BAHASA
Hermandra
Apa yang dikatakan dengan
Bahasa Indonesia?
Pandangan Umum (1)
Banyak pakar yang yang membuat
defenisi tentang bahasa dengan
pertama-tama menonjolkan segi
fungsinya, seperti Sapir (1221:8),
Badudu (1989:3), dan Keraf
(1984:16).
Pandangan Umum (2)
Namun ada beberapa pakar yang
tidak menonjolkan fungsi, tetapi
menonjolkan “sosok” bahasa
seperti yang dikemukakan
Kridalaksana (1983, dan juga
dalam Djoko Kentjono 1982).
Pandangan Umum (3)
Ia menjelaskan “Bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk
bekerjasama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri”.
Pandangan Umum (4)
Oleh karena itu, bahasa tidak pernah
lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada
kegiatan manusia yang tidak disertai
bahasa, hingga kini belum pernah ada
angka yang pasti berapa jumlah bahasa
yang ada di dunia ini (Crystal 1988:284).
Ada Beberapa Hakikat Bahasa
Hakikat Bahasa
Oral Sistematis
Arbitrer Konvensional
semantik
Kata
Morfem morfologi
Alomorf
Morf
Fonem
Fon
fonologi
Ibarat Sepeda
Sepeda
Kerangka
Stang/kemudi
Roda
Ban
Rantai
Dll.............
3-Albitrer
Kata arbitrer bisa diartikan sebagai
sewenang-wenang
berubah-ubah
tidak tetap
mana suka
Lanjutan…(3)
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer
adalah tidak adanya hubungan wajib
antara lambang bahasa (yang berwujud
bunyi) dengan konsep atau pengertian
yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Ciri arbitrer ini tampak pada hubungan
antara lambang dan yang dilambangi
dalam pengertian bahwa tidak ada
hubungan langsung antara lambang dan
yang dilambangi.
(1) Perhatikan!
Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal
kerbau sebagai sejenis `binatang`
memamah biak yang biasa diternakkan,
rupanya seperti lembu tetapi besar,
umumnya berbulu kelabu`. Dari definisi itu
kita tidak dapat menjelaskan mengapa
binatang tersebut dilambangkan dengan
bunyi [kerbau]. Mengapa tidak
dinamakan [bauker] atau [bakeru] atau
lambang lainnya.
(2) Perhatikan!
Begitu juga dengan angin. Kita tidak
dapat menjelaskan hubungan antara
bunyi [angin] dengan benda yang
dilambangkannya sebagai `udara
yang bergerak`.
4-Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi
dengan yang dilambangkannya bersifat
arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut
bersifat konvensional. Bahasa itu dikatakan
konvensional sebagai sifat kesepakatan
bersama. Hal yang perlu dipahami adalah
kenyataan bahwa kesepakatan itu bukanlah
formal yang dinyatakan melalui musyawarah,
sidang rapat, atau kongres, atau rapat
raksasa untuk menentukan lambang tertentu.
Lanjutan… (4)
Walaupun peraturan tentang lambang itu
tidak ada, namun setiap pemakai bahasa
harus tunduk kepada kesepakatan atau
konvensi itu. Disadari atau tidak, pemakai
bahasa sudah melakukan itu. Kalau tidak
dipatuhinya, dan menggantikannya dengan
lambang yang lain, maka komunikasi akan
terhambat. Bahasanya menjadi tidak bisa
dipahami oleh penutur bahasa Indonesia
lainnya dan berarti pula dia telah keluar dari
konvensi itu.
5-Unik dan Universal
Setiap bahasa memiliki ciri khasnya sendiri
yang tidak terdapat pada bahasa lain. Unik
artinya mempunyai ciri khas yang spesifik
yang tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri
khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem
pembentukan kata, sistem pembentukan
kalimat, atau sistem-sistem yang lainnya.
Bahasa Madura memiliki ciri khas dalam
bahasanyanya yaitu pada bentuk pengulangan
kata, misalnya lon-alon, nak-kanak, reng-oreng
dan lain-lain.
Lanjutan…(5)
Selain bersifat unik, bahasa juga
bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri
yang sama yang dimiliki oleh setiap
bahasa yang ada di dunia ini.
Misalnya, pada setiap bahasa terdapat
unsur bunyi yang terpilah menjadi dua,
yakni vokal dan konsonan.
Lanjutan…(5)
Bukti lain dari keuniversalan bahasa
adalah bahwa setiap bahasa
mempunyai satuan-satuan bahasa
yang bermakna, entah satuan yang
namanya kata, frase, klausa, kalimat,
dan wacana. Walau pembentukan
satuan-satuan itu mungkin tidak sama,
maka hal itu merupakan keunikan dari
bahasa itu.
6-Beragam
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok
orang yang termasuk dalam suatu
masyarakat bahasa. Yang termasuk dalam
suatu masyarakat bahasa adalah mereka
yang merasa menggunakan bahasa yang
sama. Ragam bahasa bermacam-macam
bergantung pada dasar klasifikasinya.
Mengenai ragam bahasa ini, ada tiga
istilah yang harus dipahami, yaitu idiolek,
dialek, dan ragam.
Lanjutan…(6)
Idiolek ialah variasi atau ragam
bahasa yang bersifat perseorangan.
Setiap orang mempunyai ciri khas
bahasanya masing-masing.
Idiolek ini berkenaan
dengan warna suara,
pilihan kata, gaya bahasa,
susunan kalimat, dan
sebagainya.
Lanjutan…(6)
Pertanyaannya?
Kalau setiap orang memiliki
idoleknya masing-masing, maka
apakah berarti idiolek itu menjadi
banyak?
Lanjutan…(6)
Jawabannya:
Ya, memang demikian, bila ada 1000
orang penutur maka akan ada 1000
idiolek dengan cirinya masing-masing
yang meskipun sangat kecil atau
sedikit cirinya itu, tetapi masih tetap
menunjukkan idioleknya. Dua orang
kembar pun memiliki warna suara
berbeda yang menandai idioleknya.
Lanjutan…(6)
Dialek ialah variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau
suatu waktu. Dialek dapat dibagi
berdasarkan wilayah/daerah
pemakaiannya dan dialek berdasarkan
kelompok masyarakat pemakainya.
lisan dan ragam tulis.
Lanjutan…(6)
Ragam ialah variasi bahasa yang
digunakan dalam situasi, keadaan, atau
untuk keperluan tertentu.Untuk situasi
formal digunakan ragam- ragam baku
atau ragam standar; untuk situasi yang
tidak formal digunakan ragam yang tidak
baku atau ragam nonstandar. Dari
sarana yang digunakan dapat dibedakan
adanya ragam lisan dan ragam tulis.
7-Berkembang
Perkembangan bahasa yang sangat
mencolok pada saat ini terdapat pada
unsur leksikon/ kosakata.
Masih ingat bahasa-bahasa Gaul
(Prokem), kekinian, atau kosakata serapan
dari bahasa asing?
Itu adalah salah satu bentuk bahasa itu
berkembang
Perhatikan!
Gaul
A : Eh, kemaren gue abis diputusin.
B : Ciyus miapah lho udah putus?
Kekinian
Bini – Istri
Laki – Suami
Dukun – Tabib
Perhatikan!
handal.
Siapa lagi, kalau bukan Anda