Anda di halaman 1dari 10

Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No.

2, Desember 2018: 127-136

SAMPAH ORGANIK, KOMPOS, PEMANASAN GLOBAL,


DAN PENANAMAN AGLAONEMA DI PEKARANGAN

Oleh I Gusti Ngurah Puger


email: ngr.puger@unipas.ac.id
1
Staf Edukatif FKIP Universitas Panji Sakti Singaraja

Abstract: The accumulation of organic waste in the final shelter (TPA), actually creates new problems for the
surrounding community. Organic waste can undergo changes through anaerobic decomposition, causing foul
odors and the release of methane (CH4) into the atmosphere. CH4 gas in the stratosphere acts as a greenhouse
gas (GHG) and has an effect on the emergence of global warming. Therefore, it is necessary to change organic
waste in an environmentally friendly way. Changing organic waste through aerobic decomposition with the
help of EM-4, can produce compost and release of CO2 gas to the stratosphere. CO2 gas released into the
stratosphere, can also act as a greenhouse gas (GHG). However, the effect of global warming is 21 times lower
than CH4 gas. To cope with CO2 gas deposits in the stratosphere, it can be done through planting aglaonema
in the yard. Aglaonema plant is one of the plants that can absorb high amounts of CO2 gas.
Keywords: Organic waste, compost, global warming, and aglaonema.

Abstrak: Penumpukan sampah organik pada tempat penampungan akhir (TPA), sebetulnya menimbulkan
masalah baru bagi masyarakat sekitarnya. Sampah organik dapat mengalami perubahan melalui dekomposisi
anaerobik, sehingga menimbulkan bau busuk dan pelepasan gas metana (CH4) ke atmosfer. Gas CH4 pada lapisan stratosfer
berperan sebagai gas rumah kaca (GRK) dan berefek pada munculnya pemanasan global. Oleh karena itu,
diperlukan pengubahan sampah organik melalui cara yang ramah lingkungan. Pengubahan sampah
organik melalui dekomposisi aerob dengan bantuan EM-4, dapat menghasilkan kompos dan pelepasan gas CO2 ke lapisan
stratosfer. Gas CO2 yang lepas ke lapisan stratosfer, juga dapat berperan sebagai gas rumah kaca (GRK). Namun demikian,
efek pemunculan pemanasan globalnya 21 kali lebih rendah bila dibandingkan
dengan gas CH4. Untuk menanggulangi timbunan gas CO2 pada lapisan stratosfer, dapat dilakukan melalui penanaman
aglaonema di pekarangan. Tanaman aglaonema merupakan salah satu tanaman yang dapat menyerap gas CO2
dalam jumlah yang tinggi.
Pendahuluan tidak pernah mendapat penanganan yang
Kata kunci: Sampah organik, kompos, pemanasan global, dan aglaonema.
Sampah organik tepat oleh pihak-pihak yang berwenang
sampahmerupakanberasal dari sisa-sisa atau pihak yang menaruh minat. Sampah-
kebutuhan
yang rumah tangga atau sisa-sisa sampah tersebut biasanya dikumpulkan
bagian makhluk hidup yang bisa dalam bak-bak penampung sampah dan
didaurulang (recycling) menjadi bentuk selanjutnya dibuang pada tempat
lain, yang dapat mendatangkan penampungan akhir (TPA). Untuk sampah
kesejahteraan bagi umat manusia. Sampah organik yang berasal dari Kecamatan
organik ini, bila dibuang begitu saja atau Seririt, biasanya dibuang pada TPA yang
tidak mendapat penanganan lebih lanjut, berlokasi di Desa Pangkungparuk.
oleh ahli-ahli kimia di negara yang sudah Manakala kita datang mengamati
maju sering dikenal dengan istilah tumpukan atau timbunan sampah organik
‘menghambur-hamburkan uang’ atau yang berlokasi pada TPA di Desa
dengan meminjam istilah Irwan (2005) Pangkungparuk, sekurang-kurangnya kita
dikenal sebagai ‘uang yang menguap.’ Hal akan merasakan temperatur yang agak
ini disebabkan oleh, sampah organik bila panas dan bau busuk yang agak
mendapat penanganan yang benar dan menyengat. Temperatur yang agak panas
tepat akan dapat dan bau busuk yang menyengat tersebut
keuntungan mendatangkan yang sebetulnya berasal dari tumpukan sampah
pengelolanya. berlimpah bagi organik pada bagian bawah yang sudah
Di Kecamatan Seririt, sampah mengalamai proses dekomposisi secara
organik setiap hari sangat berlimpah anaerobik. Menurut Wardhana (2010),
jumlahnya. Namun sampah organik ini sampah organik yang menumpuk pada
127
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No. 2, Desember 2018: 127-136

TPA dan tidak mendapatkan penanganan menjadi kompos dengan bantuan starter
yang benar akan terjadi proses fermentasi EM-4 secara aerob sering dikenal dengan
pada tumpukan bagian bawah secara istilah recycling.
anaerob. Fermentasi sampah Walaupun dalam proses recycling
secara
organik anaerob ini akan dapat
itu dihasilkan gas CO2 yang berperan
menghasilkan gas yang bila sampai ke sebagai gas rumah kaca, namun efek gas
atmosfer berperan sebagai gas rumah kaca rumah kaca CO2 lebih rendah bila
(GRK) dan zat sisa sebagai hasil dari dibandingkan dengan gas CH4. Banyak
penguraian protein. Gas yang dihasilkan orang mengatakan, dalam penanganan
dalam proses fermentasi anaerob tersebut sampah melalui proses fermentasi aerobik,
bila masih menumpuk pada TPA, dapat kita bisa menghindari gas CH4, tetapi kita akan
meningkatkan temperatur pada lokasi
tersebut. Inilah yang memunculkan persoalan baru dalam hal
temperatur pada TPA biasanya lebih tinggi
menyebabkan penanganan gas CO2. Untuk itu, perlu
bila dibandingkan dengan di luar lokasi
dilakukan penanganan lanjutan dalam hal
TPA tersebut. Demikian juga halnya
dengan zat sisa (waste) dari hasil menekan gas CO2 di udara bebas.
penguraian protein sampah organik, dapat Berpijak atastiga
ini dikemukakan kenyataan-kenyataan
pokok,
menimbulkan bau busuk pada lokasi TPA. yang sudah dikemukakan,
masalah yaitu: (1) Apakah dalam makalah
Bahkan Sastrawijaya (1991) tumpukan organik sampah
menyatakan sampah organik yang tidak pemanasan
padaglobal
TPA (global warming)?,
berkaitan (2)
dengan
terurus pada TPA merupakan salah satu Apakah sampah organik
sumber polusi udara dan polusi panorama. menjadi
pengubahankompos dapat
Sumber polusi udara adalah gas yang pemanasan global?, dan menekan
dihasilkan dalam proses fermentasi yang ditanam (3) di pekarangan
Apakah
anaerob yang dapat berperan sebagai GRK dapat digunakan sebagai penekan kadar
aglaonema
dan zat sisa hasil penguraian protein CO2 di udara bebas?
sampah organik berupa bau busuk yang
sangat menyengat. Sedangkan tumpukan Sampah Organik pada TPA dan
sampah organik yang berserakan dan tidak Pemanasan Global
terurus, merupakan sumber polusi Pemanasan global telah menjadi
keindahan alam bagi desa yang digunakan isu Internasional yang hangat, meskipun
sebagai TPA. sebenarnya masih terdapat ketidakpastian
Di lain pihak, sampah organik bila yang besar. Isu tersebut timbul mengingat
ditangani secara serius dapat pemanasan global akan mempunyai
mendatangkan keuntungan yang cukup dampak yang sangat besar, apabila ia
tinggi bagi pengelolanya. Puger benar terjadi. Dampak itu ialah perubahan
menganjurkan untuk mengolah sampah (2010) iklim sedunia dan kenaikan permukaan air
organik menjadi kompos. Pengolahan laut. Rincian perubahan iklim yang akan
sampah organik menjadi kompos dapat terjadi itu belum diketahui. Diperkirakan
dilakukan melalui fermentasi aerob, yaitu hujan secara global akan bertambah, tetapi
dengan memfermentasikan sampah ada daerah yang hujannya akan berkurang
organik yang sudah ditambah dan ada pula yang bertambah. Hal ini akan
berupa starter mengacaukan sistem pertanian yang ada
Effective
atau lebih popular Microorganism (EM),
dikenal sebagai EM-4 dan akan diperlukan biaya yang sangat
sampai menjadi kompos. Kompos dapat besar untuk melakukan penyesuaian.
digunakan kembali untuk sumber pupuk Frekuensi dan intensitas badai dan topan
bagi tanaman. Penanganan sampah organik mungkin meningkat. Perubahan iklim
dengan jalan memfermentasikannya juga
128
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No. 2, Desember 2018: 127-136

akan menyebabkan kepunahan banyak ini, kenaikan suhu rata-rata udara di


jenis. seluruh dunia 2oC. Pada beberapa bagian
Sampai pada akhir dekade 1970-an, belahan bumi ada yang kenaikan suhu
pemanasan global hanyalah diperdebatkan rata-rata udaranya lebih besar dari 2oC,
di kalangan para ilmuwan. Masyarakat misalnya kota Bandung sampai mencapai
umum belumlah mempunyai perhatian hampir 4oC, kota Jakarta mencapai hampir
terhadapnya. Akan tetapi, dengan makin 5oC, Kanada dan Amerika, khususnya di
banyaknya didapatkan petunjuk tentang California, mencapai keadaan ‘sangat
kemungkinan terjadinya pemanasan global panas’ yang menyebabkan kekeringan
dan dengan makin banyak diketahuinya yang sangat dan kebakaran hutan.
pula dampak yang dapat ditimbulkan Kenaikan suhu rata-rata tersebut akan terus
olehnya, masyarakat ramai pun ikut bertambah bila tidak ada usaha
memperbincangkannya. Dengan pencegahan. Artinya, bencana benar-benar
perkembangan ini, para politisi pun tidak mengancam umat manusia! Bencana itu
lagi dapat mengabaikannya. Sehubungan berupa dampak pemanasan global akibat
dengan itu, pada tahun 1987, Kongres efek rumah kaca.
Amerika Serikat telah mengadakan dengar Perlu ditegaskan bahwa efek rumah
pendapat dengan para ilmuwan. Dari kaca disebabkan oleh adanya gas rumah
dengar pendapat itu, para wakil rakyat itu kaca di atmosfer. Gas rumah kaca sendiri
mengambil simpulan bahwa pemanasan adalah gas yang timbul secara alamiah dan
global itu memang perlu diperhatikan. merupakan akibat kegiatan industri.
Sejak itu, permasalahan pemanasan global Contoh gas rumah kaca (GRK) adalah CO2
menjadi isu yang hangat, tidak saja di (karbon dioksida), CH4 (methana), N2O
Amerika Serikat, melainkan di seluruh (nitrogen oksida), CFC (chloro fluoro
dunia. karbon), HFC (hidro fluro karbon), PFC
Soemarwoto (1992) menyatakan
(perfluoro karbon), dan SF6 (sulphur
pemanasan global merupakan gejala heksafluoro). Jika GRK terlepas ke
naiknya suhu permukaan bumi karena atmosfer dan sampai pada ketinggian
naiknya intensitas efek rumah kaca. Oleh troposfer, akan terbentuk lapisan ‘selimut’
karena itu, untuk dapat memahami atau ‘rumah kaca’ yang mengungkung
pemanasan global, kita perlu menelaah bumi. Adapun partikel yang melayang-
lebih dahulu efek rumah kaca. layang di atmosfer bumi berasal dari
Efek rumah kaca dalam kaitan letusan gunung berapi berupa debu (abu)
dengan pemanasan global disebabkan oleh vulkanik. Saat melayang-layang di
adanya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi sebelum kemudian jatuh ke
atmosfer. Gas rumah kaca tersebut dapat bumi, debu (abu) vulkanik tersebut
memantulkan sinar matahari sebagai
berlaku lapisan selimut
terperangkap di bumi secara berulang-
yang mengungkung bumi.
yang
ulang ke bumi. Pemantulan sinar matahari Salah satu gas rumah kaca yang
ke bumi secara berulang-ulang oleh gas dapat berperan sebagai gas rumah kaca
rumah kaca ini, mengakibatkan temperatur yang berasal dari sampah organik adalah
permukaan bumi meningkat. Bahkan
methana (CH4). Sampah organik yang
Wardhana (2010) menyatakan suhu ditampung di tempat pembuangan akhir
atmosfer bumi pada saat ini terasa lebih (TPA) sampah akan mengalami proses
panas daripada sebelumnya. Para ahli pembusukan secara alamiah. Dalam
klimatologi memperkirakan bahwa suhu pembusukan sampah organik tersebut akan
atmosfer bumi telah naik rata-rata sebesar keluar gas methana (CH4). Oleh karena itu,
0,5oC dari 100 tahun yang lalu. Bahkan
pengumpulan dan penampungan sampah
berdasarkan pengamatan 30 tahun terakhir
di tempat pembuangan akhir (TPA) hanya
129
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No. 2, Desember 2018: 127-136

merupakan penyelesaian sementara, Sampah Organik dan Kompos


terutama dikaitkan kebersihan Pada saat ini, pembuangan sampah
kota.
denganTempat pembuangan sampah akhir organik yang ditampung di tempat
(TPA) yang membiarkan pembusukan pembuangan akhir (TPA) akan mengalami
justru akan menjadi masalah baru, yaitu proses pembusukan secara alamiah. Proses
sumber pencemar gas methana (CH4) yang pembusukan sampah organik tersebut akan
terjadi secara alamiah (Harian Republika, mengeluarkan gas methana (CH4) yang
merupakan bagian dari gas rumah kaca.
2009).
Tempat pembuangan sampah akhir (TPA)
Gas methana (CH4) merupakan
salah satu komponen gas rumah kaca yang yang membiarkan terjadinya pembusukan
kekuatannya lebih kuat dibandingkan gas justru akan menjadi masalah baru, yaitu
CO2. Gas methana (CH4) ternyata 21 kali lebih sumber pencemar gas methana (CH4) yang

kuat dari gas CO2 dan ini sangat berpengaruh


terjadi secara alamiah.
Untuk menanggulangi masalah
terhadap pemantulan panas dari bumi terjadinya gas rumah kaca yang berasal
kembali ke bumi. Pembebasan dari sampah organik, perlu kiranya
gas methana (CH4) secara alami dari
proses pembusukan sampah organik lepas dipikirkan penanganan sampah
ke atmosfer tak terkendali. Pembusukan yang ramah lingkungan, yaitu organik
sampah organik dapat juga terjadi pada menggunakan convertion dengan
limbah pertanian, kotoran ternak dan lain Convertion system merupakan
sebagainya, akan menambah beban penanganan sampah organik dengansystem.jalan
atmosfer menerima gas methana mengubahnya menjadi bentuk lain proses yang
(CH4)
alamiah (Puger, 2009). lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Mengingat hal tersebut di atas, Convertion system ini, dalam hal
perlu pemikiran untuk penanganan sampah
mengendalikan dengan istilahorganik
yang dikemukakan
identik oleh
emisi gas methana (CH4) agar tidak
terlepas ke atmosfer begitu saja, tanpa ada Anwar (2001), yaitu recycling.
usaha untuk memanfaatkannya. Tempat Limbah organik yang dihasilkan
pembuangan sampah akhir (TPA) model manusia atau ‘antropogenic waste’ cukup
open dumping akan menghasilkan gas banyak dan bila tidak dimanfaatkan, maka
rumah kaca melalui proses berikut. akan mengalami proses pembusukan atau
(dekomposisi) dekomposisi yang menghasilkan gas CH4.
Sampah organik  gas CH4 + gugus NH3 Agar tidak menghasilkan gas CH4,
(anaerobik) (bau busuk) pemanfaatan limbah organik
dilakukan
harus dengan proses aerobik, sehingga
Selain menghasilkan gas CH4, gas yang keluar adalah gas CO2. Walaupun
tempat pembuangan sampah akhir model
open dumping juga menghasilkan gugus termasuk gas rumah kaca, gas CO2 lebih lunak
amin (NH3) yang menimbulkan bau busuk. atau potensi penyebab efek rumah kaca
Bau busuk merusak estetika dan
kenyamanan lingkungan. Oleh karena itu, masih lebih rendah dibandingkan dengan
TPA model ini harus ditinjau kembali dan gas rumah kaca CH4. Daya potensi gas CH4
menggantinya dengan convertion system
menyebabkan efek rumah kaca sendiri lebih
agar tidak ada gas CH4 dan gugus amin
yang terlepas ke atmosfer. Sampah kuat kira-kira 21limbah
pemanfaatan kali dariorganik
gas CO2. menjadi
(limbah) organik yang berasal dari Atas penjelasan
pupuk organik (kompos)tersebut di atas,
harus dilakukan
aktivitas manusia atau antropogenic waste dengan proses aerobik. Kompos yang
yang biasa diproses dengan convertion dihasilkan dapat digunakan untuk
system. pemupukan sayur-sayuran, buah-buahan,
130
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No. 2, Desember 2018: 127-136

dan tanaman lainnya. Pemakaian pupuk peternak cacing dan biasa dijual
organik (kompos) jauh lebih baik daripada per kilogram.
pupuk kimia (anorganik). Untuk
mempercepat proses dekomposisi, ke Penanaman Aglaonema di Pekarangan
dalam limbah organik diberi Secara umum orang mengatakan
biodekomposer. Biodekomposer, banyak bahwa seluruh lahan yang ada di sekitar
digunakan dalam proses pemanfaatan rumah tempat tinggal suatu keluarga sering
limbah organik menjadi kompos, berisi dikenal sebagai pekarangan. Sebetulnya
bakteri pengurai yang sering disebut definisi pekarangan yang menganut
Effective Microorganism (EM). Effective paradigma generalis ini, kurang sesuai bila
microorganism mengandung bikaji dari model berpikir mantik. Suatu
banyak mikroorganisme
sangat dapat pekarangan rumah harus memiliki batas-
menguraikan limbah organik
yang batas yang pasti. Misalnya, lahan di sekitar
proses fermentasi. Contoh mikroorganisme
melalui rumah yang letaknya pada suatu kebun
tersebut adalah Streptomyces, yeast, tidak bisa disebut sebagai pekarangan.
Lactobacilus, dan bakteri fotosintesis. Rumah yang dibangun di kebun tersebut
Effective Microorganism dapat harus diberi batas yang pasti, sehingga bisa
dibuat dari bahan-bahan yang mengandung dikenal yang mana pekarangan dan yang
mikroorganisme pengurai, mana kebun.
adalah isi perut binatang ternak atau
contohnya Menurut Mustafa (1988),
ruminansia, berupa rerumputan pekarangan merupakan sebidang tanah di
makanan lain yang sudah dicerna atau sekitar rumah yang dibatasi oleh pagar dan
lambung hewan tersebut, mudah diusahakan secara sambilan atau
ruminansia perut kambing atau ruminansia
misalnya oleh secara kelompok. Sedangkan definisi
perut sapi. Isi perut tersebut dapat pekarangan yang lebih lengkap diajukan
diperoleh dari hewan yang sudah dipotong oleh Danoesastro (1978), bahwasannya
(disembelih) di rumah pemotongan hewan. yang disebut dengan pekarangan adalah
Isi perut tersebut sudah mengandung sebidang tanah darat yang terletak
mikroorganisme, kemudian ditambahkan langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas
ke dalam susu, terasi, gula, bekatul, dan batas-batasannya, ditanami dengan satu
buah nenas. Bahan yang dicampur ini, atau berbagai jenis tanaman dan masih
kemudian dibiarkan mengalami mempunyai hubungan pemilikan dan/atau
fermentasi. Setelah terfermentasi, bahan fungsional dengan rumah
ini siap menjadi starter untuk proses bersangkutan. Hubungan fungsional yang
yang
pembuatan kompos. Perlu diketahui bahwa dimaksudkan di sini adalah
bahan ‘starter’ selain bisa dibuat sendiri hubungan sosial budaya, hubungan
meliputi
juga bisa dibeli di pasaran dengan nama ekonomi, serta hubungan biofisika. Terkait
EM-4. Kompos yang dibuat dengan dengan kedua definisi pekarangan yang
Effective Microorganism sering disebut sudah disebutkan, maka dalam makalah
bokashi, diambil dari bahasa Jepang yang ini, pekarangan didefinisikan
berarti bahan-bahan organik yang sudah sebidang lahan yang terletak di sekitar
sebagai
diuraikan (Wardhana, 2010). rumah tempat tinggal yang memiliki batas-
Selain itu, kompos juga bisa dibuat batas yang pasti, dan dimanfaatkan oleh
dengan bantuan cacing. Cacing yang bisa keluarga sebagai usaha
digunakan untuk tersebut pekarangan.
adalah pembuatan kompos Sebagai usaha pekarangan, berarti
Pheretima jenis
asiatica,
Lumbricus
dan Eiseniarubellus,
foetida. pekarangan itu dapat dimanfaatkan sebagai
Jenis cacing tersebut dapat diperoleh menjaga sistem ekologi dan paru-paru
dari
131
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No. 2, Desember 2018: 127-136

lingkungan, menambah keindahan, dan mengeluarkan O2 dan menghasilkan


sumber tambahan penghasilan keluarga. karbohidrat sebagai sumber energi untuk
Faktor iklim sangat menentukan makhluk lainnya. Selain itu, dicari jenis
berhasil tidaknya tanaman tumbuhan yang dapat menyerap polutan
diusahakan. Tanaman akan tumbuh dengan
yang yang dikeluarkan oleh kegiatan industri
baik dan memberikan hasil yang dan kendaraan bermotor yang makin
memuaskan apabila iklim sebagai salah meningkat, seperti Pb yang
satu syarat yang dikehendaki tanaman dikeluarkan
banyak oleh kendaraan bermotor atau
sesuai dan cocok bagi tanaman tersebut. gas-gas lain. Tumbuh-tumbuhan tersebut
Iklim yang dapat menentukan dapat menyerap debu atau meredam
produktivitas tanaman berupa panas, kebisingan, menurunkan suhu, dan dapat
angin, tekanan udara, kelembaban udara, menjadi habitat untuk satwa liar serta
hujan, sinar matahari, temperatur dan memberikan pemandangan (estetika).
sebagainya. Selain itu, perlu dikembangkan penataan
Semua unsur iklim yang sudah lansekap atau hutan kota yang dapat
disebutkan berpengaruh terhadap mengundang satwa, terutama di kawasan
pertumbuhan tanaman. Sebagai contoh, industri. Satwa ini sekaligus mempunyai
hujan. Hujan adalah faktor terpenting bagi fungsi sebagai indikator, di mana gejala
tanaman. Hujan yang banyak dapat dan perilaku satwa tersebut
mengakibatkan tanaman pertumbuhannya petunjuk terjadinya pencemaran
sebagai
kurang baik, bahkan beberapa tanaman udara. Lansekap di sekitar industri atau
tidak tahan terhadap hujan yang banyak. selain
pabrik nilai keindahan, juga
Oleh sebab itu, jika menanam tanaman dan memberi untuk memonitor
saat pengolahan tanah bagi beberapa berfungsi di dalam pabrik juga
macam tanaman perlu memperhatikan ketidakteraturan
menyerap gas-gas buangan.
kapan musim hujan mulai dan berakhir. Di samping itu juga, pekarangan
Hujan yang kurang atau musim kemarau yang ditanami dengan beragam jenis
yang panjang dapat pula berpengaruh tanaman hias dapat memberikan nilai seni
kurang baik terhadap tanaman pekarangan. atau keindahan. Jenis tanaman hias yang
Anekaragam tanaman bisa diusahakan dalam suatu pekarangan,
ditanamyangdi pekarangan, di samping misalnya anthurium (gelombang cinta),
menjaga keseimbangan ekologis, juga soka, anggrek, euphorbia, hujan mas,
memberikan sumbangan yang tidak aglaonema, kembang sepatu, dan
ternilai harganya bagi lingkungan, yakni sebagainya. Penanaman pekarangan rumah
pelepasan oksigen (O2) ke udara bebas dengan beragam tanaman hias, sering
sebagai hasil samping dari dikenal dengan jenis
proses karangsari. Jenis pekarangan yang lainnya
pekarangan
fotosintesis. O2 yang dilepaskan ke udara bebas
adalah karang kitri pekarangan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dan lengkap.
respirasi aerob bagi semua makhluk hidup
Karang kitri
pekarangan yang ditanami bahanmerupakan
makanan
penghuni bumi ini. Bahkan Irwan (2005)
menyatakan bila pekarangan ditanami dan kebutuhan sehari-hari, dan pekarangan
dengan tanaman merambat, tanaman lengkap merupakan jenis pekarangan yang
menempel atau epifit, atau tanaman dalam berperan sebagai karang kitri
pot, maka fungsi tumbuh-tumbuhan dan karangsari.
seperti
menyerap CO2 dan mengeluarkan O2, selalu
Pekarangan bila ditanami dan
diatur sebaik-baiknya akan mendatangkan
terjadi dalam proses fotosintesis oleh
hasil bagi si pemeliharanya. Hasilnya
tanaman. Pada setiap tanaman hijau akan
apakah dimanfaatkan untuk konsumsi atau
terjadi proses fotosintesis di mana dalam dijual, tergantung kepada pemilik. Tapi
proses ini akan mengambil CO2 dan 132
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No. 2, Desember 2018: 127-136

tanaman di pekarangan juga mempunyai


hasil tersendiri, yaitu kesenangan dan
kenikmatan bagi pemilik. Senang melihat
tanaman yang ada di pekarangan karena
teratur rapi, misalnya ditanami dengan
tanaman hias. Kesenangan ini mempunyai
ciri tersendiri.
Pekarangan yang tidak ditanami
dengan tanaman, memberikan gambaran
yang kurang menarik pada bangunannya. Gambar 1. Aglaonema dijejer tempatnya
Kelihatan seolah-olah bangunan dengan anthurium. Penempatan aglaonema
itu gersang dan kering. dengan anthurium ini
Sedangkan
pekarangan rumah yang gersang, seolah- sembarangan, bukannya oleh
tetapi pemiliknya
mengandung kaidah seni berpikir. Anthurium
olah menggambarkan penghuninya adalah
ditaruh pada tempat yang lebih tinggi,
orang yang malas. Padahal pada dimaksudkan ke-damaian (simbol
pekarangan rumah, banyak sekali manfaat anthurium)
dari baru akan tercapai bilamana
tanaman pekarangan ini. keberuntungan (simbol dari aglaonema)
Pekarangan yang tidak diatur sudah dicapai oleh pemiliknya.
dengan baik dalam hal penempatan
tanaman, maka pekarangan itu akan Aglaonema tengah menjadi
semrawut. Tidak primadona saat ini. Meskipun tanpa bunga,
kelihatan ituubahnya
merupakan semak belukar tanaman ini tetap sangat mempesona
saja.
tanaman
Hal ini akan memberikan pengaruh karena keindahan daunnya. Bermacam
yang kurang baik kepada penghuninya, variasi daun, mulai dari motif, warna,
sebab akan merupakan tempat bentuk, serta ukurannya menyebabkan
bersarangnya nyamuk, semut, dan tanaman ini menjadi satu-satunya tanaman
serangga lainnya. Bahkan ular pun dapat yang dijajakan dengan menghitung harga
bersarang di tempat itu. per lembar daunnya. Pantaslah bila
Terkait dengan fungsi pekarangan aglaonema mendapat julukan sang ratu
sebagai karangsari, maka penulis daun. Harganya yang fantastis, mencapai
memusatkan perhatian pada penanaman jutaan rupiah, menjadikan tanaman ini
aglaonema di pekarangan. Aglaonema, banyak dilirik orang untuk diperbanyak.
tanaman apa itu? Begitu selalu pertanyaan Menurut Purwanto (2006), warna
orang, setiap kali nama tanaman ini merah sekarang mendominasi pasar
disebutkan. Namun, apabila disebut sri sejak ditemukannya Pride of Sumatra
rejeki, orang-orang langsung tahu sosok oleh Gregori Garnadi Hambali. Beragam
tanaman yang dimaksud. Demikianlah, variasi dan warna daun yang dimiliki
motif
banyak orang masih asing dengan nama aglaonema merupakan salah satu
tanaman hias jenis daun ini. Untuk lebih keunggulan yang memungkinkan
jelasnya mengenai aglaonema, dapat dikaji dibuatnya silangan-silangan baru.
gambar berikut. Penangkar-penangkar di Thailand banyak
membuat silangan-silangan baru yang
diburu oleh para hobiis di Indonesia. Sebut
saja fancy rose yang dikenal sebagai ruby,
tipe-tipe lipstik bertepi merah, manee
maha cok dan super red yang berwarna
merah menyala, green fire yang bercorak
hijau dengan semburat merah terang di
tengah-tengah, dan dud unyamanee si
permata dari Bangkok.
133
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No. 2, Desember 2018: 127-136

Pertumbuhan tanaman aglaonema, sebagai gas rumah kaca. Walaupun


baik pertumbuhan tunas, daun, batang, dan efeknya lebih rendah bila dibandingkan
akar tidak hanya ditentukan oleh faktor dengan CH4. Untuk menanggulangi
genetik, tetapi juga oleh faktor iklim dan ini, maka penulis
pemeliharaan. Faktor iklim meliputi suhu, mengalternatifkan
masalah untuk
cahaya, dan kelembaban. Sementara, aglaonema di pekarangan rumah. menanam
faktor pemeliharaan meliputi penyiraman, Suartini (2004) menyatakan
pemupukan, dan pengendalian hama penanaman aglaonema di
penyakit. Selain mudah rumah sebetulnya berfungsi ganda, yakni
pekarangan
perawatannya, tanaman ini juga tahan dapat menambah keindahan pada rumah
ruangan selama satu minggu tanpa
disimpan dalam yang bersangkutan (peran karangsari) dan
dikeluarkan. Karena itulah tanaman ini aglaonema dapat menyerap gas CO2 dalam
cocok dijadikan tanaman indoor. jumlah yang cukup banyak (peran
Sebagaimana euphorbia yang
menekan pemanasan global). CO2
dikenal yang
dengan pak sien hwa –si bunga diserap oleh aglaonema dapat digunakan
delapan dewa ini membuat rumah lebih sebagai bahan dasar dalam proses
semarak dengan warna-warni bunganya. fotosintesis, sampai dihasilkan karbohidrat
Bunga berbentuk angka 8 menjadi simbol dan O2. O2 selanjutnya dilepaskan ke udara
kesejahteraan, kesuksesan, kemakmuran,
bebas. Sebetulnya, kesejukan yang ada di
dan keberuntungan. Memajang poysian – pekarangan yang ditanami
sebutannya di Thailand di depan rumah dengan
aglaonema berasal dari banyaknya O2 yang
dipercaya mampu menolak bala dan
menangkal roh jahat (Redaksi PS, 2007). dilepaskan oleh tanaman tersebut. Dengan
Demikian juga dengan adanya mitos bagi terserapnya CO2 dalam jumlah yang cukup
sebagian kalangan bahwa tanaman banyak oleh aglaonema, maka gas rumah
aglaonema merupakan tanaman pembawa kaca CO2 di udara bebas dapat ditekan. Efek
keberuntungan merupakan salah satu lanjutannya adalah dapat menekan proses
tarik
daya tersendiri yang menyebabkan pemanasan global.
tanaman ini banyak dikoleksi. Di Agar aglaonema yang ada di
Indonesia, tanaman ini disebut sri rejeki, maka penempatan
pekarangan memberikanpot kesanyang berisi
keindahan,
yang berarti tanaman pembawa aglaonema harus dilatarbekangi dengan
keberuntungan. Di Thailand, aglaonema seni. Menurut KBBI (2001), seni
dikenal sebagai siamase rainbow, yang merupakan keahlian membuat karya yang
artinya pelangi dari Thailand. Terlepas bermutu, dilihat dari segi kehalusannya,
dari mitos tersebut, tanaman ini memang keindahannya, dan sebagainya. Jadi,
indah dan sedap dipandang mata sehingga penempatan aglaonema di
sangat menarik digunakan sebagai rumah sampai menimbulkan aspek
pekarangan
penghias taman (Leman, 2005). keindahan bagi penghuninya merupakan
Pada bagian sebelumnya sudah suatu karya seni. Lalu, yang
dibahas, bahwa untuk menanggulangi apakah dimaksud dengan
tumpukan sampah organik di TPA yang keindahan? untuk
dapat menimbulkan bau busuk dan menyatakan
Sebenarnya
apakah
sulit keindahan
bagi kita
menghasilkan gas rumah kaca berupa CH4,
Keindahan itu suatu konsep abstrak yang itu?
tidak dapat dinikmati karena tidak jelas.
maka diusulkan untuk menangani sampah Keindahan itu baru jelas jika telah
organik dengan proses aerobik, yakni
dihubungkan dengan sesuatu
dengan mengubahnya menjadi kompos.
berwujud atau suatu karya. Dengan kata
yang
Dengan mengubah menjadi kompos pun
lain, keindahan itu baru dapat dinikmati
masih meninggalkan masalah baru, yaitu
jika dihubungkan dengan suatu bentuk.
dihasilkannya gas CO2 yang juga berefek
134
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No. 2, Desember 2018: 127-136

Dengan bentuk itu, keindahan dapat


berkomunikasi. Jadi, sulit bagi kita jika
berbicara mengenai keindahan, tetapi jelas
bagi kita jika berbicara mengenai sesuatu Simpulan
yang indah. Keindahan hanya sebuah 1. Tumpukan sampah organik pada TPA
konsep, yang baru berkomunikasi setelah dapat mengalami dekomposisi secara
mempunyai bentuk, misalkan lukisan, anaerobik sampai menghasilkan gas
pemandangan alam, tubuh yang molek, CH4. Gas CH4 merupakan gas rumah
film, dan nyanyian. kaca yang dapat memicu
Menurut Muhammad (1992), pemanasan
adanya global
keindahan berasal dari kata indah, yang 2. Pengubahan sampah organik menjadi
berarti bagus, cantik, molek, elok, dan kompos melalui dekomposisi aerobik
permai. Yang indah itu adalah yang dengan starter EM-4 akan
berbentuk. Yang berbentuk itu dapat
menghasilkan gas CO2. Walaupun gas CO2
berupa ciptaan manusia dan ciptaan
Tuhan. Ciptaan manusia misalnya, taman tergolong gas rumah kaca, tetapi
yang indah, kampus yang indah, lukisan kekuatannya 21 kali lebih rendah bila
yang indah, pakaian yang indah, dan lain- dibandingkan dengan gas CH4 di dalam
lain. Ciptaan Tuhan menimbulkan pemanasan global.
pemandangan alam yang indah, bentuk
misalnya, 3. Gas CO2 dapat ditekan jumlahnya di udara
tubuh yang molek, dan
bebas melalui
aglaonema di penanaman
pekarangan. Jadi, dapat
sebagainya. Ciptaan manusia yang
dikatakan pengubahan sampah organik
dirasakanindah dapatseni dan selera biasa.
dari selera menjadi kompos dengan starter EM-4
Selera seni khusus ditujukan kepada karya secara aerobik dan penanaman
seni, sedangkan selera biasa ditujukan aglaonema di pekarangan dapat
kepada bentuk biasa. menekan efek pemanasan global.
Keindahan dapat kita jumpai dalam
bentuk sesuatu seperti pemandangan alam, Daftar Pustaka
tubuh manusia, dan karya seni. Keindahan Anwar, S. 2001. “Pencemaran.’ Dalam
itu dapat meresap ke dalam jiwa apabila Materi Pokok Pendidikan dan
dihayati. Untuk itu perlu dilakukan Pelatihan Pendidikan Kependudukan
berbagai cara pendekatan. Dari berbagai dan Lingkungan Hidup. Jakarta:
pendekatan itu akan dirasakan pengaruh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
keindahan itu terhadap jiwa manusia, dan Menengah Proyek Pendidikan
pengaruh mana akan terwujud Kependudukan dan
dalam sikap, tingkah laku, Lingkungan Hidup.
manusia. dan perbuatan Danoesastro, H. 1978. Tanaman
Jadi, keindahan yang Pekarangan dalam Usaha
dalam hal tercipta keahlian Meningkatkan Ketahanan
aglaonema di pekarangan menempatkan
rumah sebagai Pedesaan. Yogyakarta Rakyat
penyusun karangsari merupakan suatu Ekonomi. : Agro-
seni. Melalui seni yang dihubungkan Harian Republika. 2009. “Kurangi Emisi
dengan aglaonema, penghuni rumah akan Gas Rumah Kaca.” Dalam Harian
memperoleh keindahan. Selanjutnya Republika, Edisi Senin, 14
melalui proses pemeliharaan dengan baik, September 2009.
maka aglaonema dapat berperan sebagai Irwan, Z.Dj. 2005. Tantangan Lingkungan
salah satu tanaman yang berperan sebagai dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta:
penekan pemanasan global. Bumi Aksara.

135
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 1 No. 2, Desember 2018: 127-136

Leman. 2005. Aglaonema, Tanaman


Pembawa Keberuntungan, Jenis
Perawatan, dan Perbanyakan.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Muhammad, A. 1992. Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: Fajar Agung.
Mustafa, K. 1988. Pendidikan
Keterampilan:
Pekarangan. Bandung: Armico.
Pemanfaatan
Puger, I G.N. 2009. “Konservasi Nipah
(Nypa fruticans Linn.) Sebagai
Alternatif Desa Banjarasem dalam
Kaitannya dengan Penekanan
Pemanasan Global.” Dalam
Prosiding Seminar Konservasi Flora
Indonesia dalam Mengatasi Dampak
Pemanasan Global.” Bali, 14 Juli
2009, ISBN: 978-979-799-447.
-------. 2010. Materi Ilmu Alamiah Dasar
(IAD). Singaraja: LP2M Unipas.
Purwanto, A.W. 2006. Aglaonema Pesona
Kecantikan Sang Ratu Daun.
Yogyakarta: Kanisius.
Redaksi PS. 2007. Galeri Euphorbia:
Panduan Praktis Mengenal 248
Ragam Bunga Euphorbia Cantik.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sastrawijaya, A.T. 1991. Pencemaran
Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemarwoto, O. 1992. Indonesia dalam
Kancah Isu Lingkungan Global.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Suartini, K. 2004. “Peran Ganda Tanaman
Aglaonema: Suatu Kajian Perspektif
Lingkungan.” Makalah yang
Disampaikan dalam Seminar Sehari
di SMA Negeri Seririt, Tanggal 17
Maret 2004.
Wardhana, W.A. 2010. Dampak
Pemanasan Yogyakarta:
Global. Andi Offset.

136

Anda mungkin juga menyukai