 Dapat diterapkan dalam kegiatan
industri
PATEN MASUK KELOMPOK HKI?

 Paten  Industrial Property Right

 Konsekwensi Logis 

Sistem Perlindungan Konstitutif


SUBYEK PATEN

 Inventor

 Pihak yang menerima lebih lanjut Hak Paten


SISTEM PERLINDUNGAN PATEN

 Menganut Stelsel Konstitutif

 Sistem Konstitutif / First toFile

 sistem pendaftaran pertama


SISTEM PEMERIKSAAN PATEN DALAM
PENDAFTARAN

 Pendaftaran diajukan ke Dirjen HKI

 Pemeriksaan Administratif

 Pemeriksaan Substantif
JENIS PATEN

 Paten Biasa

 Paten Sederhana
JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN

 Paten Biasa 20 tahun


tidak dapat
 Paten Sederhana 10 Tahun diperpanjang
(sejak tgl. Penerimaan)
Contoh Paten Biasa :
 Paten Teknologi HP, Mesin-mesin, Komputer, dll
 Paten Sederhana : Mesin Parut Kelapa
PENEGAKAN DAN PELANGGARAN HUKUM
HAK PATEN

 Penegakan Hak dan Lisensi

 Bentuk-Bentuk Pelanggaran

 Sanksi Hukum atas Pelanggaran


PERLINDUNGAN HUKUM
PEMEGANG PATEN
Pemegang Paten memiliki Hak Ekslusif untuk melaksanakan
Paten yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya dalam :
 Membuat, menggunakan, menjual, menyewakan,
menyediakan untuk dijual produk yang diberi paten
 Menggunakan proses produksi yang diberi paten
untuk membuat barang dan tindakan lain seperti
dimaksud pada point diatas
SUBYEK PATEN
TERKAIT PENEGAKAN HUKUM

1) Yang berhak memperoleh Paten adalah Inventor


atau yang menerima lebih lanjut hak Inventor yang
bersangkutan.

2) Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang-


orang secara bersama-sama, hak atas invensi
tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para
inventor yang bersangkutan.
PENGALIHAN PATEN
Ps. 74 (1) Hak atas Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun
sebagian karena:

a. pewarisan;

b. b. hibah;

c. wasiat;

d. wakaf;

e. perjanjian tertulis; atau

f. sebab lain yang dibenarkan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.
LISENSI PATEN

 Lisensi Ekslusif

 Lisensi Non Ekslusif


LISENSI WAJIB

Pasal 81
Lisensi-wajib bersifat non-eksklusif.
Lisensi-wajib merupakan Lisensi untuk
melaksanakan Paten yang diberikan
berdasarkan Keputusan Menteri atas
dasar permohonan (Ps. 82)
SANKSI HUKUM ATAS PELANGGARAN PATEN

 SANKSI PIDANA

 SANSK PERDATA
PENYELESAIAN SENGKETA

 Melalui Jalur Litigasi

 Melalui Jalur Non Litigasi


HAK PIHAK PEMEGANG PATEN
YANG HAKNYA DILANGGAR

 Pemegang Paten berhak menggugat


ganti rugi ke Pengadilan Niaga
 Penerima lisensi berhak mengajukan
gugatan ganti rugi kepada Pengadilan
Niaga setempat terhadap siapapun
PENYELESAIAN PATEN DENGAN ASPEK
PERDATA MELALUI NON LITIGASI

 Arbitrase

UU No. 30 / 1999

 ADR
PENYELESAIAN PATEN DENGAN
ASPEK PIDANA
 Hanya bisa diselesaikan secara Litigasi melalui Pengadilan
Negeri
PENGERTIAN
RAHASIA DAGANG (Psl. 1 UU No. 30 Tahun 2000

 Rahasia dagang adalah informasi yang


diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi
karena berguna dalam kegatan usaha, dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
Rahasia Dagang
LINGKUP RAHASIA DAGANG/ OBYEK

Psl. 2 UU No. 30 Tahun 2000


 Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi
metode produksi, metode pengolahan, metode
penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi
dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan
tidak diketahui oleh masyarakat umum
SISTEM PERLINDUNGAN
RAHASIA DAGANG
 Menganut sistem deklaratif/pendaftaran Bukan Kewajiban

 Namun Lisensi Rahasia Dagang Wajib di daftar di Dirjen HKI.


PENGALIHAN HAK DAN LISENSI RAHASIA
DAGANG
 Pewarisan

 Hibah

 Wasiat

 Perjanjian Tertulis
 Sebab-sebab Lain yang dibenarkan
oleh Peraturan Perundang-Undangan
LISENSI RAHASIA DAGANG

 Lisensi Eksklusif
 Lisensi Non Eksklusif
JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN RAHASIA
DAGANG

 Selama kerahasiaannya tidak diungkap/dirahasikan oleh


pemiliknya
BENTUK-BENTUK
PELANGGARAN RAHASIA DAGANG

 Pelanggaran Terkait Lisensi


 Wan Prestasi Pihak Pemberi Lisensi

 Wan Prestasi Pihak Penerima Lisensi

 Pengambilan, Pencurian Informasi yang dirahasiakan/yang


dilindungi trade secret
PENYELESAIAN SENGKETA
RAHASIA DAGANG

 Litigasi
 Non Litigasi
PENYELESAIAN
LITIGASI

 Kasus Perdata  Pengadilan Niaga


 Kasus Pidana  Pengadilan Negeri
PENYELESAIAN
NON LITIGASI

Hanya untuk kasus Perdata


 Arbitrase
 ADR
SANKSI HUKUM ATAS PELANGGARAN
RAHASIA DAGANG

 Sanksi Perdata gugatan ganti rugi

Penjara

 Sanksi Pidana

Denda
DESAIN INDUSTRI
Psl. 1 UU No. 31 Tahun 2000
 Desain industri adalah suatu kreasi tentang
bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau
warna, atau garis dan warna, atau gabungan
daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau
dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan
dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau
dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk barang, komoditas
industri, atau kerajinan tangan
OBYEK DESAIN INDUSTRI

 Kreasi tentang bentuk, pola tiga dimensi,


estetika, dapat menghasilkan suatu produk
barang, komodaitas industri dan kerajinan
tangan.
 Hak Desain industri diberikan atas desain
yang baru.
DASAR HUKUM DESAIN INDUSTRI

 Nasional : UU No. 31 Tahun 2000

 Internasional : - TRIPs Agreement

- Paris Convention

- Hague Agreement
SUBYEK DESAIN INDUSTRI

 Pendesain

 Pihak lain sebagai Pemegang Desain Industri


SISTEM PERLINDUNGAN
DESAIN INDUSTRI

 Menganut Stelsel Konstitutif / Prinsip First of File,


melindungi Pendaftar Pertama

 Pendaftaran ke Dirjen KI
JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN
DESAIN INDUSTRI

 10 Tahun tidak dapat diperpanjang

 Setelah jangka waktu habis  desain industri menjadi


Public Domein
PENGALIHAN HAK DAN LISENSI DESAIN
INDUSTRI

 Pewarisan

 Hibah

 Wasiat

 Perjanjian Tertulis
 Sebab Lain yang dibenarkan oleh Peraturan Perundang-
Undangan
LISENSI DESAIN INDUSTRI

 Lisensi Eksklusif
 Lisensi Non Eksklusif
BENTUK-BENTUK
PELANGGARAN RAHASIA DAGANG

 Pelanggaran Terkait Lisensi


 Wan Prestasi Pihak Pemberi Lisensi

 Wan Prestasi Pihak Penerima Lisensi

 Pengambilan, Pencurian Informasi yang dirahasiakan/yang


dilindungi desain industri
PENYELESAIAN SENGKETA
DESAIN INDUSTRI

 Litigasi
 Non Litigasi
RAHASIA DAGANG

 RAHASIA DAGANG :
JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN RAHASIA
DAGANG

 Selama kerahasiaannya tidak diungkap/dirahasikan oleh


pemiliknya
PENYELESAIAN SENGKETA
RAHASIA DAGANG

 Litigasi
 Non Litigasi
PENYELESAIAN LITIGASI DALAM DESAIN
INDUSTRI

 Kasus Perdata  Pengadilan Niaga


 Kasus Pidana  Pengadilan Negeri
PENYELESAIAN
NON LITIGASI

Hanya untuk kasus Perdata


 Arbitrase
 ADR
SANKSI HUKUM ATAS PELANGGARAN
RAHASIA DAGANG

 Sanksi Perdata gugatan ganti rugi

Penjara

 Sanksi Pidana

Denda

Anda mungkin juga menyukai