KOMPLEKSITAS
METAMORFOSIS Oleh: Faradila Ardhining Tyas
11 Maret 2022
PENGELOLAAN
SAMPAH
[2] www.researchgate.net
[3] Trash In America: Moving from Destructive Consumption Towards A Zero Waste System, 2021
[4] Special Feature on the Environmentally Sustainable City, Waste Management and Recycling in Asia, 2005, diolah
[5] Solid Waste Management in Africa: Governance Failure or Development Opportunity?
[6] www.abs.gov.au
[7] Waste Generation and Management in Antarctica, 2016, diolah
HALAMAN 3
Landfilling
Secara umum, tabel berikut menggambarkan
Landfill/tempat pembuangan akhir, juga dikenal
timbulan sampah per kapita serta persentase
sebagai tip, dump, tempat pembuangan sampah,
sampah berdasarkan langkah pengelolaan
tempat pembuangan sampah, atau tempat
sampah tingkat dunia.
pembuangan, adalah tempat untuk pembuangan
bahan limbah[8]. Sehingga landfilling dapat
dideskripsikan sebagai proses membuang sampah ke
tempat pembuangan sampah akhir.
Daur Ulang
Daur Ulang merupakan proses untuk menjadikan
suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan
tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya
dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi Data tersebut membuktikan bahwa sebagian besar
penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi pengelolaan sampah dunia masih mengandalkan
lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan sampah masih sangat perlu ditingkatkan sehingga
pembakaran bahan organik. Insinerasi dan termal, serta melakukan pengomposan dan
pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya kebijakan lain yang ditempuh untuk menekan
teknologi termal.
[8]id.wikipedia.org
[9] en.wikipedia.org
[10]id.wikipedia.org
[11] ec.europa.eu, 2021 diolah
[12] Trash In America: Moving from Destructive Consumption Towards A Zero Waste System, 2021, diolah
[13] Special Feature on the Environmentally Sustainable City, Waste Management and Recycling in Asia, 2005
[14] Solid Waste Management in Africa: Governance Failure or Development Opportunity?
[15] id.wikipedia.org
[16] www.abs.gov.au
[17] www.google.com
[18]Waste Generation and Management in Antarctica, 2016, diolah
[19] www.smithsonianmag.com
HALAMAN 4
Cukup ironis karena sebagian besar masyarakat Metamorfosis pengelolaan sampah dari “kumpul-
yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya membutuhkan upaya pengelolaan sampah dari hulu
yang perlu dimanfaatkan. Paradigma baru hingga ke hilir. Pengelolaan sampah di hulu adalah
memandang sampah sebagai sumber daya yang melakukan pengurangan dan penanganan sampah
mempunyai nilai ekonomi dan dapat dari sumber timbulan sampah atau masyarakat,
dimanfaatkan, misalnya untuk dikonversikan pengolahan sampah antara yang memproses sampah
sebagai energi ataupun kompos. Adapun dari hulu menjadi bahan yang bernilai ekonomis,
paradigma baru tersebut dilakukan melalui sementara pengolahan sampah hilir adalah
optimalisasi kegiatan pengelolaan sampah dari penimbunan residu dan perbaikan landfill area.
Upaya preventif dapat dilakukan dengan mengurangi timbulan sampah dalam artian meminimalisasi
kebiasaan membuang sampah “Nyampah". Dari data komposisi sampah, Indonesia menghasilkan sampah
organik (sisa makanan, kayu ranting daun) sebesar 57%, sampah plastik sebesar 16%, sampah kertas 10%, serta
lainnya (logam, kain teksil, karet kulit, kaca) 17%[20]. Dari hal ini dapat diperoleh bahwa Indonesia perlu
menekan timbulan sampah terutama sampah organik. Sementara sampah organik pada umumnya berasal
dari rumah tangga sehingga usaha preventif dari sisi masyarakat dirasa perlu untuk diimplementasikan.
Contoh praktis dalam usaha preventif yakni:
a. Menekan produksi sisa makanan
Menyisakan makanan adalah kultur yang harus dibenahi. Sangat penting untuk mengambil makanan
secukupnya sehingga dapat habis dikonsumsi dan tidak menyisakan makanan. Hal ini dirasa mampu
mengurangi jumlah sampah organik.
b. Mengurangi penggunaan tisu sekali pakai
Sudah saatnya masyarakat lebih bijak dalam menggunakan tisu sekali pakai. Selain menambah timbulan
sampah, bahan kimia pada tisu dalam jumlah berlebih juga berpengaruh terhadap lingkungan.
c. Mengintervensi penggunaan kantong plastik
Untuk mengurangi sampah kantong plastik, maka pola penggunaan kantong kain atau sejenisnya yang dapat
dipakai berulang dapat mulai diterapkan. Beberapa kota di Indonesia bahkan sudah mulai menerapkan zero
plastik,
d. Memaksimalkan penggunaan botol minum dan tempat makan yang reuseable.
Setelah upaya preventif dilakukan, maka langkah berikutnya juga perlu diusahakan, seperti:
A. Pemilahan Sampah
Proses pemilahan sampah perlu diupayakan. Umumnya saat ini sampah tercampur baik organik maupun
anorganik serta ukuran besar maupun kecil. Untuk itu kesadaran masyarakat akan pemilahan sampah
organik dan sampah anorganik sangat dibutuhkan demi mengurangi beban kerja pengolahan sampah
selanjutnya.
B. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan sampah
sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan
dalam 2 (dua) pola yakni[21]:
Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan
sementara/TPS.
Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan sampah komunal yang
telah disediakan/ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut.
C. Pengangkutan Sampah
Sampah yang telah dikumpulkan maka dapat diangkut menggunakan truk sampah ke Pengolahan
Sampah Antara.
D. Pengolahan Sampah Antara
Pengolahan Sampah Antara merupakan Pengolahan Sampah menggunakan Teknologi yang ramah
lingkungan dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Teknologi yang dipilih dapat diadopsi dari
berbagai negara dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan yang ada.
E. Pengolahan Sampah Akhir
Sampah residu yang sudah tidak dapat diolah kembali dan tidak ditemukan nilai manfaatnya akan
ditransfer ke Tempat pembuangan Akhir Sampah. Residu tersebut akan ditimbun pada area landfill.
Dari proses panjang upaya pengelolaan sampah yang harus dilalui demi mendukung terciptanya
lingkungan yang berkelanjutan, bersih, dan sehat, maka diperlukan sinergitas antara pemerintah dan
masyarakat. Sudah sewajarnya jika tanggung jawab pengelolaan persampahan ada pada diri masing-
masing individu.