Anda di halaman 1dari 6

HALAMAN 1

KOMPLEKSITAS
METAMORFOSIS Oleh: Faradila Ardhining Tyas
11 Maret 2022
PENGELOLAAN
SAMPAH

Tantangan pengelolaan sampah tidak dapat dipungkiri oleh


seluruh dunia dari masa ke masa. Tantangan ini akan cukup sulit
untuk diselesaikan manakala terjadi kesenjangan antara
rencana-rencana pengelolaan sampah dengan kesadaran
populasi manusia terhadap pengelolaan sampah. Lebih lanjut,
adanya peningkatan laju pertumbuhan populasi manusia dan
perubahan gaya hidup populasi manusia kekinian menjadi
faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan serta perubahan
karakteristik timbulan sampah dunia.

Pada bulan September 2018, Bank Dunia mengumumkan bahwa


timbulan sampah global diperkirakan akan meningkat sebesar
70% pada tahun 2050 atau akan meningkat menjadi 3,4 milyar
ton selama 30 tahun ke depan apabila tidak segera mengambil
tindakan penekanan timbulan sampah.

Secara keseluruhan, terdapat korelasi positif antara timbulan


sampah dengan tingkat pendapatan. Timbulan sampah per
kapita harian di negara-negara berpenghasilan tinggi
diproyeksikan meningkat sebesar 19 persen pada tahun 2050,
dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah yang diperkirakan akan meningkat sekitar 40%
atau lebih[1].

Pengelolaan sampah kini menjadi hal yang sangat penting


untuk dunia yang berkelanjutan, sehat, dan inklusif. Namun hal
ini belum menjadi perhatian utama terutama di negara-negara
berpenghasilan rendah. Sementara lebih dari sepertiga sampah
di negara-negara berpenghasilan tinggi sudah dipulihkan
melalui daur ulang, teknologi modern, dan pengomposan.
Sumber Gambar: Unsplash.com
[1] worldbank.org
HALAMAN 2

PENGELOLAAN SAMPAH DUNIA berikut, sampah plastik membutuhkan waktu lebih


dari 500 tahun untuk terurai secara alami di
Untuk mengambil langkah pengelolaan sampah
lingkungan.
yang baik, maka diperlukan pemahaman terhadap
karakteristik sampah yang akan diolah. Dari survei
komposisi sampah dunia misalnya, dapat dilihat
pola konsumsi populasi dunia untuk selanjutnya
dapat menentukan arah pengelolaan sampah yang
diharapkan. Sebagai gambaran terhadap
Sumber: www.greeners.com
karakteristik sampah dunia dapat dilihat pada tabel
berikut. Dunia memang sudah harus mengelola sampahnya
dengan lebih baik. Pengelolaan sampah dapat
disebut baik apabila selama proses pengelolaan
sampah turut mempertimbangkan juga efek pada
lingkungan. Tidak jarang, pengelolaan sampah
dengan menggunakan teknologi justru menambah
buruk emisi udara dan meningkatkan efek gas
rumah kaca/Green House Effect (GHE). Dengan kata
Data tersebut menunjukkan bahwa negara-negara
lain, penggunaan teknologi yang ramah lingkungan
di dunia ini kebanyakan mengolah sampah organik.
akan sangat diharapkan.
Persentasenya relatif besar dan persentasenya
paling tinggi dari jenis sampah lainnya. Namun
Selama ini dunia tengah melakukan perubahan
terdapat sedikit perbedaan yakni di Australia.
atau metamorfosis terhadap pengelolaan sampah
Australia justru lebih banyak menyumbang sampah
dengan menyesuaikan kemampuan finansial
bebatuan daripada sampah organik.
negara masing-masing. Penggunaan teknologi
modern dalam pengelolaan sampah di suatu
Selanjutnya, problematika sampah kertas dan
negara memang baik, namun akan lebih baik jika
plastik yang menduduki peringkat kedua setelah
mempertimbangkan faktor lingkungan dan biaya
sampah organik juga perlu menjadi perhatian.
instalasi hingga pengoperasiannya.
Terutama sampah plastik yang memiliki daya
degradasi (kemampuan urai suatu bahan oleh
mikroorganisme dan berasimilasi dengan
lingkungan) rendah. Seperti yang tertera pada tabel

[2] www.researchgate.net
[3] Trash In America: Moving from Destructive Consumption Towards A Zero Waste System, 2021
[4] Special Feature on the Environmentally Sustainable City, Waste Management and Recycling in Asia, 2005, diolah
[5] Solid Waste Management in Africa: Governance Failure or Development Opportunity?
[6] www.abs.gov.au
[7] Waste Generation and Management in Antarctica, 2016, diolah
HALAMAN 3

LANGKAH PENGELOLAAN SAMPAH SECARA UMUM Composting


Composting/Pengomposan merupakan proses
Langkah-langkah yang secara umum sudah dilakukan
dekomposisi biologis sampah organik dengan
oleh dunia dalam hal pengelolaan sampah
mendaur ulang makanan dan bahan organik
diantaranya:
lainnya menjadi kompos[10].

Landfilling
Secara umum, tabel berikut menggambarkan
Landfill/tempat pembuangan akhir, juga dikenal
timbulan sampah per kapita serta persentase
sebagai tip, dump, tempat pembuangan sampah,
sampah berdasarkan langkah pengelolaan
tempat pembuangan sampah, atau tempat
sampah tingkat dunia.
pembuangan, adalah tempat untuk pembuangan
bahan limbah[8]. Sehingga landfilling dapat
dideskripsikan sebagai proses membuang sampah ke
tempat pembuangan sampah akhir.

Daur Ulang
Daur Ulang merupakan proses untuk menjadikan
suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan
tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya
dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi Data tersebut membuktikan bahwa sebagian besar

penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi pengelolaan sampah dunia masih mengandalkan

penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan landfilling. Artinya, optimalisasi pengelolaan

lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan sampah masih sangat perlu ditingkatkan sehingga

dengan proses pembuatan barang baru[9]. mampu mengurangi penimbunan sampah di


landfill area. Langkah maju yang dilakukan dunia

Insenerasi yakni memanfaatkan/mendaur ulang sampah,

Teknologi pengolahan sampah yang melibatkan mengolah sampah menggunakan teknologi

pembakaran bahan organik. Insinerasi dan termal, serta melakukan pengomposan dan

pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya kebijakan lain yang ditempuh untuk menekan

didefinisikan sebagai pengolahan sampah melalui pembuangan sampah di landfill area.

teknologi termal.

[8]id.wikipedia.org
[9] en.wikipedia.org
[10]id.wikipedia.org
[11] ec.europa.eu, 2021 diolah
[12] Trash In America: Moving from Destructive Consumption Towards A Zero Waste System, 2021, diolah
[13] Special Feature on the Environmentally Sustainable City, Waste Management and Recycling in Asia, 2005
[14] Solid Waste Management in Africa: Governance Failure or Development Opportunity?
[15] id.wikipedia.org
[16] www.abs.gov.au
[17] www.google.com
[18]Waste Generation and Management in Antarctica, 2016, diolah
[19] www.smithsonianmag.com
HALAMAN 4

BAGAIMANA DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH DI melaksanakan groundbreaking pembangunan


INDONESIA? Landfill Mining dan RDF Plant di Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
Tidak kalah pentingnya bahwa Negara kita sendiri, Dua contoh ini cukup memberikan gambaran
Indonesia, memiliki tantangan yang serupa bahwa Pemerintah Indonesia concern terhadap
terhadap pengelolaan sampah dari masa ke masa. pola metamorfosis pengelolaan sampah, sehingga
Faktornya sama, yakni pertumbuhan penduduk kini pola pengelolaan sampah bergeser menjadi
meningkat dan terjadinya perubahan gaya hidup “kurangi-pilah-olah” sampah.
masyarakat.

Cukup ironis karena sebagian besar masyarakat Metamorfosis pengelolaan sampah dari “kumpul-

masih memandang sampah sebagai barang sisa angkut-buang” menjadi “kurangi-pilah-olah”

yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya membutuhkan upaya pengelolaan sampah dari hulu

yang perlu dimanfaatkan. Paradigma baru hingga ke hilir. Pengelolaan sampah di hulu adalah

memandang sampah sebagai sumber daya yang melakukan pengurangan dan penanganan sampah

mempunyai nilai ekonomi dan dapat dari sumber timbulan sampah atau masyarakat,

dimanfaatkan, misalnya untuk dikonversikan pengolahan sampah antara yang memproses sampah

sebagai energi ataupun kompos. Adapun dari hulu menjadi bahan yang bernilai ekonomis,

paradigma baru tersebut dilakukan melalui sementara pengolahan sampah hilir adalah

optimalisasi kegiatan pengelolaan sampah dari penimbunan residu dan perbaikan landfill area.

hulu hingga ke hilir.


Sumber Gambar: Unsplash.com

Sebelumnya, pengelolaan sampah di Indonesia


kebanyakan menggunakan sistem “kumpul-
angkut-buang” dimana sampah hanya dibuang dan
berakhir ditimbun pada sebuah area landfill. Akan
tetapi hal ini menimbulkan sebuah tantangan baru
yakni semakin berkurangnya lahan area landfill
sementara timbulan sampah akan terus meningkat
seiring berjalannya waktu.

Penanganan sampah secara solutif tengah dijajaki


di berbagai wilayah di Indonesia, misalnya saja Kota
Surabaya yang sudah membangun Tempat
Penampungan Akhir Sampah (TPAS) Benowo
sebagai fasilitas konversi sampah menjadi energi
listik. Kemudian DKI Jakarta yang belum lama ini
Sumber Gambar: Unsplash.com

UPAYA PREVENTIF PERSAMPAHAN INDONESIA

Upaya preventif dapat dilakukan dengan mengurangi timbulan sampah dalam artian meminimalisasi
kebiasaan membuang sampah “Nyampah". Dari data komposisi sampah, Indonesia menghasilkan sampah
organik (sisa makanan, kayu ranting daun) sebesar 57%, sampah plastik sebesar 16%, sampah kertas 10%, serta
lainnya (logam, kain teksil, karet kulit, kaca) 17%[20]. Dari hal ini dapat diperoleh bahwa Indonesia perlu
menekan timbulan sampah terutama sampah organik. Sementara sampah organik pada umumnya berasal
dari rumah tangga sehingga usaha preventif dari sisi masyarakat dirasa perlu untuk diimplementasikan.
Contoh praktis dalam usaha preventif yakni:
a. Menekan produksi sisa makanan
Menyisakan makanan adalah kultur yang harus dibenahi. Sangat penting untuk mengambil makanan
secukupnya sehingga dapat habis dikonsumsi dan tidak menyisakan makanan. Hal ini dirasa mampu
mengurangi jumlah sampah organik.
b. Mengurangi penggunaan tisu sekali pakai
Sudah saatnya masyarakat lebih bijak dalam menggunakan tisu sekali pakai. Selain menambah timbulan
sampah, bahan kimia pada tisu dalam jumlah berlebih juga berpengaruh terhadap lingkungan.
c. Mengintervensi penggunaan kantong plastik
Untuk mengurangi sampah kantong plastik, maka pola penggunaan kantong kain atau sejenisnya yang dapat
dipakai berulang dapat mulai diterapkan. Beberapa kota di Indonesia bahkan sudah mulai menerapkan zero
plastik,
d. Memaksimalkan penggunaan botol minum dan tempat makan yang reuseable.

[20] ppkl.menlhk.go.id HALAMAN 5


Sumber Gambar: Unsplash.com
Sumber Gambar: Unsplash.com

KELANJUTAN DARI UPAYA PREVENTIF PERSAMPAHAN INDONESIA

Setelah upaya preventif dilakukan, maka langkah berikutnya juga perlu diusahakan, seperti:
A. Pemilahan Sampah
Proses pemilahan sampah perlu diupayakan. Umumnya saat ini sampah tercampur baik organik maupun
anorganik serta ukuran besar maupun kecil. Untuk itu kesadaran masyarakat akan pemilahan sampah
organik dan sampah anorganik sangat dibutuhkan demi mengurangi beban kerja pengolahan sampah
selanjutnya.
B. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan sampah
sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan
dalam 2 (dua) pola yakni[21]:
Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan
sementara/TPS.
Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan sampah komunal yang
telah disediakan/ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut.
C. Pengangkutan Sampah
Sampah yang telah dikumpulkan maka dapat diangkut menggunakan truk sampah ke Pengolahan
Sampah Antara.
D. Pengolahan Sampah Antara
Pengolahan Sampah Antara merupakan Pengolahan Sampah menggunakan Teknologi yang ramah
lingkungan dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Teknologi yang dipilih dapat diadopsi dari
berbagai negara dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan yang ada.
E. Pengolahan Sampah Akhir
Sampah residu yang sudah tidak dapat diolah kembali dan tidak ditemukan nilai manfaatnya akan
ditransfer ke Tempat pembuangan Akhir Sampah. Residu tersebut akan ditimbun pada area landfill.

Dari proses panjang upaya pengelolaan sampah yang harus dilalui demi mendukung terciptanya
lingkungan yang berkelanjutan, bersih, dan sehat, maka diperlukan sinergitas antara pemerintah dan
masyarakat. Sudah sewajarnya jika tanggung jawab pengelolaan persampahan ada pada diri masing-
masing individu.

[21] SNI 19-2454-2002 HALAMAN 6

Anda mungkin juga menyukai