Anda di halaman 1dari 7

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA (MSW) DENGAN CARA

PENGOMPOSAN

Lenalda Febriany Santosa


Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat,Jl.Ahmad Yani
KM 35-36,Banjabaru,Kalimantan Selatan,70714
Email : Lenaldafesa@gmail.com

Abstrak
Limbah rumah tangga (MSW) atau yang umumnya dikenal sebagai sampah yang berasal dari
daerah perumahan atau perkotaan menerima perhatian seluruh dunia karena berdampak pada
lingkungan, ekonomi dan sosial.Untuk itu diperlukan langkah alternatif yang berkelanjutan
untuk mengelola sampah perkotaan (MSW). Dalam konteks ini, pengomposan menawarkan
potensi yang sangat baik, karena manajemen yang aman, higienis dan berkelanjutan.
pengomposan dianggap sebagai pilihan pengelolaan limbah yang lebih ramah lingkungan yang
mana dapat digunakan untuk menggantikan gambut, pupuk dan pupuk kandang dalam kegiatan
pertanian dan perkebunan. Melalui pengomposan, sampah rumah tangga, sampah dapur dan
sampah sayuran dapat berkelanjutan diubah menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan.
Pengomposan memiliki banyak manfaat, seperti produksi pupuk organik (kompos) yang
bermanfaat, mengurangi volum sampah dan biaya operasional yang rendah. Pengomposan juga
dapat digunakan sebagai remediasi tanah tercemar. Kompos meningkatkan karakteristik fisik
tanah, menjaga kesuburan tanah, mengurangi kerentanan erosi tanah, meningkatkan aktivitas
miroba dan juga menyediakan nutrien bagi tanaman. Dalam makalah ini akan diterangkan
proses dan manfaat pengomposan dari sampah perkotaan dengan teknik pengomposan sistem
windrow.

Kata Kunci : pengomposan, pengolahan berkelanjutan, sistem windrow

1. PENDAHULUAN sumber produksi terbesar diantara sektor


yang berbeda limbah makanan (manufaktur,
Limbah rumah tangga (MSW) atau
makanan layanan / katering dan grosir /
yang umumnya dikenal sebagai sampah
eceran), sementara itu juga terdiri dari fraksi
yang berasal dari daerah perumahan atau
limbah tunggal terbesar yang dihasilkan oleh
perkotaan menerima perhatian seluruh dunia
rumah tangga (mencapai hingga 50% dari
karena berdampak pada lingkungan,
total sampah rumah tangga). MSW
ekonomi dan sosial. (MSW) merupakan
diantisipasi akan meningkatkan secara konstribusi untuk mengurangi sampah
signifikan karena pertumbuhan penduduk organik dan dampaknya dapat dirasakan
dan peningkatan pola konsumsi sehingga secara langsung juga untuk mengurangi
menimbulkan peningkatan dampak sampah organik yang ada di TPA.
lingkungan jika abaikan. Laporan terakhir
Kompos memiliki potensi besar
dari Bank Dunia memperkirakan bahwa di
untuk pengelolaan berkelanjutan pada
seluruh dunia tingkat rata rata MSW per
sampah organik yang dihasilkan dari
kapita di daerah perkotaan mencapai 1,2
perumahan, kebun dan sebagainya.
kg/orang/hari dan diperkirakan pada tahun
Beberapa tahun terakhir ada beberapa
2025 ini akan terus meningkat menjadi 1,42
daerah yang melaksanaan pengomposan ini
kg/orang/hari hingga mencapai 2,2 miliar
seperti Galiza, Basque Country, Navarre,
ton limbah per tahun pada skala global.
Catalonia dan lainnya. Pengomposan adalah
Seperti di Malaysia dimana limbah padat
proses dekomposisi yang dilakukan oleh
yang dihasilkan 57% berasal dari MSW dan
mikroba aerobik dari sampah organik
diperkirakan akan melebihi 9 mt/tahun pada
dimana menghasilkan produk yang dapat
tahun 2020. Seperti di kota lainnya yaitu
digunakan kembali untuk pupuk organik dan
India dimana menghasilkan MSW sebanyak
sebagainya. Menurut Levise (2010)
50 juta ton pada setiap tahunnya hal ini
pengomposan dianggap sebagai pilihan
disebabkan salah satunya karena adanya
pengelolaan limbah yang lebih ramah
migrasi penduduk dari desa ke pusat kota
lingkungan yang mana dapat digunakan
serta meningkatnya jumlah penduduk yang
untuk menggantikan gambut, pupuk dan
relatif tinggi pada setiap tahunnya. Lebih
pupuk kandang dalam kegiatan pertanian
dari 90% dari MSW ini tidak dikelola
dan perkebunan. Salah satunya adalah bin
dengan baik sehingga memberikan dampak
kompos yang telah di praktekkan di berbagai
negatif pada lingkungan sekitar. Hal ini
belahan dunia. Manfaat dari kompos ialah
dapat menyebabkan dua masalah utama
untuk meningkatkan kualitas tanah (Aranda,
yaitu meningkatnya emisi gas pada rumah
2015), meminimalkan erosi tanah,
kaca dan berkurangnya akan ketersediaan
meningkatkan kesuburan tanaman
lahan. Menurut kebijakan lingkungan yang
(Balestrasseet, 2010) dan untuk pengalihan
ada, kompos adalah salah satu cara untuk
sampah organik dari landfill. Namun
mengolah limbah yang dapat memberikan
kompos juga memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan karena adanya itu kelembapan juga merupakan salah satu
memakai bahan bakar untuk transportasi dan parameter penting lainnya. Tetapi
peralatan pengolahan . Tergantung pada kelembapan yang berlebihan akan
mode skala dan operasi, fasilitas mengganggu aerasi dan suhu mengalami
pengomposan dan biaya pemeliharaan. kesulitan untuk meningkat. Suhu merupakan
Menurut Hargreaves (2008) kualitas kompos parameter lainnya yang dapat mendukung
tergantung pada sumber dan sifat limbah, pertumbuhan mikroorganisme dalam proses
desain fasilitas pengomposan, prosedure pengomposan. Pada fase biodegradasi
pembuatan kompos dan lama pengolahan maksimal dimana mikroba patogen mati dan
kompos. Salah satu parameter yang penting menghasilkan suhu yang baik untuk mikroba
dalam pengomposan ialah kadar air dimana dalam proses biodegradasi. Pengomposan
pengomposan memanfaatkan dengan cara menumpuk atau penumpukan
mikroorganisme sebagai medianya. terbukti lebih baik karena untuk
menimbulkan panas berasal dari tumpukan
itu sendiri. Tumpukan kompos yang secara
2. PEMBAHASAN teratur dapat mempertahankan kondisi
aerobik. Hal ini juga menyebabkan kenaikan
2.1 Pengomposan
suhu sekunder yang disebabkan oleh
Menurut Levise (2010) habisnya kadar oksigen yang ada di dalam
pengomposan dianggap sebagai pilihan kompos.
pengelolaan limbah yang lebih ramah
Kultur jamur dan bakteri
lingkungan yang mana dapat digunakan
ditambahkan pada salah satu pengomposan
untuk menggantikan gambut, pupuk dan
guna untuk mempercepat proses degradasi.
pupuk kandang dalam kegiatan pertanian
Meskipun penggunaan organisme dan
dan perkebunan. Proses pengomposan
efektivitas kurang didukung hal ini
tingkat optimum dari kadar air (40 – 60%)
dilakukan guna untuk mempercepat proses.
dan rasio C/N (~25) untuk efisiensi mikroba.
Langkah terbaru yang pernah dilakukan
Salah satu parameter yang penting dalam
ialah dengan menggabungkan kompos yang
pengomposan ialah kadar air dimana
bersuhu tinggi dengan hama kompos guna
pengomposan memanfaatkan
untuk mendapatkan kompos yang
mikroorganisme sebagai medianya, selain
berkualitas tinggi dalam hal stabilitas dan
kematangannya. Perbedanaan antara selama proses konsekuensi positif pada
“tradisional” dan “modern” dalam kontrol gulma berkecambah dan difusi
pengomposan didasarkan pada metode yang patogen serta vektor penyakit pada tanaman.
digunakan guna untuk mempercepat proses
2.2 Manfaat Pengomposan bagi Lingkungan
pengomposan. Aspek lain dari kualitas
kompos adalah stabilitas dan kekuatan Pengolahan sampah seperti
pupuk dan adanya kontaminan fisik yang pengomposan adalah salah satu pilihan tepat
dihasilkan dari sampah yang tidak pantas untuk mengurangi volum sampah.
pada saat pemilahan dilakukan. Untuk Pengomposan membutuhkan lahan yang
mengevaluasi kematang dan stabilitas lebih sedikit dibandingkan dengan landfill.
kompos, berbagai parameter harus di Pengomposan dapat meningkatkan daur
tentukan sejak awal hal ini menyatakan ulang bahan, biaya transportasi yang rendah,
bahwa parameter tunggal saja tidak cukup dan emisi gas rumah kaca yang rendah.
untuk mengevaluasi kualitas kompos. Penambahan kompos pada tanah
mengurangi erosi tanah dan meningkatkan
Pengomposan dengan menggunakan
struktur tanah, aerasi dan retensi air,
sisa daging sebagai sumbernya dapat
meningkatkan kualitas tanah, mengurangi
ditambahkan ke berbagai jenis sampah
volum sampah, dan kompos dapat
organik rumah tangga yang sudah efisien
mengubah amonia dari yang tidak stabil
pada tingkat desentralisasi dan dapat
menjadi nitrogen yang stabil dan menjadi
mengurangi biaya dan pengelolaan dari
nutrisi untuk tanah. Lebih jauh lagi, dengan
bahan organik lainnya. Selain itu
pengomposan nutrisi dan bahan organik
pemanfaatan sisa daging sebagai bahan baku
dapat dikembalikan ke tanah untuk
untuk kompos juga dapat meningkatkan
meningkatkan kesuburan tanah.
teknik pengomposan. Suhu termofilik
Pengomposan merupakan cara yang tepat
seringkali tidak mencapai suhu yang
untuk mendaur ulang sampah organik
maksimum pada proses pengomposan
karena ramah lingkungan, biaya operasioanl
dimana dapat melibatkan hama dan
yang murah, hasil akhir yang bermanfaat,
kekurangan vitalitas benih gulma. Dengan
dan dapat berkelanjutan dilakukan.
demikian, dengan adanya sisa daging
Komposisi kompos akan menentukan
sebagai bahan baku untuk proses
kualitas kompos. Penambahan material
pengomposan dapat meningkatkan suhu
o
kompos tidak boleh menyebabkan tinggi dan stabil (25 - 30 C). Sistem
pencemaran tanah. Menurut Bank Dunia Windrow ini merupakan proses komposting
kompos yang berkualitas tinggi yaitu tidak yang baik yang telah berhasil dilakukan di
menyebabkan lindi atau logam berat terserap banyak tempat untuk memproses pupuk
oleh tanaman atau menyebabkan kondisi kandang, sampah kebun, lumpur selokan,
tanah terlalu masam. Kompos harus terarah sampah kota dll. Kelemahan dari metode ini
untuk menjaga struktur tanah. Meningkatkan adalah proses aerasi dilakukan secara
karateristik fisik tanah, mengurangi manual sehingga waktu pemrosesan cukup
kerentanan erosi tanah, meningkatkan lama, bila sampah yang akan diolah
aktivitas miroba dan juga menyediakan cukup banyak diperlukan lahan yang cukup
nutrien bagi tanaman. besar juga.

2.3 Metode Pengomposan Sistem Windrow 3. KESIMPULAN

Salah satu metode konvensional Pengomposan adalah proses biologi


sistem terbuka pembuatan kompos secara menggunakan organisme mikroba untuk
aerobik, adalah sistem windrow. Sampah mendekomposisi pecahan organik dalam
yang akan dikomposkan ditumpuk sampah. Karakteristik dan komposisi
memanjang dengan frekuensi pembalikan sampah terdiri dari 50% lebih bahan organik
tertentu dan suhunya dikendalikan. Idealnya di negara berkembang menjadikan
adalah pada tumpukan sampah ini harus pengomposan pengelolaan yang efisien dan
dapat melepaskan panas, untuk paling ekonomis. Pengomposan
mengimbangi pengeluaran panas yang meningkatkan daur ulang bahan, biaya
ditimbulkan sebagai hasil proses transportasi yang rendah, dan emisi gas
dekomposisi bahan organik oleh mikroba. rumah kaca yang rendah. Penambahan
Cara menjaga suhu adalah dengan kompos pada tanah mengurangi erosi tanah
membolak-balik kompos, sedangkan untuk dan meningkatkan struktur tanah, aerasi dan
menjaga kelembaban dengan menyiram retensi air, menyediakan nutrisi dan bahan
kompos dengan air. Sedangkan prosesnya organik untuk meningkatkan kesuburan
sangat cocok dengan iklim tropika dimana tanah. Pengomposan merupakan salah satu
kelembaban dan temperatur udaranya cukup cara yang tepat untuk mendaur ulang
sampah organik karena ramah lingkungan, waste composting. Journal of
biaya operasioanl yang murah, mengurangi Environmental Management.
volum sampah, hasil akhir yang bermanfaat,
dan dapat berkelanjutan dilakukan. Levis, J.W., Barlaz, M.A., Themelis, N.J.,
Ulloa, P., 2010. Assessment of the
state of food waste treatment in the
United States and Canada. Waste
Manag. 30, 1486-1494.
DAFTAR PUSTAKA

Aranda, V., Macci, C., Peruzzi, E., Malamis, D ., Bourka, A ., Stamatopoulou,


Masciandaro, G., 2015. Biochemical Е ., Moustakas, K ., Skiadi, O. .,
activity and chemical-structural Loizidou, M. ., 2016. Study and
properties of soil organic matter after assessment of segregated biowaste
17 years of amendments with olive- composting: The case study of Attica
mill pomace co-compost. J. Environ. municipalities. Journal of
Manag. 147, 278-285. Environmental Management.

Balestrasse, K.B., Tomaro, M.L., Batlle, A., Manu, M. K ., Kumar, R ., Garg, A ., 2016.
Noriega, G.O., 2010. The role of 5- Drum Composting of Food Waste: A
aminolevulinic acid in the response Kinetic Study. Procedia
to cold stress in soybean plants. Environmental Sciences 35 , 456 –
Phytochemistry 71, 2038-2045. 463 .

Chien Bong, C.P ., Goh, R.K.Y., Lim, J.S ., Sánchez , Ó.J ., Ospina, D.A ., Montoya, S .,
Ho, W.S ., Lee, C.T ., Hashim, H ., 2017. Compost supplementation with
Mansor N.N.A ., Ho C.S ., Ramli , nutrients and microorganisms in
A.R ., Takeshi , F ., 2016. Towards composting process. Waste
low carbon society in Iskandar Management.
Malaysia: Implementation and
feasibility of community organic Sarkar, S ., Pal, S ., Chanda, S ., 2016.
Optimization of a Vegetable Waste
Composting Process with a programmes and compost quality.
Significant Thermophilic Phase . Waste Management
Procedia Environmental Sciences 35,
435 – 440.

Storino, F ., Arizmendiarrieta, J. S .,
Irigoyen, I ., Muro, Julio ., Aparicio-
Tejo, P.M ., 2016. Meat waste as
feedstock for home composting:
Effects on the process and quality of
compost. Waste Management.

Vázquez, M.A ., Soto, M ., 2017. The


efficiency of home composting

Anda mungkin juga menyukai